(Arrahmah.com) – Disebabkan propaganda media lokal pro-militer yang menggambarkan ciri-ciri “teroris” adalah pria berjanggut, kini pria-pria Muslim Mesir yang memiliki janggut merasa tidak bebas dan mengeluhkan dicurigai oleh aparat keamanan.
Akibatnya, warga yang tidak memahami situasi, membenci orang-orang berjanggut.
“Permusuhan dari orang-orang bahkan lebih buruk daripada kekerasan polisi,” kata Mohammed Tolba, seorang Muslim dari kelompok Salafi, mengatakan kepada Agence France Presse (AFP) pada Kamis (22/8), seperti dilansir OnIslam.
“Kami mematuhi sebuah prinsip Islam, tetapi kami menghadapi kebencian dari penduduk,” kata Tolba.
Ketika Muhammad Mursi berkuasa, presiden Mesir pertama yang berjanggut, banyak pria Muslim Mesir memilih untuk memelihara janggut mereka dan banyak Muslimah mengenakan cadar ata niqab karena merasa aman dan bebas.
Bagi mereka, saat itu seperti mengembalikan kebebasan dan keamanan yang telah lama hilang yang dulunya ditargetkan oleh aparat keamanan.
Tetapi, situasi berubah setelah panglima militer Abdel Fattah al-Sisi menggulingkan Mursi pada 3 Juli dalam kudeta. Kampanye yang telah disebarkan oleh media lokal pro-militer, yang menyiarkan gambar pria berjanggut bersenjata yang diduga menembaki aparat keamanan pada saat demonstrasi anti-kudeta, telah merampas kembali kebebasan pria Muslim menjalankan salah satu sunah Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam).
Sebuah video, yang kemudian terbukti dipalsukan, menunjukkan seorang pria berjanggut membawa senjata dengan bendera “jihadis” menyerang para pemuda setelah mereka dilemparkan dari atap apartemen di Alexandria.
Pemerintah baru dan media lokal pro-militer juga dengan lantang mencap Ikhwanul Muslimin sebagai “teroris.”
Hal ini juga berdampak terhadap warga sipil yang berjanggut, mereka menjadi mudah dicurigai.
“Saya sedang berada di Taxi menuju ke kamar mayat, memindahkan jasad teman saya yang tewas dalam demonstrasi,” Abdul Salam Badr (29) mengungkapkan.
“Saya diberhentikan oleh para anggota kelompok main hakim sendiri karena Saya berjanggut,” tambah pemuda yang tidak termasuk dalam organisasi politik manapun.
“Satu-satunya hal yang menyelamatkan saya ketika itu adalah kenyataan bahwa Saya sedang memindahkan jasad yang mati.”
Dengan terpaksa, karena sering menjadi target, Badr terpaksa mencukur janggutnya. (siraaj/arrahmah.com)