DAMASKUS (Arrahmah.com) – Menurut laporan Reuters, negara-negara Barat telah memperingatkan kelompok oposisi Suriah yang dikendalikan oleh mereka bahwa operasi militer terhadap rezim Assad akan dimulai dalam beberapa hari mendatang.
Menurut kantor berita Inggris tersebut, pembicaraan mengenai hal itu terjadi pada 27 Agustus di Amman pada pertemuan para diplomat Amerika dan Eropa dengan pimpinan oposisi Suriah pro-Barat yang dibentuk di luar Suriah.
Para pejabat Barat mengklaim bahwa mereka ingin mencegah rezim kafir Assad untuk menggunakan senjata kimia. Anggota oposisi Suriah pro-Barat menyerahkan daftar target serangan udara kepada Barat.
Menteri perang Amerika, Hagel, mengatakan dalam sebuah wawancara kepada BBC bahwa Angkatan Bersenjata Amerika sudah siap untuk pergi “melawan” pasukan Assad dan menunggu perintah Obama.
Menurut Hagel, cukup jelas bagi Amerika bahwa rezim Assad menggunakan senjata kimia terhadap warganya sendiri. Dia menambahkan bahwa ia berharap segera mengonfirmasi data ini oleh ahli dari agen mata-mata Amerika. Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS, Kerry mengatakan bahwa kesalahan rezim Assad tidak bisa dipungkiri.
Beberapa sumber yang hadir dalam pertemuan di Istanbul pada Senin (26/8/2013) antara pemimpin oposisi Suriah (bentukan Barat) dengan diplomat dari Washington dan negara lainnya mengatakna kepada Reuters bahwa pemberontak telah diberitahu akan adanya aksi militer dan bersiap-siap untuk menegosiasikan perdamaian.
“Pihak oposisi diberitahu secara jelas bahwa tindakan untuk mencegah penggunaan lebih lanjut senjata kimia oleh rezim Assad bisa datang sedini mungkin, dalam beberapa hari ke depan, dan bahwa mereka masih harus mempersiapkan diri untuk pembicaraan damai di Jenewa,” ujar salah satu sumber seperti dilansir Reuters.
Sebelumnya, tanggung jawab rezim Assad atas serangan kimia di pinggiran timur Damaskus dikonfirmasi oleh Paris dan London. Namun, The Washington Post melaporkan bahwa Obama tidak mempertimbangkan peluncuran operasi militer besar-besaran di Suriah dan hanya menginginkan “serangan militer terbatas”. Amerika bertekad untuk membatasi waktu selama dua hari dalam melancarkan penembakan terhadap Suriah.
“Target potensial bernilai tinggi milik rezim adalah pertahanan udara, darat, rudal dan angkatan laut serta fasilitas militer pendukung,” ujar Jenderal Martin Dempsey, Kepala Staf Gabungan dalam surat di bulan Juni untuk Kongres AS.
Surat kabar itu mencatat bahwa keputusan Gedung Putih dianggap ideal. Amerika tidak ingin terlibat dalam perang panjang Suriah, tetapi pada saat yang sama mereka mengklaim ingin mencegah terulangnya serangan gas. Tujuan dari serangan itu adalah “pesan ke Assad” dan bukan “untuk melumpuhkan militer atau mengubah keseimbangan kekuatan di lapangan”.
Diharapkan bahwa penembakan terhadap posisi pasukan Assad akan dilakukan dari kapal, meskipun tidak mengesampingkan bahwa pemboman strategis akan digunakan. Gedung Putih kini membahas kemungkinan serangan tersebut dengan parlemen AS dan mitra-mitranya di NATO dan mempersiapkan “dasar hukum” tindakan tersebut. Dari sudut pandang hukum internasional, Amerika berhak melakukan serangan karena rezim Assad melanggar perjanjian internasional mengenai penggunaan senjata kimia, menurut pejabat AS. (haninmazaya/arrahmah.com)