JEMBER (Arrahmah.com) – Menurut Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin, bentrok berdarah yang terjadi di Jember tepatnya di Desa Puger Kulon Kecamatan Puger, Jember, Rabu (11/9/2013) sore karena kelompok Syiah Jember memaksakan menggelar pawai atau karnaval meski warga Puger menolaknya.
Bentrok berdarah ini dipicu oleh Pawai Karnaval 17 Agustus yang diselenggarakan oleh Ponpes Darus Sholihin pimpinan Ustaz Ali. Ponpes ini memang sejak lama ditengarai menganut paham Syiah.
KH Abdullah Syamsul Arifin mengatakan, sejumlah warga sekitar memang menolak pawai yang digelar oleh ponpes Darus Sholihin.
“Warga tidak ingin karnaval itu digelar di luar pesantren. Karena pawai itu diadakan oleh pondok aliran Syiah. Karnaval itu, juga tidak mendapat izin kepolisian,” kata Kiai Syamsul saat dihubungi, Rabu (11/9/2013).
Rupanya penolakan warga ini tidak digubris oleh pihak Pondok. Massa yang dipimpin oleh Ustaz Fauzi dari kelompok pengajian Nurul Mustofa membubarkan paksa karnaval tersebut sambil membawa pentungan kayu.
Sejumlah aparat kepolisian pun tak mampu untuk menghentikan bentrok massa tersebut. Tak pelak, polisi pun sempat menjadi sasaran lemparan batu milik massa yang bertikai.
“Sejumlah orang terluka. Selain itu bangunan masjid pun tak luput dari amuk massa. Kacanya pecah terkena lemparan batu,” jelasnya.
Korban meninggal dunia
Akibat dari bentrokan itu, salah seorang warga Eko Mardiyanto (27) wafat karena dikeroyok oleh massa Syiah. Korban merupakan saksi kunci kerusuhan pada bentrokan yang pernah pecah bulan Mei 2012 lalu.
Ketua PCNU Kencong, Jember KH Hasyim Wafir mengatakan kepada para wartawan, “Dia (Eko Mardi) sebenarnya adalah saksi kunci peristiwa kerusuhan pertama. Dia bukan berasal dari kelompok Timur (Pimpinan Ustaz Ali).”
Menurutnya, sebelum bentrok berdarah ini, sekitar bulan Mei lalu telah terjadi kerusuhan serupa namun tidak ada korban jiwa. Eko Mardi adalah saksi kunci bentrokkan tersebut. Dia dari Kelompok pengajian Nurul Mustofa pimpinan Ustaz Fauzi (Sunni).
Kata KH. Hasyim, Eko tewas saat dikeroyok oleh massa yang diduga dari kelompon Ustaz Ali. Kelompok Ustaz Ali ini memang sejak lama diduga sebagai penganut faham Syiah dengan pondok pesantrennnya Darus Sholihin (sebelumnya ditulis Riyadhus Sholihin).
“Dia tewas saat dikeroyok massa di pinggir Sungai,” ujar Kyai.
Sementara itu kondisi lokasi pasca bentrok sampai tadi malam mencekam. Aparat kepolisian berjaga-jaga di lokasi. Bahkan untuk menenangkan warga Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono harus turun ke lokasi.
Peseteruan antara Kelompok Sunni dan Syiah di Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember sudah ada sejak lama. Terbukti, pada bulan Mei 2012 lalu telah terjadi kerusuhan antara kelompok ini. Namun, perseteruan itu tidak berujung pada jatuhnya korban jiwa.
(azmuttaqin/arrahmah.com)