Silva Koria, seorang wartawan, menceritakan kisah Alma, seorang wanita berumur 45 tahun yang kini lumpuh dan telah terbaring selama 4 bulan di sebuah rumah sakit di Amman.
Wartawan itu mencoba untuk menyampaikan pesan dan suara Alma kepada publik. Alma, ia termasuk salah satu yang ikut demonstrasi damai di awal-awal revolusi Suriah dan ia juga bekerja menjadi sukarelawan membantu para korban kekejaman rezim Bashar Assad.
Ketika ia ditangkap oleh tentara rezim, ia mengalami penyiksaan yang brutal. Alma juga sempat membantu anak-anak yang terperangkap di bawah reruntuhan, akibat serangan bom tentara rezim, dan membantu banyak orang lainnya.
Pesan yang terpenting yang didapat dari Alma adalah bahwa Alma tidak pernah merasa menyesal turut mengangkat senjata melawan rezim Bashar Assad. Prisip Alma, “siapa yang tidak memahami kata-kata, harus diajak bicara dengan cara yang berbeda.”
Wartawan itu menulis di halaman Facebooknya bahwa Alma memperkirakan situasi di Suriah akan butuh waktu lama untuk diselesaikan.
Alma masih yakin dan mendukung untuk mengangkat senjata melawan rezim Syiah Nushairiyah itu.
Alma berulangkali menunjukkan bahwa ia tidak pernah menyesali apa yang telah ia lakukan, meskipun kini tubuhnya yang kurus kini tak berdaya, dan ia tidak takut apapun.
Ketika ditanya tentang anak-anaknya, Alma menitikan air mata dan berkata: “Saya memiliki lima anak, mereka ada di Damaskus, Saya sangat merindukan mereka.”
Alma, hanyalah salah satu di antara para pahlawan wanita Suriah, seorang ibu yang ikut dalam barisan melawan kezhaliman dan menjadi korban kezhaliman rezim.
Alma, hanyalah salah satu di antara sekian banyak saksi kekejaman rezim Assad. Sejarah akan mencatatnya.
Diterjemahkan dan diedit dari Zamanalwsl
(siraaj/arrahmah.com)