JAKARTA (Arrahmah.com) – Target penurunan konsumsi beras sebesar 1,5 persen per tahun sangat penting untuk mengantisipasi krisis pangan dunia. Pasalnya, kebutuhan beras di tingkat internasional terus naik, terutama dari Afrika. Penurunan konsumsi tersebut diarahkan untuk diversifikasi pangan, agar tidak terlalu tergantung dengan beras.
“Saat ini konsumsi beras kita masih tinggi yakni 139,15 kilogram per kapita per tahun. Dengan target penurunan sebesar 1,5 persen per tahun, lima tahun ke depan konsumsi bisa turun hingga 7,5 persen. Itu sudah angka lumayan,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan, Achmad Suryana, dalam acara diskusi krisis pangan yang diselenggarakan Majalah Trust, di Jakarta, Jumat (18/3/2011).
Menurutnya, masyarakat Indonesia masih sangat bergantung pada beras. Padahal, masih banyak produk karbohidrat lainnya seperti kentang, dan ubi.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Udhoro Kasih Anggoro, memperkirakan, tahun 2025 neraca pangan dunia akan defisit sebanyak 70 juta ton. Hanya dua wilayah yang diperkirakan tidak defisit yakni Eropa Barat dan Amerika Utara.
“Kita masuk dalam ancaman defisit tersebut. Makanya harus ada langkah antisipatif dengan menaikkan surplus beras dari 5 juta ton per tahun menjadi 10,8 juta ton,” katanya. (komp/arrahmah.com)