KENDAL (Arrahmah.com) – Sejak berdiri tahun 1982, penentangan terhadap lokalisasi Alaska terus berdatangan. Warga, tokoh masyarakat, maupun kelompok Islam, silih berganti melakukan upaya penghentian aktivitas kemaksiatan tersebut.
Ketua Front Pembela Islam (FPI) Jawa Tengah, KH. Syihabuddin, menegaskan, desakan menutup Alaska tidak hanya disuarakan warga Kendal, tapi juga Temanggung. Pasalnya, Temanggung adalah Kabupaten dengan tingkat HIV/AIDS tertinggi di Jawa Tengah. Padahal, tidak ada lokalisasi di Temanggung.
“Mereka ‘jajan’ di Kendal,” ujarnya kepada Islampos.com, Jum’at lalu.
Dalam catatan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Temanggung, hingga akhir Maret 2013 telah tercatat jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 207 orang, dan sampai sekarang terus bertambah.
Disebutkan, lima orang penderita berasal dari kalangan swasta dan masih tergolong usia produktif. Dari hasil pantauan mereka terinfeksi HIV karena faktor heteroseksual.
Bahkan KH. Syihabuddin menjelaskan penderita HIV/AIDS dari usia muda menimpa tetangganya. “Ada dua orang. Dua-duanya masih duduk di bangku SMA,” terangnya.
Koordinator lokalisasi Alaska, Sarjo, sangat menyadari pekerjaan yang dilakukannya adalah hal nista. Sebagai muslim, bisnis zina seperti Alaska adalah bentuk kemunkaran dan haram untuk dilakoni.
“Saya muslim, saya sholat, saya puasa, dan saya tahu ini salah,” akunya kepada Islampos.com.
“Tapi ini terpaksa saya lakukan karena tuntutan kehidupan,” sambungnya
Terbersit perasaan malu dalam diri Sarjo saat menyadari tugasnya sebagai mucikari lokalisasi Seks. Iman dan kemungkaran tentu dua hal yang bertentangan. Terkadang jika ingin Sholat, masyarakat selalu memandangnya aneh.
“Kadang kalau mau tarawih, kami juga malu karena suka dipertanyakan masyarakat,” jelasnya.
Sarjo punya keyakinan, petualangannya di Alaska tidak akan dia lakukan selamanya. Sebagai muslim ia mengaku ingin taubat dan selalu pasrah kepada Allah. Bahkan meski mengaku tidak menyukai FPI, Sarjo siap memenuhi tuntutan organisasi pimpinan Habib Rizieq Syihab tersebut.
“Tidak perlu menutup, silahkan FPI beli tanah ini dan mengubahnya menjadi pesantren. Insya Allah saya siap,” punkasnya kepada Islampos.com.
(Islampos/arrahmah.com)