(Arrahmah.com) – Setelah 58 tahun terus menerus mengikuti kontes Miss World, kali ini “Israel” memutuskan untuk tidak menyertakan Miss Israel mereka dalam kontes Miss World 2013.
“Israel” telah mengambil bagian dari tahun ke tahun dalam kontes Miss World sejak tahun 1955. Bangsa penjajah bumi Islam Palestina itu terus menerus mengikuti kontes itu sejak tahun 1953 dan hanya sempat melewatkan kontes tersebut satu kali pada tahun 1954 di London. Namun sejak saat itu tercatat belum pernah melewatkannya lagi.
Awal tahun ini, Yityish Aynaw (21) menjadi wanita kulit hitam pertama yang dinobatkan menjadi Miss Israel. Dia mengumumkan kepada seluruh dunia bahwa dia akan bersaing dalam kontes Miss World 2013. Namun kemudian dilaporkan bahwa namanya tidak muncul di situs resmi Miss World, yang berarti bahwa tahun ini “Israel” tidak akan turut serta dalam kontes itu, lansir GB pada Selasa (3/9/2013).
Selain masalah diplomatik, mundurnya wanita Yahudi-Ethiopia yang juga dikenal sebagai seorang tentara yang berdinas di Israeli Defence Force (IDF) itu disinyalir terkait dengan banyaknya protes yang dilayangkan kepada pihak penyelenggara kontes yang bertentangan dengan ajaran Islam itu di Indonesia, negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia yang diatur untuk menjadi tuan rumah kontes tersebut.
Di tengah begitu memaksanya sejumlah pihak kapitalis, liberal, sekuler dan kelompok agama minoritas ekstrim di Bali, untuk menggelar kontes maksiat Miss World 2013, lebih dari 60 ormas Islam Indonesia telah mendesak untuk membatalkan ajang eksploitasi perempuan tersebut. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan tegas juga menolak pelaksanaan pemilihan Miss World yang sejatinya merendahkan harga diri kaum perempuan itu.
Dengan melihat mudharat, bahaya keburukan yang ditimbulkan dari acara Miss World, Majelis Mujahidin pun memaklumatkan perang terhadap penyelengara Miss World di Indonesia. Dalam hal ini penyelenggara Miss World terindikasi telah melakukan pelecehan terhadap etnis bangsa Indonesia serta agamanya oleh etnis tertentu. Sebagai bukti, adanya sikap tidak peduli terhadap protes yang disuarakan sejumlah lapisan masyarakat.
Bagaimanapun, salah satu akar dari kerusakan ini adalah lenyapnya pengetahuan di masyarakat akan kedudukan mulia perempuan dalam Islam. Ironisnya, tak sedikit dari orang Islam sendiri yang tak lagi memahami kedudukan perempuan dalam agama mereka, sehingga mereka turut mengamini tatkala ajang seperti Miss World disebut sebagai promosi kebudayaan, ekspresi perempuan atau lebih mengenaskan lagi penghargaan pada perempuan. (banan/arrahmah.com)