Oleh Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman
(Arrahmah.com) – Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah,
Segala puji milik Allah Ta’ala, kita memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya dan mengharap ampunan-Nya, serta kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri-diri kita dan dari keburukan amalan-amalan kita.Barangsiapa yang Allah Ta’ala beri petunjuk maka tidak ada yang mampu menyesatkannya dan barangsiapa yang Allah Ta’ala sesatkan maka tidak ada yang berkuasa memberinya hidayah.Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Ta’ala dan aku bersaksi bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan-Nya.
“Wahai kaum mukmin, taatlah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Janganlah kalian mati, kecuali kalian sebagai muslim.” (QS. Ali ‘Imran, 3:102)
“Wahai manusia, taatlah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, kemudian menciptakan pasangannya dari diri yang satu itu.Dari seorang laki-laki dan seorang perempuan pertama itulah Allah mengembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.Taatlah kepada Allah, Tuhan yang menjadi tumpuan kalian ketika kalian meminta rahmat-Nya.Jagalah ikatan kerabat kalian.Allah selalu mengawasi perbuatan kalian.”(QS. an-Nisaa’, 4:1)
“Wahai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar. Dengan begitu, niscaya semua yang kalian lakukan hasilnya akan menjadi baik dan dosa-dosa kalian akan diampuni Allah. Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia memperoleh kemenangan yang sangat besar.”(QS. al-Ahzab, 33:70-71)
‘Amma ba’du.
“Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan, setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan tempatnya adalah di neraka.”
Pada hari ini, ‘Idul Fithri,1 Syawal 1434 H, hari bahagia dan gembira bagi kaum Mukminin dan Muslimin seluruh dunia, karena telah berjaya membuktikan ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya selama bulan Ramadhan yang penuh barakah, rahmat dan maghfirah Allah. Meskipun disebahagian belahan bumi sana banyak kaum Mukminin dan Muslimin yang nasibnya tidak seperti kita, ada yang sedang sakit dan menderita, yang sedang menangis dan duka, ditimpa berbagai musibah alam dan kekejaman musuh-musuh Islam. Semoga rahmat Allah, barakah, serta maghfirah-Nya juga senantiasa meliputi kehidupan mereka, amien ya Rabbal ‘alamien.
Kita patut bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala, yang telah menunjukkan jalan hidayah iman dan Islam, dan melimpahkan nikmat-Nya kepada kita lahir dan batin, sehingga kita menjadi orang-orang beriman. Sebagai mukmin, kita meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah menetapkan syari’at Islam sebagai jalan tunggal bagi keselamatan umat manusia di dunia dan akhirat. Untuk itu, marilah kita selalu bertakwa kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya yaitu dengan selalu menta’ati-Nya, tidak mendurhakai-Nya, selalu berzikir kepada-Nya, tidak melupakan-Nya, selalu bersyukur kepada-Nya dan tidak mengkufuri-Nya. Itulah hakekat makna firman Allah yang berbunyi:
“Wahai kaum mukmin, taatlah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Janganlah kalian mati, kecuali kalian sebagai muslim.” (QS. Ali ‘Imran, 3:102)
Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah diutus Allah bagi seluruh alam, sebagai uswah hasanah (tauladan hidup terbaik) bagi manusia. Sebagai utusan Allah, beliau telah menyempurnakan dakwah Islam dan mencontohkan pelaksanaannya, menyeru manusia supaya berpegang-teguh pada syari’at-Nya, agar tidak tersesat jalan hidupnya. Akan tetapi dewasa ini terdapat bermilyar-milyar manusia yang tetap saja menolak Islam dan Al-Qur’an, mereka menolak hidayah Allah Ta’ala, mereka lebih menyukai kekafiran. Al-Qur’an menerangkan:
“Sungguh dalam Al-Qur’an ini telah Kami jelaskan segala macam contoh yang baik dan yang buruk kepada manusia.Akan tetapi, sebagian besar manusia enggan menerimanya dan lebih suka mengingkari.” (QS. al-Israa’, 17:89)
Rahmat Allah Ta’ala semoga dilimpahkan kepada para kader dan anak didik dari kalangan shahabat beliau, yang sukses gemilang menciptakan sumber peradaban dunia yang tidak pernah kering dari mata air kebenaran, keadilan, kejujuran, keterus-terangan dan tanggung-jawab. Setiapkali mereka melawati suatu negeri, baik sebagai da’i, diplomat, panglima perang, adalah membawa misi untuk mentauhidkan Allah, membebaskan masyarakatnya dari kesesatan, membela mereka dari penindasan, melepaskan mereka dari kezaliman.
Bandingkan dengan orang-orang kafir, di barat maupun timur, Amerika maupun Eropa, jika mereka memasuki suatu negeri adalah untuk menjajah rakyatnya, mengeruk kekayaan, menghancurkan moral, dan menghinakan masyarakat yang mulia. Mereka datang ke wilayah negeri-negeri Muslim ke Afghanistan, Irak, Kashmir, Palestina membawa misi imprialisme demi melestarikan hegemoni mereka terhadap umat Islam.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Peradaban masyarakat Arab pra turunnya al-Qur’an merupakan gambaran terburuk dari peradaban yang sudah ada saat itu. Dimana kemaksiatan merajalela, kemusyrikan terjadi disana-sini, pembunuhan tanpa hak, dan bermacam keburukan terwakilkan di tanah suci itu, termasuk pengkotak-kotakan masyarakatnya berdasarkan kasta dan rasialisme yang juga terjadi.
Demikian juga dengan ahli kitab yaituYahudi dan Nasrani yang telah melakukan penyelewengan dan pengubahan terhadap kitab Allah yang telah diturunkan kepada mereka. Mereka mengganti agama Allah yang benar dan menulis kitab suci dengan tangan mereka lalu berkata: “Ini berasal dari Allah” untuk membeli sesuatu yang harganya sangat murah. Lidah mereka mengucapkan sesuatu yang sama sekali bukan dari kitab suci agar disangka orang sebagai kitab suci padahal dia bukan dari kitab suci. Disamping pengubahan kitab suci,mereka juga melakukan penyelewengan dalam mentakwil dan menafsirkan ayat-ayat suci sesuai dengan kehendak hawa nafsu mereka demi memperoleh kehormatan sehingga mereka menjadi orang tersesat dan menyesatkan. Allah Ta’ala berfirman:
“Di antara kaum Yahudi ada yang tidak tahu agama.Mereka tidak memahami isi Taurat dan hanya sekadar bisa membaca.Mereka melaksanakan agamanya hanya mengikuti ajaran sesat para pendeta, karena mereka tidak memahami isi Taurat yang sebenarnya. Celakalah orang-orang yang menulis kitab-kitab agama sesuai kehendak mereka sendiri, kemudian mereka mengatakan: “Kitab ini dari sisi Allah.” Mereka bermaksud menukar agama Allah dengan kesenangan dunia yang sedikit.Celakalah orang-orang yang menulis kitab-kitab agama sesuai kehendak mereka sendiri.Celakalah mereka yang memalsukan agama Allah.” (QS. al-Baqarah 2:78-79)
Dan yang sangat parah sekali ialah mereka menjadikan rahib-rahib dan pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan selain Allah, sebagaimana yang diceritakan oleh al-Qur’an:
“Kaum Yahudi dan Nasrani telah menjadikan pendeta-pendeta mereka, pastur-pastur mereka, dan Al-Masih bin Maryam sebagai tuhan-tuhan selain Allah. Padahal mereka hanya diperintah untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Allah.Mahasuci Allah dari semua keyakinan syirik yang mereka buat-buat.” (QS. at-Taubah, 9: 31)
Begitulah gambaran kehidupan manusia yang berjalan telah berabad-abad lamanya berada dalam kegelapan dan kesesatan karena tidak mau memperdulikan teori Rabbani, mereka para penguasa dan pemerintahan dunia sejak dahulu telah menggunakan hampir seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk mencari obat kepada selain Al-Qur’an demi menanggulangi penyakit dan kerusakan yang dideritauntuk menyelamatkan negara dan pemerintahannya dari kerusakan sistem yang dianutnya serta memperbaiki kerusakan dan kehancuran moral yang menimpa generasi mereka. Tapi seluruh obat itu bukan hanya tidak mampu menghentikan semua kerusakan dan kehancuran tadi, bahkan menjadikan jiwa manusia bertambah parah sakitnya karena tidak mampu menahan berat beban kehancuran, sehingga mereka lebih keji dan jahat melebihi binatang yang paling keji dan hina. Sehingga dari kasus diatas timbullah berbagai macam penyakit yang menimpa tidak hanya pada sisi kejiwaan tapi juga jasad atau tubuh yang menopangnya.
Terutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai utusan-Nya dengan membawa wahyuAl-Qur’an merupakan cahaya yang terang benderang di tengah peradaban jahiliyah yang penuh kezaliman dan kebiadaban itu merupakan SATU-SATUNYA SOLUSI (jalan keluar dan penyelesaian). Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Wahai kaum Yahudi dan Nasrani, telah datang rasul Kami yang menjelaskan kepada kalian sebagian besar dari isi Taurat dan Injil yang dahulu pernah kalian sembunyikan sebagian, dan kalian sebarkan sebagian lainnya. Sungguh Muhammad dan Al-Qur’an telah datang kepada kalian sebagai petunjuk dari Allah.Dengan Al-Qur’an Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang mencari keridhaan-Nya untuk meraih keselamatan dunia dan akhirat, serta mengeluarkan mereka dari kekafiran untuk masuk Islam dengan izin Allah. Allah memberikan hidayah kepada orang-orang mukmin untuk mengikuti Islam.QS. al- Maaidah, 5:15-16)
Ahli Kitab merasa sangat berat bila diseru kepada Islam oleh seorang Nabiyang bukan dari kalangan mereka,yaitu seorang Nabi dari kalangan kaum yang ummiy (yang tidak bisamembaca dan menulis) yang mereka pandang rendah dan jahil sebelum ini.Tetapi apabila Allah hendak memberi penghormatan kepada kaum Arab yang ummiy,maka Allah Ta’ala telah membangkitkanNabi terakhir yang menjadi penutup para Nabi dan Rasul Allah subhanahu wata’ala untuk seluruh umat manusia. Kemudian Allah Ta’ala mengajar kaum yang ummiy sehingga menjadi umat yang paling tinggi ilmu mereka dimuka bumi ini dan paling tinggi kefahaman dan keyakinan mereka,satu umat yang mempunyai sistem dan cara hidup yang paling baik dan jujur,mempunyai undang-undang dan peraturan yang paling baik dan akhlak yang paling bagus dan mulia.
Islam Meningkatkan Harkat dan Martabat Manusia
Allah Ta’ala berfirman:
“Kami menciptakan manusia dengan sifat yang paling baik.Kemudian Kami turunkan martabat manusia ke tingkat yang paling rendah.Hanya orang-orang yang beriman dan beramal shalih yang tetap pada sifat yang paling baik.Mereka kelak mendapat pahala yang tiada terputus di akhirat.” (QS. at-Tiin, 95:4-6)
As Syahid Sayyid Qutb rahimahullah berkata dalam tafsirnya Fie Zhilalil Qur’an (Dibawah Naungan Al-Qur’an):”Kami menciptakan manusia dengan sifat yang paling baik, maksudnya sebaik-kejadian dari segi fitrah dan kesediaan untuk mentaati Allah Ta’ala.Kemudian Kami turunkan martabat manusia ke tingkat yang paling rendah, maksudnya: Apabila dia menyeleweng dari fitrahnya,dari garis lurus yang ditunjukkan Allah dan setelah diberipenjelasan dan kebebasan agar dia memilih salah satu dari dua jalan. Hanya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maksudnya:Merekalah orang-orang yang kekal diatas fitrahnya yang lurus,kemudian mereka sempurnakan fitrah mereka dengan iman dan amal shalih dan terus meningkat ke derajat yang sempurna yang diperuntukkan kepada mereka,sehingga berakhir dengan kehidupan yang sempurna di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar. Dengan begitu, niscaya semua yang kalian lakukan hasilnya akan menjadi baik dan dosa-dosa kalian akan diampuni Allah. Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia memperoleh kemenangan yang sangat besar.” (QS. al-Ahzab, 33: 70-71)
Ayat ini memerintahkan kepada orang-orang mukmin supaya berkata benar,lurus, cermat danteliti.Tidak mudah terprovokasi dengan ucapan-ucapan dan fitnah orang-orang munafiq yang terus berusaha merusak barisan kaum Mukmin dari dalam.Jika mereka memelihara akhlak muliaini,Allah Ta’ala akan menjaga mereka, memimpin jejak langkah mereka dan memperbaiki amalan-amalan mereka sebagai balasan atas sikap mereka yang selalu berkata benar dan cermat serta cerdas. Dengan perkataan yang benar,jujur dan cerdas ini,Allah memberi ampunan kepada mereka atas dosa-dosa yang mereka lakukan apabila terjadi percakapan atau perbuatan keliru yang tidak dapat mereka hindari.
Umar bin Khatthab sebelum dan sesudah Islam
Inilah Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu, ketika masih musyrik sangat benci kepada Islam dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hari-hari dalam hidupnya digunakan untuk memburu penganut Islam, siapa saja orangnya dia tidak peduli, apakah orang itu dari keluarganya atau orang lain, dia akan kejar sampai dapat.
Pada suatu hari, ia sedang panas membara, ia keluar dari rumahnya dengan memendam tekad menyala dan dengan pedang terhunus. Ia mengarahkan langkahnya ke rumah Arqam, tempat Rasulullah beribadah dan mengingat Allah bersama beberapa orang sahabatnya. Di tengah jalan ia bertemu dengan Nu’aim bin Abdillah, ia melihat wajah Umar bagaikan sedang menyemburkan api karena dendam dan murkanya. Dengan rasa cemas ia mendekati dan menyapanya, “Hendak kemana engkau, wahai Umar?” “Hendak mencari si murtad!” katanya, “Yang telah memecah-belah kesatuan Quraisy serta mempersetankan cendikiawannya, menghina agamanya dan mencaci-maki tuhan-tuhannya, akan saya bunuh dia!” Lalu Nua’im berkata: “Kalau begitu sangat jelek usahamu itu, dan sia-sialah perjalananmu kesana.” Rupanya Umar merasa curiga jangan-jangan Nua’im telah masuk Islam, maka ia berkata: “Mungkin kamu sudah murtad juga, demi Latta dan Uzza, seandainya itu benar, kamulah orang pertama yang akan saya bunuh!”
Setelah mengetahui situasi yang sebenarnya, Nua’im pun menyadari bahwa Umar bukan main-main, dan hendak melakukan apa yang dikatakannya, maka ia pun cepat mengalihkan pembicaraannya dengan ucapan: “Wahai Umar, ketahuilah bahwa adikmu yang perempuan (Fathimah) bersama suaminya (Said bin Zaid) telah masuk Islam dan meninggalkan agama yang engkau anut.” Umar langsung berkata: “Adik kandungku sendiri masuk Islam? Kalau begitu apa perlunya ke rumah Arqam bila adikku sendiri telah masuk Islam.”
Demikianlah, Umar pun berbalik arah membatalkan niatnya kerumah Arqam untuk membunuh Rasulullah dan sahabat-sahabatnya, tapi diarahkan langkahnya ke arah rumah iparnya. Di dalam rumah itu, ada Said bin Zaid, Fathimah dan Khabbab bin al-Arat sedang berkumpul. Mereka sedang menggenggam shahifah yaitu lembaran yang berisi ayat-ayat Al-Qur’an. Tiba-tiba ada seseorang yang menggedor pintu rumah dengan kerasnya.
Setelah mengetahui bahwa Umarlah yang menggedor pintu rumah, Khabbab memahami apa yang terjadi, maka ia cepat-cepat bersembunyi dan berdo’a kepada Allah untuk keselamatannya.
Fathimah bersama suaminya menyambut kedatangan Umar di dekat pintu diliputi kebingungan yang luar biasa karena kedatangannya yang tiba-tiba. Dalam kekalutannya, Fathimah masih ingat dengan shahifah yang sedang dipegangnya, maka ia segera menyembunyikannya di bawah pakaiannya. Lalu Umar pun bertanya: “Benarkah kalian sudah murtad?” lalu Said bin Zaid berkata: “Bagaimana pendapat anda hai Umar, jika kebenaran terdapat di pihak mereka?” tanpa pikir Umar pun langsung menerkamnya dan membantingnya hingga terjatuh, kemudian menginjak-injaknya dan menduduki dada adik iparnya. Setelah itu dia menerjang adiknya dan memukulnya.
Melihat itu adiknya—Fathimah, memekik dan berkata: “Hai musuh Allah, berani kamu memukulku karena beriman kepada Allah!. Berbuatlah apa yang kamu suka, karena saya tetap bersaksi Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Umar tertegun mendengar kebenaran yang keluar dari mulut adiknya, ia merasa tertantang oleh adiknya, melihat kehebatan dan keberanian adiknya mengucapkan kebenaran dengan suara yang fasih dan tegas, Umar tiba-tiba menjadi lunak tak berdaya, kemudian tunduk dengan hati khusyu’. Setelah itu dia memandang Fathimah, tidak berapa lama dia memandang di tangan Fathimah ada shahifah lalu dimintanya shahifah itu dari Fathimah, katanya: “Berikan shahifah itu kepadaku agar aku dapat melihatnya” ‘Tidak mungkin…” kata Fathimah, “Dia tidak boleh disentuh oleh orang yang najis seperti kamu, pergilah dan bersuci!‘ Ia pun mengikuti arahan adiknya, kemudian ia kembali dengan jenggotnya yang meneteskan air, Fathimah pun memberikan shahifahnya kepadanya, lalu Umar pun membacanya:
-
Thaa Haa.
-
Wahai Muhammad, Al-Qur’an ini Kami turunkan kepadamu bukanlah untuk menjadikan kamu sengsara karena tidak sanggup melaksanakannya.
-
Akan tetapi Al-Qur’an ini diturunkan kepadamu, agar engkau gunakan untuk memberi peringatan kepada orang yang takut kepada Allah.
-
Al-Qur’an ini benar-benar turun dari Tuhan yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi,
-
Tuhan Yang Mahabelas kasih yang bersemayam di atas ‘Arsy.
-
Allah lah yang menguasai semua yang ada di langit dan di bumi, semua yang ada di antara langit dan bumi, serta semua yang ada di dalam tanah.
-
Wahai Muhammad, jika kamu berdo’a dengan suara keras, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan yang lebih tersembunyi lagi.
-
Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia. Allah memiliki nama-nama yang indah.
-
Setelah itu dengan hati yang khusyu’ dibacanya pula ayat berikutnya langsung ke ayat 14, sehingga hatinya penuh ketakutan jika dia sampai berani menentang Allah.
-
Sungguh Akulah Allah, tiada tuhan kecuali Aku. Oleh karena itu, taatlah kepada-Ku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat-Ku.
-
Sungguh kiamat itu pasti datang. Nyaris Aku tidak merahasiakannya kepadamu agar setiap orang mengetahui bahwa pada hari kiamat kelak, ia diberi balasan sesuai amalnya.
-
Wahai Musa, karena itu engkau jangan tertipu oleh propaganda kesesatan dari orang yang tidak beriman kepada hari kiamat dan mengikuti hawa nafsunya, sehingga engkau menjadi celaka di akhirat.
Setelah membacanya, Umar mendekap shahifah itu ke dadanya kemudian menciumnya, kemudian itu dia berdiri seraya berkata: “Tidak pantas bagi Allah yang ayat-ayatnya segini rupa untuk mempunyai sekutu untuk disembah, tunjukkanlah kepadaku dimana Muhammad!”
Pada saat itu muncullah Khabab bin Arat langsung mendekati Umar sambil berkata, bergembiralah wahai Umar, karena demi Allah, do’a Rasulullah terhadap dirimu telah terkabul. Umar pun melangkahkan kakinya menuju Shafa yakni ke rumah Arqam lalu dia mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Itulah sekelumit kisah Umar masuk Islam karena Al-Qur’an telah merubah dirinya, dari musyrik kepada Islam.Setelah Umar masuk Islam, dan hidup bersama Rasulullah dan para sahabatnya,kepribadian Umar berubah menjadi baik dan shalih dan mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Setelah beliau menjadi Khalifah, suatu hari Umar bin Khattab pernah berkata:
“Dahulu kami adalah bangsa yang hina, lalu Allah memuliakan kami dengan Islam.Karena itu, manakala kalian mencari kemuliaan dengan yang lainnya, niscaya Allah akan menghinakan kalian kembali.”
Khalifah Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu menyampaikanSabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya dengan kitab ini (al-Qur’an) Allah mengangkat derajat beberapa kaum dan merendahkan beberapa kaum yang lainnya.”(HR. Muslim)
Dan dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anha berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” [HR. Bukhari, Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah & Abu Dawud]
Kesimpulan: Orang-orang yang hidup dibawah naungan Al-Qur’an dan As-Sunnah (Al-Islam) yang membuahkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, yaitu berjalan lurus dan tetap teguh diatas jalan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, maka Allah Ta’ala akan melahirkan ketenteraman di dalam jiwanya. Memperoleh hidayah berjalan di atas jalan yang lurus (Al-Islam) pasti akan menyampaikan kepada Allah Ta’ala dan Allah Ta’ala pasti memberikan kepadanya kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Akhirnya Allah Ta’ala menempatkannya pada derajat dan kedudukan yang yang tinggi dan mulia di sisi-Nya.Hanya Al Qur’an dan As Sunnah lah yang berpotensi mengangkat harkat dan derajat manusia dalam hidup dan kehidupannya.
Ikhwani wa akhwatifillahi rahimakumullah.
Sering kali kita mendengar seruan, “Mari kita kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah,mengapakah manusia harus kembali kepada al-Qur’an dan As-Sunnah? Karena fitrah manusia telah diciptakan sesuai dengan al-Qur’an,sehingga apabila fitrah manusia mengalami gangguan, perubahan atau kerusakan dan kesakitan oleh faktor-faktor lingkungan disekitarnya, maka yang mempunyai kemampuan serta keahlian untuk memperbaiki, meluruskan dan mengobatinya hanyalah al-Qur’an, karena al-Qur’an datang berbicara dengan fitrah manusia mengikuti logika berfikirnya. Ia diturunkan oleh Allah yang menciptakan fitrah itu. Oleh karena Allah subhanahu wa ta’ala tahu segala sesuatu yang layak dan mendatangkan kebaikan bagi fitrah manusia. Allah juga tahu bagaimana hendak berbicara dengannya. Allah Maha Mengetahui segala pintu dan jalan-jalan yang harus dilaluinya. Allah mengemukakan kepada fitrah manusia suatu hakikat yang memang telah tersimpan di dalamnya sebelum dikemukakan oleh al-Qur’an kepadanya, yaitu hakikat mengakui keberadaan (wujud) Allah Yang Maha pencipta serta kewajiban berserah diri kepada Allah Yang Esa dengan ibadah dan taubat bersama seluruh alam semesta bertahmid dan bertasbih. Allah Ta’ala menerangkan karakter fitrah manusia sebagai berikut,
“Wahai Muhammad, ingatlah ketika Tuhanmu mengambil perjanjian dari anak keturunan Adam saat masih berada dalam rahim ibunya, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri. Firman-Ku kepada manusia: “Wahai manusia, bukankah Aku adalah Tuhan kalian?” Mereka menjawab: “Benar, kami bersaksi.” Wahai manusia, perjanjian itu dibuat supaya pada hari kiamat kelak kalian tidak berkata: “Di dunia dahulu kami tidak pernah mengenal ajaran tauhid.” Atau kalian berkata: “Nenek moyang kami dahulu telah menjadi musyrik dan kami adalah anak keturunan mereka. Wahai Tuhan, apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan sesat nenek moyang kami dahulu?” Demikianlah Kami jelaskan syari’at Kami secara rinci kepada manusia.Mudah-mudahan manusia yang sesat itu mau bertaubat kepada Tuhannya.” ((QS. al-A’raaf, 7:172-174)
Oleh karena perjalanan dan perubahan waktu yang panjang, maka fitrah itu diselubungi oleh kepulan-kepulan asap bumi dan diliputi oleh dorongan daging dan darah yang berkobar-kobar, maka fitrah itu diselewengkan dari jalan yang benar oleh desakan-desakan hawa nafsu dan syahwat. Maka disinilah al-Qur’an datang berbicara dengan fitrah manusia dengan menggunakan logika yang diketahuinya dan mengemukakan hakekat yang dilupakannya dengan menggunakan cara dan metode yang biasa dilaluinya. Dan diatas pondasi hakekat inilah al-Qur’an menegakkan seluruh peraturan hidup yang sesuai dengan aqidah dan fitrah serta sesuai dengan jalan menuju kepada Allah Pencipta Yang Esa, Maha Pengatur dan Maha Bijaksana. Maka Allah Ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar senantiasa kembali kepada kebenaran al-Qur’an setiap kali mereka menjauh daripadanya.
“Wahai Muhammad, teguhkanlah hatimu untuk mengikuti Islam sebagai agama ciptaan Allah. Allah ciptakan manusia sesuai dengan ajaran agama Allah.Tidak ada yang berubah dalam ciptaan Allah.Islam itu adalah agama yang benar.Akan tetapi sebagian besar manusia tidak mau menyadari kebenaran Islam.Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, taatlah kepada-Nya, dan laksanakanlah shalat.Janganlah ada di antara kalian yang menjadi orang musyrik.” (QS. ar-Ruum, 30: 30-31)
Ayat diatas menjelaskan bahwa fitrah Allah adalah asas segala ciptaan-Nya. Manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala dengan naluri beragama tauhid dan mengikuti aturan-Nya, jika ada manusia yang tidak beragama tauhid dan berpanduan al-Qur’an maka hal itu tidak wajar dan akan mengalami kerusakan disegala sisi.
Dalam hal ini, ajaran Islam menjelaskan bahwa tiap-tiap bayi yang dilahirkan ibunya berada dalam keadaan fitrah (suci, bersih) karena telah mentauhidkan Allah ‘azza wa jalla dialam ruh (QS. al-A’raf 7:172) dan sudah pasti tidak terlahir dengan membawa dosa warisan pendahulunya sebagaimana klaim orang-orang kafir. Sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Tiap-tiap bayi yang dilahirkan ibunya berada dalam keadaan suci, maka kedua ibu bapaknyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari)
Setidaknya ada tiga macam lingkungan yang mempengaruhi kondisi fitrah (asli)nya, yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan pendidikan (sekolah). Ketiga bentuk lingkungan inilah yang menentukan jiwa manusia itu tetap suci atau telah terkontaminasi dengan perkara yang berpotensi menjadikannya rusak sehingga tiada berguna. Semua faktor perusak diatas adalah sebuah keniscayaan yang tidak mungkin untuk dihindari, maka perlu adanya perawatan intensif dan menyeluruh agar terjaga dari hal-hal yang merusak. Oleh sebab itu Allah ‘azza wa jalla yang telah menciptakan manusiamenyediakan baginya buku panduan danpetunjuk hidup agar senantiasa berada dalam kebaikan dan keshalihan dan terhindar dari kerusakan yang membinasakan. Demikian pula jika dia tergelincir dalam kesesatan dan kejahatan selama dia berinteraksi dengan alam sekitarnya. Buku panduan dan petunjuk itu ialah al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala berfirman,
“Wahai kaum mukmin, orang yang telah mati hatinya lalu orang itu Kami hidupkan hatinya dan Kami beri hidayah sehingga dia dapat beramal shalih di tengah manusia, apakah sama dengan orang yang sesat dan tidak mau keluar dari kebiasaannya yang sesat?Begitulah setan menampakkan perbuatan-perbuatan sesat orang-orang kafir sebagai perbuatan yang indah di mata mereka.” (QS. al-An’aam,6:122)
Berkata Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya, “Ini merupakan perumpamaan yang diberikan kepada orang-orang mukmin yang sebelumnya dalam keadaan mati hatinya, maksudnya berada dalam keadaan sesat, bingung, celaka dan binasa, lalu Allah menghidupkannya kembali, yakni menghidupkan hatinya dengan iman serta menunjuki dan menuntunnya untuk mengikuti para Rasul-Nya.” “…Lalu orang itu Kami hidupkan hatinya dan Kami beri hidayah sehingga dia dapat beramal shalih di tengah manusia… artinya dia mendapatkan petunjuk bagaimana dia harus berjalan dengan cahaya itu. Cahaya tersebut ialah AL-QUR’AN. Apakah sama dengan orang yang sesat dan tidak mau keluar dari kebiasaannya yang sesat?Artinya kebodohan, hawa nafsu dan kesesatan yang beraneka ragam, lalu tidak mendapat petunjuk kepada jalan keluar dan jalan menuju keselamatan. Tentulah tidak sama!!!
Dari Katsir bin Abdullah dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata; Rasulullah pernah bersabda;
Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang tidak akan tersesat kamu selama kamu berpegang-teguh kepada keduanya, yaitu: Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Ibnu Abdil-Bar)
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
“Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara yang tidak akan sesat kamu dengan keduanya itu, yaitu kitab Allah dan sunnahku, dan keduanya tidak akan berpisah sehingga kedua-duanya datang kepadaku kelak di telaga.”(HR. Al-Hakim)
Dengan uraian diatas jelaslah bahwa untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya yang lurus dan jalan keselamatan serta membersihkan segala kotoran jiwa akibat polusi lingkungan yang demikian tebalnya ialah dengan al-Qur’an dan Sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam saja. Demikian pula solusi menghadapi segala bencana akibat globalisasi yang menjauhkan manusia dari tuntunan hidup berdasarkan syari’ah Allah ialah kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semata, tidak yang lain.
Sesungguhnya Allah menurunkan al-Qur’an kepada manusia bukan sekadar untuk mencari barakah dari membacanya, atau menjadi hiasan dinding dalam bentuk kaligrafi, atau untuk dibacakan kepada orang-orang yang meninggal dunia agar mendapatkan rahmat dari Allah. Akan tetapi al-Qur’an diturunkan supaya dijadikan sumber hukum dan undang-undang bagi orang-orang yang hidup, sehingga kehidupan mereka dapat diatur dengan petunjuk dan agama yang diturunkan oleh Allah.
Dengan cahaya petunjuknya, Allahmenunjukkan kepada ummat manusia arah jalan yang lurus dan benar, mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang. Rahmat dan barakah yang diberikan al-Qur’an akan menjelma ketika kita membacanya, ketika kita mempelajari dan memahaminya ketika kita berzikir dengannya dan ketika kita mengamalkannya dalam segala amal shalih kita.
Selain sebagai petunjuk dan pengarah kepada arah dan jalan yang benar, al-Qur’an juga sebuah kitab yang mengandung ilmu yang dapat mengantar penuntutnya ke gerbang keselamatan dan kebahagiaan hakiki, ia juga cahaya yang menerangi hati setiap pelaksananya sehingga terhindar dari rasa sedih dan susah, sekaligus sebagai obat mujarab dari Allah Ta’ala untuk menyembuhkan segala penyakit yang diderita oleh hamba-hamba-Nya.
Al-Qur’an menjelaskan,
“Kami telah menurunkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang beriman. Adapun orang-orang kafir, ketika mereka mendengar bacaan Al-Qur’an, mereka semakin sesat karena mendustakannya.” (QS. al-Israa’, 17:82)
Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa menyibukkan diri dengannya, sehingga kehidupannya menjadi aman dan damai, tenteram dan bahagia, selamat dan sejahtera dalam keluarga yang sakinah, dalam naungan yang teduh “baiti jannati” (rumahku surgaku).
Diantara keistimewaan dan kemuliaan Al-Qur’an
a. Al-Qur’an memberikan kehidupan yang penuh barakah
“Al-Qur’an ini adalah sebuah kitab yang sangat besar barakahnya yang Kami turunkan kepada manusia.Wahai manusia, ikutilah Al-Qur’an ini dan taatilah supaya kalian mendapat rahmat.” (QS. al-An’aam, 6: 155)
Allah Ta’ala berfirman dalam surah yang lain:“Demi kitab Al-Qur’an yang semua keterangannya mudah dipahami. Sungguh Kami turunkan Al-Qur’an ini pada malam yang berbarakah.Sungguh, Kamilah yang memberikan ancaman kepada orang-orang kafir.Pada malam itu setiap perkara sudah pasti diputuskan dengan bijak.Keputusan itu adalah urusan besar yang datang dari Kami.Sungguh Kamilah yang sejak dahulu mengutus rasul-rasul itu kepada umat manusia. Wahai Muhammad, rasul-rasul itu adalah rahmat bagi manusia dari Tuhanmu. Sungguh Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. ad-Dukhan, 44:2-6)
Itulah malam yang penuh barakah karena pada malam itulah permulaan Al-Qur’an berhubungan dengan bumi memancarkan cahaya petunjuk Ilahi, untuk mengatur kehidupan manusia kearah petunjuk keselamatan dan kesejahteraan dunia dan akhirat. Maka barangsiapa yang menerima Al-Qur’an sebagai panduan hidup dan melakukan segala amalan berpandukan dengannya maka dia akan mendapatkan keberkahan didunia dan diakhirat. Generasi pertama ummat Islam yang diturunkan al-Qur’an kepada mereka untuk pertama kalinya sepanjang generasi manusia, telah hidup dibawah naungan Allah dalam satu kurun waktu yang amat panjang nan gemilang. Generasi itu telah berlalu dan sesudah mereka Al-Qur’an tetap sebagai kitab suci dan dia tetap akan memberi barakah kepada ummat Islam selama mereka mengikuti generasi pertama dalam penerimaan dan pengamalan al-Qur’an.
b. Al-Qur’an adalah obat penawar, hudan (petunjuk) dan rahmat
“Wahai manusia, Al-Qur’an telah datang kepada kalian dari Tuhan kalian.Al-Qur’an menjadi obat penawar bagi hati kalian, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Wahai Muhammad, katakanlah: “Hendaklah manusia bergembira dengan turunnya Al-Qur’an dan syari’at-Nya yang diberikan kepada mereka. Al-Qur’an dan syari’at-Nya lebih baik bagi kalian daripada seluruh harta yang mereka kumpulkan di dunia.” (QS. Yunus, 10:57-58)
“Kami telah menurunkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang beriman.Adapun orang-orang kafir, ketika mereka mendengar bacaan Al-Qur’an, mereka semakin sesat karena mendustakannya.” (QS. al-Israa’, 17: 82)
Al-Quran merupakan obat penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman yaitu orang yang mempunyai hati yang telah mencapai kemanisan iman.Hati ini menjadi terang dan terbuka untuk menerima ketenangan, ketenteraman dan kedamaian yang terkandung didalam Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an terdapat penawar yang dapat menghilangkan perasaan galau, was-was, resah gelisah dan tidak menentu, dapat menghilangkan berbagai macam penyakit di dalam hati, misalnya keraguan, kemunafikan, kemusyrikan dan penyimpangan, maka Al-Qur’an akan menyembuhkan itu semua, sekaligus sebagai rahmat yang membawa dan mengantarnya kepada keimanan, hikmah dan melahirkan keinginan untuk mencari kebaikan. Al-Qur’an dapat menghubungkan hati manusia dengan Allah, yang dengan hubungan ini dia merasa aman dan tenteram, merasa mendapat perlindungan dan keamanan, merasa puas dan ridha dan apa yang yang telah ditetapkan Allah baginya. Dan hal itu tidak berlaku kecuali bagi orang yang beriman, membenarkan dan mengikuti petunjuknya.
c. Al-Qur’an merupakan bukti dan barometer kebenaran
“Wahai manusia, telah datang kepada kalian bukti kebenaran kenabian Muhammad dari Tuhan kalian.Kami telah turunkan Al-Qur’an kepada kalian sebagai suatu kebenaran yang jelas dan mudah dipahami. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Islam dengan teguh, Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga. Mereka akan mendapatkan pahala-Nya. Allah akan memberikan hidayah kepada mereka untuk melaksanakan Islam.” (QS. an-Nisaa’, 4: 174-175)
d. Al-Qur’an pembawa keadilan
“Wahai Muhammad, hendaklah kamu mengadili perkara kaum Yahudi dan Nasrani dengan syari’at yang Allah turunkan dalam Al-Qur’an. Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.Berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya kamu tidak terpedaya oleh mereka, sehingga kamu meninggalkan sebagian syari’at yang Allah turunkan kepadamu.Jika mereka meninggalkan sebagian syari’at itu, ketahuilah bahwa Allah berkehendak menimpakan adzab kepada mereka karena dosa-dosa mereka.Sebagian besar manusia itu benar-benar durhaka kepada Allah.” (QS. al-Maa-idah, 5: 49)
Muhammad bin Ishaq mengatakan dari Ibnu ‘Abbas: “Ka’ab bin As’ad, Ibnu Shaluba, ‘Abdullah bin Shuriya dan Syas bin Qais mengatakan: “Sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lainnya: ‘Pergilah bersama kami menemui Muhammad, siapa tahu kita dapat memalingkannya dari agamanya. Maka merekapun menemui beliau saw lalu berkata: “Hai Muhammad sesungguhnya engkau telah mengetahui bahwa kami adalah para pendeta, tokoh dan orang terhormat dari kaum Yahudi. Sesungguhnya jika kami mengikutimu, niscaya orang-orang Yahudi pun akan mengikuti kami, dan mereka tidak akan membantah kami. Antara kami dan kaum kami terdapat perselisihan, maka kami meminta keputusan kepadamu mengenai mereka.Menangkanlah kami atas mereka maka kami akan beriman dan membenarkanmu’. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak tawaran tersebut, kemudian Allah Ta’ala menurunkan ayat tersebut.
e. Al-Qur’an sebagai sebab datangnya kemuliaan
“Wahai manusia, Kami benar-benar telah menurunkan Al-Qur’an kepada kalian, sebuah kitab suci yang mengajarkan cara hidup mulia bagi kalian. Tidakkah kalian mau berpikir?” (QS. al-Anbiyaa’, 21: 10)
Mu’jizat Al-Qur’an terbuka untuk seluruh generasi manusia, tidak terbatas pada generasi yang menyaksikannya semata. Al-Qur’an telah menaikkan derajat dan kemuliaan ummat Arab apabila mereka menerima dan beriman kepada Al-Qur’an dan berusaha menyebarluaskannya ke seluruh pelosok bumi, yang sebelumnya mereka tidak punya nilai mulia untuk disumbangkan kepada umat manusia yang menjadikan mereka terkenal dan menjadi buah bibir dan ingatan manusia. Ummat manusia tetap mengingat jasa-jasa mereka dan memandang tinggi kepada mereka selama mereka berpegang kukuh terhadap Al-Qur’an dan memimpin ummat manusia dengan Al-Qur’an selama kurun waktu yang panjang, dimana manusia telah berhasil mencapai kebahagiaan dengan keta’atan mereka menjunjung tinggi Al-Qur’an. Tetapi apabila mereka meninggalkan Al-Qur’an, maka merekapun akan ditinggalkan oleh ummat manusia, dan kemuliaan serta kemasyhuran mereka mulai menurun dan akhirnya jatuh untuk kemudian mundur dibelakang ummat yang lain dan menjadi mangsa rebutan dan serangan bangsa-bangsa yang lain. Itulah yang telah dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu berikut ini. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya dengan kitab ini (al-Qur’an) Allah mengangkat derajat beberapa kaum dan merendahkan beberapa kaum yang lainnya.” (HR. Muslim)
Dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anha berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari, Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah & Abu Dawud)
Al-Qur’an dan Sunnah, Referensi Tertinggi Umat Islam
Itulah yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengajar dan menjelaskan, menyampaikan dan memberi petunjuk, mempraktekkan dan melaksanakan perintah. Sehingga beliau dapat kita jadikan sebaik-baik teladan dalam segala urusan hidup di dunia dan akhirat sebagaimana penjelasan al-Qur’an:
“Wahai kaum mukmin, sungguh pada diri Rasulullah telah ada teladan yang baik bagi kalian yang mengharap rahmat Allah, beriman kepada hari akhirat dan banyak mengingat Allah.” (QS. al Ahzaab, 33: 21)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak meninggalkan suatu perkara yang mendekatkan diri kita kepada Allah, kecuali beliau telah memerintahkannya kepada kita untuk melakukannya. Beliau tidak meninggalkan suatu perkara yang dapat menjauhkan diri kita dari pada-Nya melainkan beliau telah melarang kita melakukannya.
Dari Al-Muththalib bin Hanthab radhiyallahu ‘anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
Tidaklah saya meninggalkan sesuatu dari apa-apa yang telah Allah perintahkan kepada kamu sekalian dengannya, melainkan sungguh telah saya perintahkan dengannya; dan tidaklah saya meninggalkan sesuatu dari apa-apa yang telah Allah larang kepada kamu sekalian daripadanya, melainkan pasti telah saya larang kamu sekalian daripadanya.” (HR. lbnu Abdil-Bar)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara yang tidak akan sesat kamu dengan keduanya itu, yaitu kitab Allah dan sunnahku, dan keduanya tidak akan berpisah sehingga kedua-duanya datang kepadaku kelak di telaga.”(HR. Al Hakim)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
Hai sekalian manusia, tidak ada dari sesuatu yang mendekatkan kamu sekalian kepada surga dan rnenjauhkan kamu sekalian dari neraka, melainkan telah saya perintahkan kepadamu dengannya, dan tidak ada dari sesuatu yang mendekatkan kamu sekalian kepada neraka dan menjauhkan kamu sekalian dari surga, melainkan pasti telah saya cegah kamu sekalian daripadanya.” (HR. Al-Baghawi)
Perjalanan hidup beliau telah menjadi teladan bagi umat manusia, satu teladan yang selanjutnya diikuti jejaknya oleh para khulafaaur rasyidin dan para sahabat-sahabat beliau yang patuh dan setia. Dengan demikian terwujudlah sebuah hujjah dan jalan yang terang sebagai suatu bentuk penjagaan dari Allah subhanahu wa ta’ala agar umat ini tidak tersesat jalan dan terjerumus kedalam jurang kejahilan penuh bid’ah dan khurafat.
Oleh karena itu, menjadi suatu kewajiban yang mutlak bagi seluruh kaum Muslimin menjadikan al-Qur’an dan Sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai referensi tertinggi dalam kehidupan mereka. Referensi tertinggi ummat Islam bukanlah pertemuan-pertemuan agama atau ilmiah sebagaimana yang berlaku dalam agama Nashrani. Dan bukan pula terletak pada pemimpin keagamaan walaupun dia memiliki tingkat ilmu dan ketaqwaan yang sangat tinggi. Karenanya umat Islam tidak pernah mengenal adanya “Paus” yang memiliki kesucian dan otoritas tertinggi. Otoritas itu bukanlah milik satu mazhab atau tarekat tertentu yang menjadi panutan pengikutnya dalam keyakinan dan pemikiran, dalam bidang fiqih dan penetapan syari’at dan dalam bidang pendidikan dan akhlaq sopan santun dalam pergaulan manusia.
Referensi (otoritas) tertinggi umat Islam hanyalah dibatasi oleh dua buah sumber Ilahi yang ma’shum, yaitu al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana seluruh ummat Islam diperintah untuk merujuk dan mengikuti keduanya apabila mereka berselisih dalam satu perkara.
AllahTa’ala berfirman:
“Wahai kaum mukmin, taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya, serta para pemimpin yang menegakkan syari’at Islam dari golongan kalian.Jika kalian, rakyat atau pemimpin berbeda pendapat tentang sesuatu, selesaikanlah persoalan kalian itu dengan berdasar ketentuan Allah dan Rasul-Nya, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. Penyelesaian demikian itu lebih baik dan cara terbaik bagi kalian.” (QS. an-Nisaa’, 4: 59)
“Wahai kaum mukmin, taatlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya.Janganlah sekali-kali kalian mendurhakai Allah, padahal kalian telah mendengar ajakan Nabi-Nya.” (QS. al-Anfaal,8: 20)
“Wahai Muhammad, katakanlah kepada orang-orang mukmin: “Taatlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika kalian mengingkari perintah atau larangan Allah dan Rasul-Nya, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (QS. Ali ‘Imran, 3: 32)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berwasiat kepada ummatnya agar benar-benar berpegang teguh kepada dua sumber Ilahi ini dengan satu garansi atau jaminan tidak akan sesat selama-lamanya.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata; Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah (memberi nasihat) kepada orang banyak di kala haji wada’ (terakhir), beliau bersabda:
Sesungguhnya syaitan itu telah putusasa, bahwa ia akan disembah di tanahmu ini, tetapi ia ridha dita’ati pada selain demikian dari apa-apa yang kamu anggap rendah dari -amal perbuatan kamu, maka dari itu hati-hatilah kamu.Sesungguhnya aku telah meninggalkan buat kamu, jika kamu berpegang teguh kepadanya, maka tidaklah kamu akan sesat selama-lamanya yaitu: Kitab Allah dan sunah Nabi-Nya.” (HR. Al-Hakim)
Itulah prinsip yang tidak boleh dilanggar oleh setiap Muslim yang telah rela Islam sebagai diennya, dan begitu pulalah keyakinan yang wajib dimiliki dan tidak boleh berseberangan dengan yang demikian itu. Walaupun begitu tegasnya rumusan di atas, masih ada juga sebagian kaum muslimin yang tidak merasa cukup dengan dua sumber tersebut, dengan berbagai hujjah dan alasan mereka coba membenarkan tindakan mereka selanjutnya mencari sumber selain keduanya.Terhadap kaum Muslimin yang bersikap demikian, penjelasan berikut sangat penting baginya.
Dari Yahya bin Ja’dah ia berkata: Telah datang orang-orang dari kaum muslimin dengan membawa beberapa catatan yang mereka tulis di dalamnya sebagian yang telah mereka dengar dari kaum Yahudi, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Telah cukup kedunguan atau kesesatan suatu kaum, karena mereka tidak menyukai apa yang telah didatangkan Nabi mereka kepada mereka, kepada apa yang telah didatangkan oleh lainnya kepada selain mereka.” Maka turunlah ayat: “Tidaklah cukup bagi mereka, bahwa sesungguhnya Kami telah menurunkan atas engkau (Muhammad) al-Kitab (al-Qur’an) itu, yang dibacakan kepada mereka, sesungguhnya yang demikian menjadi rahmat dan pengertian bagi orang-orang yang beriman. [QS. al-Ankabuut, 29: 51]” (HR. Ad Darimi)
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Tidak sempurna iman seseorang kamu sehingga keinginannya menurut kepada apa yang aku datangkan kepadanya.” (HR. Al-Hakim)
Dari Abdullah bin al-Harts berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Seandainya Nabi Musa turun, lalu kamu sekalian mengikutinya dan meninggalkan aku, tentu sesatlah kamu. Aku bagi kamu daripada Nabi-nabi dan kamu sekalian bagiku daripada ummat-ummat.” (HR. Al-Baihaqi)
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Seandainya Nabi Musa hidup diantara kamu sekalian, tidaklah dia memperkenankanmu melainkan ia mengikut kepadaku.” (HR. Ahmad)
Akibat Menjauhi dan Meninggalkan Al-Qur’an
a. Kehidupan yang Sempit di Dunia dan Akhirat
“Akan tetapi, siapa saja yang menolak untuk mengikuti Rasul dan Kitab-kitab suci-Ku, maka ia sungguh akan hidup sesat.Pada hari kiamat kelak, Kami kumpulkan orang-orang sesat dalam keadaan buta.” Pada hari kiamat, orang yang sesat berkata: “Wahai Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal aku di dunia dahulu dapat melihat?” Allah berfiman: “Begitulah nasibmu, karena ketika Rasul dan Kitab-kitab suci-Ku datang kepadamu di dunia dahulu, kamu meninggalkannya. Karena itu pada hari kiamat ini kamu ditinggalkan di neraka.” (QS. Thaaha, 20: 124-126)
b. Syetan Akan Menjadi Teman yang Akan Menyesatkannya
“Siapa saja yang enggan mengingat Allah, Tuhan Yang Mahabelas kasih, maka akan Kami jadikan setan sebagai teman dekatnya. Setan itu akan membelokkan orang-orang kafir dari jalan Allah. Tetapi orang-orang kafir itu menyangka bahwa mereka itu berada di jalan yang benar.” (QS. az-Zukhruf, 43: 36-37)
c. Dimasukkan ke dalam Neraka Jahannam
“Manusia dan jin yang banyak itu Kami siapkan untuk menjadi penghuni neraka Jahanam. Penghuni neraka Jahanam ketika hidup di dunia mempunyai hati tetapi tidak mau memahami kebenaran, mempunyai mata tetapi tidak mau melihat kebenaran, mempunyai telinga tetapi tidak mau mendengar kebenaran.Mereka itu laksana hewan ternak, bahkan lebih bebal.Mereka itulah orang-orang yang lalai mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.” (QS. al-A’raaf, 7: 179)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Selamanya orang kafir memiliki sikap yang jelek terhadap al-Qur’an sejak dahulu hingga hari kiamat.Orang-orang kafir senantiasa dibisiki oleh syetan untuk menentang al-Qur’an sehingga mereka memandang baik kejahatan yang mereka perbuat. Allah Ta’ala berfirman,
“Kami sediakan setan-setan dari golongan jin dan manusia sebagai teman karib bagi orang-orang kafir. Setan-setan itu membisikkan keraguan di hati mereka akan adanya balasan di akhirat dan mendorong untuk bersenang-senang hidup di dunia. Orang-orang kafir itu patut untuk mendapatkan adzab seperti yang telah menimpa umat-umat yang sesat dahulu.Mereka itu kelak sungguh sangat rugi di akhirat.” (QS. Fushsilat, 41:25)
Yang dimaksud dengan ‘teman-teman karib mereka’ ialah syetan-syetan dari golongan jin dan manusia, yang dimaksud dengan ‘yang ada di hadapan‘ ialah nafsu dan kelezatan dunia yang sedang dicapai, sedangkan yang dimaksud dengan ‘yang di belakang mereka’ adalah angan-angan dan cita-cita yang tidakdapat dicapai. Orang kafir menganggap bagus akan amal-amal mereka yang telah lalu, sedangkan untuk masa yang akan datang, mereka tidak melihat diri mereka melainkan orang yang berbuat baik. Allah Ta’ala berfirman,
“Siapa saja yang enggan mengingat Allah, Tuhan Yang Mahabelas kasih, maka akan Kami jadikan setan sebagai teman dekatnya. Setan itu akan membelokkan orang-orang kafir dari jalan Allah. Tetapi orang-orang kafir itu menyangka bahwa mereka itu berada di jalan yang benar.” (QS. az-Zukhruf, 43: 36-37)
Allah Ta’ala berfirman,
“Orang-orang kafir berkata: “Janganlah kalian dengarkan Al-Qur’an ini. Hendaklah kalian buat keributan supaya kalian dapat mengalahkan suara bacaan Al-Qur’an.” Karena itu, sungguh Kami akan menimpakan adzab yang berat kepada orang-orang kafir. Di akhirat Kami akan berikan balasan yang lebih buruk daripada dosa yang mereka lakukan di dunia. Begitulah balasan neraka bagi musuh-musuh Allah.Mereka kekal di dalam neraka, sebagai hukuman atas pengingkaran mereka kepada Al-Qur’an.” (QS. Fushsilat, 41:26-28)
“Orang-orang kafir berkata: “Al-Qur’an ini hanyalah perkataan dusta yang dibuat oleh Muhammad. Dia membuat Al-Qur’an ini dibantu oleh sekelompok kaum Yahudi dan Nasrani.”Sungguh orang-orang kafir itu telah berbuat zhalim dan melakukan kebohongan yang sangat keji. Orang-orang kafir berkata: “Al-Qur’an ini hanyalah dongeng-dongeng umat-umat masa lalu yang dituliskan dan didiktekan kepada Muhammad pagi dan sore hari.” Wahai Muhammad, katakanlah: “Al-Qur’an ini diturunkan dari Tuhan yang mengetahui segala rahasia yang ada di langit dan di bumi. Sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya.” (QS. al-Furqan, 25:4-6)
Dalam Tafsirnya, Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa perkataan kaum kafir yang mengatakan keburukan terhadap al-Qur’an dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan kedunguan akal kaum kafir. Mereka mengatakan bahwa al-Qur’an adalah dongengan-dongengan orang terdahulu yang disalin dan yang kemudian dibacakan setiap pagi dan petang. Ini adalah perkataan yang bodoh sebab semua orang di zamannya mengetahui bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang ummiy yang tidak bisa menulis, namun semua orang di zamannya mengakui bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang jujur dan terpercaya, jauh dari kehinaan perbuatan mengada-ada, bahkan orang-orang menjulukinya dengan Al-Amin karena mengetahui kejujuran dan keshalihannya. Oleh karena itu Allah Ta’ala mengatakan bahwa mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar.
Padaayat yang lain Allah Ta’ala mengungkapkan bagaimana sikap kaum musyrikin terhadap Rasululullah dan Al-Qur’an, mereka meminta agarsegera diturunkan bencana jika Al-Qur’an itu bener-benar dari Allah subhanahu wa ta’ala.
“Wahai Muhammad, ketika kamu membacakan Al-Qur’an kepada kaum musyrik Makkah, mereka berkata: “Kami mendengar. Sekiranya kami mau membuat bacaan seperti Al-Qur’an, maka kami juga bisa melakukannya karena Al-Qur’an itu hanyalah dongeng-dongeng masa lalu.” Wahai Muhammad, ingatlah ketika kaum kafir Makkah berkata: “Wahai Tuhan, jika memang yang dibawa Muhammad adalah benar dari sisi-Mu, maka turunkanlah hujan batu kepada kami dari langit, atau turunkanlah adzab yang amat pedih kepada kami.” (QS. al-Anfaal, 8:31-32)
Firman Nya lagi,
“Setiap ada ayat Al-Qur’an datang kepada orang-orang musyrik, mereka pasti mendengarkannya dengan sikap mengejek.Hati orang-orang musyrik itu selalu melalaikan hari akhirat, dan mereka merahasiakan rencana jahat mereka kepada Nabi. Mereka berkata: “Bukankah Muhammad adalah manusia seperti kita juga? Patutkah kalian mengikuti Muhammad yang datang membawa sihir berupa Al-Qur’an?Padahal kalian tahu bahwa Al-Qur’an adalah sihir.” Muhammad berkata: “Wahai Tuhanku, Engkau mengetahui semua ucapan di langit dan di bumi. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Bahkan orang-orang musyrik berkata: “Al-Qur’an ini adalah perkataan orang yang mengigau, atau Muhammad telah merekayasa kebohongan, atau Muhammad juga seorang penyair. Karena itu, seharusnya Muhammad dapat menunjukkan mukjizat kenabian kepada kita sebagaimana rasul-rasul dahulu.” (QS. al-Anbiya, 21:2-5)
Mengenai ayat diatas, diriwayatkan oleh Bukhari bahwa Ibnu Abbas berkata, “Mengapa kamu sekalian malah bertanya kepada Ahli Kitab tentang kitab yang ada pada mereka, padahal mereka telah merubahnya, mengganti, menambah, dan mengurangi isinya.Sementara kitabmu merupakan kitab Allah yang terbaru. Demi Allah, kamu akan menjumpai kitab itu murni, belum terkontaminasi.”
Dalam ayat tersebut juga diberitakan tentang pembangkangan kaum kafir, keingkaran mereka, serta kebingungan terhadap apa yang diterangkan oleh al-Qur’an dan kesesatan mereka dalam memandang al-Qur’an.Tidaklah Allah menurunkan suatu ayat kepada suatu negeri yang telah diutus kepadanya seorang rasul, melainkan orang-orang kafir telah mendustakannya. Padahal kebanyakan dari mereka melihat tanda-tanda dari kekuasaan Allah Ta’ala dan aneka mu’jizat yang cemerlang, serta hujjah yang pasti dari Rasulullah saw. Oleh karena keingkaran itulah mereka dibinasakan Allah Ta’ala dengan kebinasaan yang dahsyat.
Sikap orang kafir di zaman sekarang.
Meskipun berbagai cara dan usaha orang-orang kafir menghalangi kaum Muslimin untuk mmempelajari dan memahami Al-Qur’an,namun mereka tidak akan mampu.Bahkan sinar Al-Qur’an ituakan terus meluas menembus cakrawala. Allah Ta’ala berfirman:
“Kaum Yahudi dan Nasrani ingin memadamkan cahaya Islam dengan ucapan-ucapan mereka, tetapi Allah tidak membiarkan keinginan jahat mereka itu.Allah menghendaki cahaya Islam terus memancar, sekalipun kaum kafir selalu membencinya.” (QS. at-Taubah, 9:32)
Inilah perkataan kaum kafir terhadap Al-Qur’an,
Mantan Perdana Menteri Inggris, William Ewart Gladstone berkata, “Percuma kita memerangi umat Islam dan tidak akan mampu menguasainya selama di dada-dada pemuda Islam ini bertengger al-Qur’an. Tugas kita sekarang adalah mencabut al-Qur’an di hati mereka., barulah kita akan menang dan menguasai mereka. Minuman keras dan musik lebih menghancurkan umat Muhammad daripada seribu meriam.Oleh karena itu, tanamkanlah ke dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi dan seks.”
Seperti juga yang dikhawatirkan Henry Ford terhadap Zionisme di negara adikuasa seperti Amerika.Ia sedemikian khawatir terhadap masa depan bangsanya yang sudah terinfiltrasi Yahudi dari arah pintu kebudayaan, hiburan, musik, dan olahraga yang sudah hampir dipertuhankan. Ia berkata,“Begitu kaum Yahudi memegang kendali atas minuman keras di Amerika, maka kita menghadapi masalah minuman keras dengan konsekuensi drastis. Begitu kaum Yahudi memegang kendali atas ‘film bioskop’, kita menghadapi masalah dengan film dan konsekuensinya yang sangat kentara. Setiap malam, ratusan ribu orang menghabiskan 2-3 jam waktu mereka di teater, setiap hari secara harfiah jutaan orang membuang 30 menit sampai tiga jam menonton film, dan arti sebenarnya dari hal ini adalah jutaan orang Amerika setiap hari merelakan diri mereka memasuki ide-ide kehidupan, cinta, dan tenaga kerja Yahudi… Teater bukan bersifat Yahudi dalam sisi manajerialnya saja, melainkan juga kesusastraan dan profesionalnya…”
Demikian juga dengan yang terjadi saat ini di negeri ini—dimana musik sudah menjadi candu yang amat memprihatinkan. Perhatikanlah keadaan kaum muda muslim yang sejak pagi hingga menjelang pagi kembali telah terhipnotis oleh musik. Banjir konser disana-sini, panggung-panggung penebar kemaksiatan tumbuh subur di seantero nusantara, dari perkotaan hingga melangsek ke pelosok-pelosok. Pemandangan yang sudah tak aneh lagi setiap kali melihat mereka para generasi muda muslim terlihat memakai headphone dengan terangguk-angguk kepala di segala aktifitas mereka. Lantunan ayat suci al-Qur’an bahkan gema adzan pun mulai enggan mereka dengarkan.Dan inilah yang sungguh mengkhawatirkan.
Bangsa Yahudi dengan Zionisme yang dianutnya, sangat bercita-cita dan sangat berkepentingan terhadap masa depan Islam dan kaum muslimin. Dimana kepentingan tersebut adalah tak lain kepentingan untuk menjajah dan menghapus Islam dari peradaban dunia. Hal ini tentu sangat memprihatinkan, sebab kondisi yang sebaliknya justru terjadi dalam tubuh kaum muslimin sendiri—dimana mereka tidak menyadari tentang betapa berharganya Islam dan keimanan mereka bagi diri mereka sendiri sehingga yang mau membayar semua keberhargaan itu semua ternyata malah musuh-musuh Islam yang rela meluangkan seluruh waktu, tenaga, dan biaya yang banyak untuk mewujudkan cita-cita busuk mereka itu.
Penutup dan do’a
Sebagai muhasabah di momentum Syawal yang fitri ini, kehinaan dan musibah yang menimpa pada umat Islam saat ini merupakan sebab kejahatan-kejahatan kita sendiri, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
“Wahai Manusia, bencana apa saja yang menimpa diri kalian, maka bencana itu adalah hasil kerja tangan-tangan kalian. Namun demikian amat banyak kesalahan-kesalahan kalian yang dimaafkan oleh Allah.” (QS. asy-Syuura, 42:30)
Tidaklah orang-orang kafir sedemikian rupa dalam melecehkan Islam, kecuali kaum muslimin sendiri melupakan dan bahkan turut pula melecehkan Islam. Dan tidaklah kaum muslimin turut menghinakan diri dan agamanya, melainkan ia tidak memahami syari’at-Nya yang termaktub dalam al-Qur’an dan sunnah-sunnah Rasul-Nya.
Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah ‘azza wa jalla agar memberikan taufiq kepada kaum muslimin dan mukminin untuk bersahabat dengan Al-Qur’an, as-Sunnah, dan ilmu yang bermanfaat, serta kefaqihan terhadapnya.
Ya Allah, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, perbaikilah diantara mereka, lembutkanlah hati mereka dan jadikanlah hati mereka keimanan dan hikmah, kokohkanlah mereka atas agama Rasul-Mu SAW, berikanlah mereka agar mampu menunaikan janji yang telah Engkau buat dengan mereka, menangkan mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka, wahai Ilah yang hak jadikanlah kami termasuk dari mereka.
Ya Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan tersebut dalam hati kami. Dan jadikanlah kami membenci kekufuruan, kefasikan dan kemaksiatan dan jadikanlah kami termasuk orang yang mendapat petunjuk.
Ya Allah, siksalah orang kafir yang menghalangi jalan-Mu, mendustai rasul-rasul-Mu, dan membunuh kekasih-kekasih-Mu.
Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam, hinakanlah syirik dan orang-orang musyrik, hancurkanlah musuh agama, jadikan keburukan melingkari mereka, wahai Rabb alam semesta.Ya Allah, cerai-beraikan persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam semesta.
Ya Allah, cerai-beraikan persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam semesta.
Ya Allah, karuniakan pada kami kesabaran dalam menegakkan kebenaran, ketetapan dalam melaksanakan perintah, dan kesudahan yang baik. Ya Allah, jauhkanlah kami dari segala bencana, selamatkanlah kami dari maksiat, limpahilah kami kebaikan, karuniakan pada kami surga, dan jauhkan kami dari neraka wahai Dzat Yang Maha penyayang.
Ya Allah, kami mohon kepada-Mu kebaikan yang telah kami ketahui atau yang belum kami ketahui. Dengan keagungan nama-Mu wahai Dzat Yang mengijabah setiap permohonan, Yang memberi setiap yang meminta, ampunkanlah dosa-dosa kami, kedua orang-tua kami dan seluruh kaum muslimin.
Ya Allah, perbaikilah untuk kami agama kami, yang menjadi benteng segala urusan kami. Perbaikilah urusan dunia kami, yang didalamnya terdapat penghidupan kami. Dan perbaikilah akhirat kami yang akan menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah hidup ini wadah bertambahnya segala kebaikan bagi kami, dan jadikanlah mati sebagai titik henti untuk kami dari segala keburukan.
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu keteguhan dalam melaksanakan ajaran-Mu dan kekuatan tekad untuk menepati jalan petunjuk-Mu.
Kami memohon kepada-Mu untuk dapat mensyukuri ni’mat-Mu dan beribadah menghambakan diri dengan baik kepada-Mu.
Kami memohon kepada-Mu hati yang suci sejahtera dan lisan yang jujur. Kami memohon kepada-Mu kebaikan yang Engkau Maha mengetahuinya dan kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang Engkau Maha mengetahuinya.
Ya Allah, kami mohon kepada-Mu keampunan dan kesejahteraan bagi agama dan urusan dunia kami, bagi keluarga dan harta kami.
Ya Allah, tutuplah aib dan cela kami, dan ubahlah rasa takut kami menjadi rasa aman damai, peliharalah kami dari depan dan dari belakang kami, dari kanan dan dari kiri kami, dan dari atas kami dan dari bawah kami, dan kami berlindung di bawah keMaha-agungan-Mu, dari malapetaka yang ditimpakan kepada kami, dari arah bawah kami, Ya Allah, ampunilah kesalahan kami, ketidak-tahuan kami, dan sikap berlebih-lebihan kami dalam urusan kami, dan hal hal yang Engkau lebih tahu dari kami. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan main-main, ketidak-sengajaan kami dan kesengajaan kami.
Ya Allah, kami adalah hamba-hamba-Mu, anak-anak dari hamba-hamba-Mu, ubun-ubun kami di tangan-Mu, ketentuan-Mu terlaksana pada diri kami, keputusan-Mu sangat adil pada kami, kami memohon kepada-Mu dengan seluruh asma yang Engkau miliki, yang Engkau namakan diri-Mu dengan asma itu, dan Engkau wahyukan asma itu dalam kitab-Mu atau Engkau ajarkan asma itu kepada salah seorang hamba-Mu atau Engkau Khsususkan asma itu untuk diri-Mu dalam ilmu ghaib di hadirat-Mu, kami mohon kepada-Mu agar jadikan Al-quran yang agung ini sebagai tanaman yang subur di hati kami, cahaya terang di dada kami, menjadi penyirna kesedihan kami, dan penghapus keresahan dan kedukaan kami.
Ya Allah ya Tuhan kami, bagi-bagikanlah kepada kami demi takut kami kepada-Mu apa yang kiranya dapat menghalang antara kami dan maksiat kepada-Mu dan demi taat kepada-Mu apa yang sekiranya dapat menyampaikan kami kepada surga-Mu dan demi taat kepada-Mu dan demi suatu keyakinan yang dapat meringankan musibah dunia kami, senang-senangkan-lah pendengaran-pendengaran kami, penglihatan-penglihatan kami dan kekuatan kami pada apa yang telah Engkau menghidupkan kami, dan jadikanlah ia sebagai warisan dari kami, dan jadikanlah pembelaan dari orang-orang yang menzhalimi kami serta bantulah kami dari orang-orang yang memusuhi kami.
Ya Allah Yang Maha mengetahui keghaiban, Penguasa atas seluruh hambanya, hidupkanlah kami, jika kehidupan baik bagi kami, dan wafatkanlah kami jika kematian itu lebih baik bagi kami.Ya Allah, kami mohon kepada-Mu rasa takut kepada-Mu di saat dilihat orang ataupun tidak dilihat. Kami memohon kepada-Mu ucapan hak di saat marah dan di saat hati lega. Aku memohon kepada-Mu keni’matan yang tiada habis-habisnya dan kesenangan batin yang tiada putus-putusnya. Kami memohon ridlo setelah datang keputusan-Mu dan rasa kesejukan hidup setelah mati. Dan kami memohon kepada-Mu kelezatan memandang wajah-Mu yang mulia dan kerinduan untuk berjumpa dengan-Mu dengan tanpa mengalami kesengsaraan yang memudlorotkan dan tanpa mengalami ujian yang mengakibatkan kesesatan. Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami pembawa petunjuk jalan yang berjalan di naungan hidayah-Mu
Wahai Tuhan kami, karuniakan kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan peliharalah kami dari adzab api neraka.
Aamiin.Wallahu ‘alam bishshawab.Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin…
“Maha suci Engkau ya Allah dengan memuji-Mu, aku berjanji dan bersumpah bahwa tidak ada Ilah (Tuhan) selain Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada Engkau.”
(Abujibriel.com/arrahmah.com)