SINAI (Arrahmah.com) – Pasukan junta militer Mesir memutus jaringan telekomunikasi di Sinai pada hari kedua serangan brutal mereka terhadap kelompok-kelompok pejuang Islam di semenanjung tersebut, Ahad (8/9/2013).
Jaringan telepon dan seluler diputus untuk menghambat kontak dan koordinasi antara kelompok-kelompok bersenjata, klaim seorang petugas keamanan Mesir kepada Ma’an.
Namun, para “militan” ternyata tetap berusaha menjaga kontak dan koordinasi mereka menggunakan jaringan seluler Palestina dan “Israel” dalam menghadapi terputusnya layanan seluler Mesir di semenanjung Sinai, dia menambahkan.
Sementara itu, tentara Mesir juga mengumumkan pada Ahad (8/9) bahwa sistem kamera pengintai yang dilengkapi dengan sensor gerakan telah dipasang di sepanjang Terusan Suez di kota Port Said, Suez dan Ismalia, untuk memantau kegiatan orang-orang bersenjata.
Seorang pejabat militer Mesir mengklaim bahwa kamera-kamera pengintai mereka menjangkau 176 kilometer di sepanjang terusan untuk menghentikan kemungkinan serangan terhadap kapal-kapal yang melewati Terusan Suez.
Helikopter militer Mesir melakukan serangan udara hari kedua pada Ahad (8/9) di Sinai, di mana mereka menghadapi perlawanan kelompok pejuang Islam, kata para saksi mata.
Helikopter-helikopter Apache menyerang target mereka di Sinai utara dekat perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza, kata para saksi .
Militer Mesir mengklaim telah membunuh sembilan pejuang Islam pada Sabtu (7/9) di Sinai utara saat mereka melancarkan serangan udara dan darat di mana sembilan lainnya ditangkap.
Sementara di hari yang sama, para petugas keamanan Mesir mengklaim ada 10 pejuang Islam yang gugur, 20 terluka dan 15 ditangkap.
Militer Mesir telah menghadapi perlawanan di Sinai Utara, salah satu basis pejuang Al-Qaeda yang telah meluncurkan serangan hampir setiap hari dalam beberapa pekan terakhir.
Pihak militer mengklaim mereka telah membunuh sekitar 100 pejuang Islam di Sinai selama dua bulan terakhir dan mengklaim para “gerilyawan” Islam telah menewaskan 58 polisi dan 21 tentara di wilayah itu.
Bagaimanapun, klaim-klaim militer tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen karena mereka telah menolak akses media di zona-zona terebut. (banan/arrahmah.com)