ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Serangan predator AS yang menewaskan 41 orang di barat laut Pakistan baru-baru ini mengancam kembali hubungan antara Pakistan dan Amerika Serikat. Islamabad menuntut “permintaan maaf dan penjelasan” dari Washington setelah kepala militer Pakistan menggambarkan serangan tersebut sebagai “agresi “.
“Tindakan seperti ini tidak pada tempatnya dan tidak dapat dibenarkan dalam keadaan apapun,” Jenderal Ashfaq Parvez Kayani mengatakan. Ia pun menyebut bahwa AS sembarangan dan tidak memiliki perasaan.
Kayani sangat menyesalkan tindakan yang dilakukan oleh militer Amerika Serikat dan menggambarkannya sebagai “pelanggaran hak asasi manusia.”
Ia pun menyesalkan bahwa tindakan seperti ini pun hanya akan membuat kedua negara semakin menjauh dari tujuan menghilangkan terorisme.
“Sangat penting untuk memahami bahwa tujuan kritis ini tidak bisa dikorbankan demi keuntungan taktis sementara. Keamanan rakyat Pakistan, harus diutamakan dalam hal apapun,” kata Kepala Angkatan Darat Pakistan.
Sementara itu, kecaman serupa juga diungkapkan oleh Presiden Pakistan Asif Ali Zardari dan Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani.
Dalam sebuah pernyataan, Gilani mengatakan, serangan itu “hanya akan memperkuat unsur-unsur radikal dan ekstremisme”.
Gilani berkata, “perilaku irasional tersebut berdampak negatif terhadap upaya untuk memisahkan kaum militan” dan “serangan tersebut akan menjadi pertanda yang sangat negatif pada upaya bersama untuk menghilangkan ancaman terorisme”.
Serangan oleh pesawat mata-mata yang dioperasikan CIA terjadi sehari setelah pengadilan Pakistan memberi ampun dan membebaskan kontraktor keamanan Amerika, Raymond Davis, yang ditangkap pada bulan Januari atas tuduhan pembunuhan warga Pakistan. Kasus Davis ini pun sempat membuat tegang hubungan antara kedua negara. (althaf/arrahmah.com)