XINJIANG (Arrahmah.com) – Menambah tekanan terhadap umat Islam Uighur di Xinjiang, otoritas Cina sengaja memasang bendera Cina di atas dinding di dalam masjid, tepat arah kiblat, tindakan yang ini dikecam oleh para aktivis.
Pemasangan bendera tepat di arah kiblat di dalam masjid dianggap sebagai pesan dari otoritas Cina bahwa mereka (otoritas) menganggap kekuasaan negara lebih tinggi daripada agama.
“Mereka menempatkan bendera di tempat yang sangat sensitif di dalam masjid,” kata Ilham Tohti, seorang advokat hak-hak kaum Uighur, kepada Al Jazeera pada Rabu (18/9/2013), seperti dilansir OnIslam.
“Mereka pada dasarnya mengatakan bahwa bendera itu lebih tinggi daripada agama,” tambahnya.
Tindakan kontroversi ini dimulai ketika otoritas Cina memasang bendera Cina di atas mihrab, di wilayah Aksu, Xinjiang. Al Jazeera mengatakan para pejabat Aksu belum memberikan komentar terkait laporan ini.
Tohti mengatakan bahwa perketatan hal-hal yang terkait dengan keislaman di Xinjiang adalah upaya Beijing untuk mengamankan terobosan bisnisnya di Asia Tengah, yang para analis katakan untuk menjadi sumber utama impor energi alam Cina.
“Cina membuka hubungan luar negeri dengan Barat. Mereka berharap tidak memiliki masalah apapun disaat mereka memperluas pengaruh mereka, terutama di Xinjiang. Mereka khawatir tentang bahaya ini,” kata Tohti.
Cina tidak hanya memperketat aktivitas umat Muslim di Xinjiang, tetapi melakukan tindak kekerasan dengan dalih memberantas “terorisme.”
Pada Agustus kemarin, sebanyak 34 Muslim Uighur ditembak mati, dalam dua insiden yang berbeda di waktu dan tempat berbeda, oleh polisi Cina atas tuduhan melakukan kegiatan “teror.” 22 di antara mereka ditembak mati ketika sedang melakukan shalat di sebuah rumah. Alih-alih menuding “teroris,” otoritas Cina tidak mengungkapkan identitas para korban, yang langsung dikuburkan, dan juga tidak mengumumkan informasi rinci terkait insiden tersebut. (siraaj/arrahmah.com)