JAKARTA (Arrahmah.com) – Jama’ah Ansharut Tauhid (JAT) pimpinan Ustadz Abubakar Baasyir (ABB) menyumbangkan Rp. Rp. 300 juta untuk program pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza Palestina.
Menurut MER-C, dana sebesar Rp 300 juta diberikan JAT dalam dua tahap. Tahap pertama sebesar Rp 150 juta dikirimkan pada tanggal 14 April 2009, kemudian donasi tahap kedua dengan jumlah yang sama dikirimkan pada tanggal 14 Maret 2011.
Sementara itu, janji pemerintah RI yang sebelumnya pernah berkomitmen untuk ikut membantu program pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza nyatanya cuma retorika alias janji palsu. Ketika itu Pemerintah Indonesia sempat menjanjikan bantuan dana melalui IDB (Islamic Developer Bank). Namun ternyata pemerintah RI tidak menepati komitmen yang telah disepakati dalam MOU Pembangunan “Cardiac Center” pada tanggal 7 Februari 2011 lalu.
Bahkan pada bulan Juni 2010, Ketua DPR RI dan rombongan telah melakukan prosesi peletakan batu pertama di lokasi tanah RS Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza Utara. Pemerintah berdalih bahwa alasan tidak jadi membangun RS Indonesia dan mengalihkan bantuan ke program yang lain dengan IDB adalah karena sulitnya lahan dan izin untuk RS. Padahal lahan dan izin untuk pembangunan RS Indonesia di Gaza sudah didapat MER-C sejak tahun 2009 yang merupakan waqaf dari Pemerintah Palestina di Gaza dengan luas mencapai 16.261 m2.
MER-C menjelaskan, sebagai sebuah LSM yang independen, dana yang diterima MER-C untuk program pembangunan RS Indonesia semuanya murni berasal dari masyarakat Indonesia, baik itu perorangan, lembaga, institusi maupun perusahaan. Karena semua dananya berasal dari masyarakat Indonesia, maka Rumah Sakit di Gaza diberi nama RS INDONESIA.
Meski dikibuli pemerintah, Mer-C tetap bertekad untuk menyelesaikan pembangunan RS Indonesia di Gaza yang saat ini sudah mencapai proses pengumuman pemenang tender tersebut, tanpa harus menunggu bantuan dari pemerintah RI.
Demi Palestina, JAT akan terus mendukung perjuangan Mer-C untuk merealisasi pembangunan RS Indonesia di Gaza. ”Kita tidak perlu meminta bantuan pada pendusta durjana yang justru mengedepankan kedengkian terhadap ulama (Ustadz Abu Bakar Ba’asyir),” kata aktivis JAT yang mengaku bernama Abu Bilal Al Javania. (Ahmad Zidan/arrahmah.com)