Jalan-jalan yang terang, didirikannya mesjid baru dan pusat perbelanjaan mewah di ibukota Chechnya tidak berarti apa-apa bagi Raisa Turluyeva, yang putranya menghilang setelah ditangkap oleh aparat berseragam hitam.
Bagi Turluyeva (40), aturan Ramzan Kadyrov bahkan lebih menakutkan daripada perang masa lalu antara Mujahidin dan tentara Rusia yang meninggalkan Grozny dalam reruntuhan.
Matanya mencucurkan air mata ketika ia ingatbagaimana dua rumah keluarganya dibakar setelah sebuah serangan terhadap “tersangka militan” dilakukan pada Oktober 2009 dan anaknya yang berumur 19 tahun ditangkap beberapa jam kemudian dengan tuduhan memiliki hubungan dengan pemberontak. Adik iparnya melihatnya dalam tahanan, tidak mampu berdiri dan di wajahnya terlihat bekas pemukulan. Tidak ada kalimat darinya sejak itu.
“Tidak seorang perempuan pun di Chechnya yang memiliki putra dapat hidup tanpa rasa takut itu, Kami semua berdiri berbaris menunggu hal itu terjadi,” ujarnya. “Mereka berbicara banyak tentang rekonstruksi Grozny, tapi aku tidak peduli. Aku tidak tahu bagaimana hidup tanpa anakku.”
Turluyeva mengatakan anaknya belajar di Universitas Industri Minyak Grozny, tidak memiliki koneksi apapun dengan “pemberontak”.
Aktivis HAM mengatakan orang yang diduga memiliki hubungan dengan militan masih ditangkapi oleh pasukan yang setia kepada Kadyrov, yang mengelola republik di selatan Rusia yang didominasi Muslim layaknya tanah pribadinya. Moskow yang mengandalkan Kadyrov untuk memadamkan pejuang Islam, memberikan kebebasan kepadanya.
Kadyrov, mantan pemberontak yang berjuang memerangi pasukan federal selama perang 1994-1996, beralih sisi ketika tentara Rusia kembali ke wilayah itu pada tahun 99, bergabung dengan ayahnya yang menjadi pemimpin Chechnya pertama yang didukung Rusia.
Sejak menggantikan ayahnya yang tewas pada Mei 2004 dalam sebuah ledakan bom di stadion Grozny, ia telah menggunakan pasukan keamanan pribadinya untuk memaksakan pemerintahannya. Loyalitas yang tak tergoyahkan dan kebrutalan Kadyrov telah membuat kata-katanya sebagai hukum di tanah itu.
Ketika Kadyrov mendesak perempuan untuk mengenakan kerudung sejalan dengan tradis Islam, mereka yang tidak taat akan menghadapi serangan dan pelecehan oleh pasukan berpakaian hitam.
Natalya Estemirova, yang memimpin kantor internasional hak asasi manusia Chechnya dan berbicara tentang kampanye jilbab, diculik dari luar rumahnya di Grozny pada tahun 2009 dan kemudian ditembak mati beberapa jam kemudian.
Kritikus Kadyrov telah dibungkam, dengan beberapa musuhnya ditembak mati dalam pembunuhan bergaya seperti Moskow, Wina dan Dubai. Namun Kadyrov membantah telah terlibat.
Sulim Yamadayev, seorang panglima perang Chechnya yang bersaing dengan Kadyrov untuk dukungan Kremlin, ditembak mati di Dubai pada Maret 2009, beberapa bulan setelah kakaknya, anggota parlemen Rusia ditembak mati di Moskow.
Sebuah pengadilan di Dubai telah menghukum dua laki-laki dalam pembunuhan Yamadayev. Pengadilan Austria ingin berbicara dengan Kadyrov tentang pembunuhan mantan pengawalnya yang berbalik menjadi kritikus, Umar Israilov, yang ditembak mati di jalan Wina.
Kremlin telah memberikan Kadyrov sebuah kebebasan untuk mengendalikan republik, kebijakan “chechenization” yang mengikuti contoh Tsar, yang bergantung kepada pemimpin lokal selama kampanye mereka untuk menaklukkan Kaukakus di abad ke-19.
Sementara Kadyrov dilihat telah berhasil memerangi para pemberontak yang ia sebut sebagai “setan”, mereka telah tersebar di seluruh republik Kaukakus dan melancarkan serangan di tempat lain di Rusia, termasuk pemboman di bandara utama di Moskow yang menewaskan 36 orang.
Kadyrov menggambarkan dirinya sebagai pelindung persatuan Rusia dan bersumpah setia kepada pelindungnya, Perdana Menteri Vladimir Putin.
Dengan dukungan Putin, Kadyrov telah menerima subsidi dan memperkuat cengkeramannya atas wilayah tersebut. Potret besar dari Kadyrov dan Putin menggantung di sekitar Grozny, dan kota bahkan memiliki fan club Putin.
Tentara pendudukan tetap berada di Chechnya, namun mereka kebanyakan terbatas pada barak mereka.
Kadyrov berakting menguasai jalan-jalan dan pos pemeriksaan di Chechnya, “mengakhiri” pelanggaran oleh pasukan pendudukan dan upaya rekonstruksi telah meningkatkan popularitasnya di kalangan rakyat Chechnya yang telah lama hidup tidak normal dan tidak stabil setelah bertahun-tahun menghadapi perang.
“Orang-orang merasa senang dengan fakta sederhana bahwa mereka dapat mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah,” ujar Minkail Ezhiyev, seorang kepala Pusat Hak Asasi Manusia Chechnya. “Aku ingat tentara federal duduk di sekitar rumah kami dan melepaskan suara tembakan, membuatmu berpikir dua kali sebelum pergi keluar rumah. Banyak yang kini merasa berterima kasih kepada Kadyrov karena dia telah memberi mereka harapan untuk kehidupan yang normal”.
Kadyrov memiliki dukungan dari “ulama” Islam di sisinya untuk melemahkan “militan” dan menganggap dirinya sebagai pembela Islam.
“Masjid ini telah menjadi simbol persatuan untuk semua orang Chechnya,” ujar seorang mufti Grozny pilihan Kadyrov, Khadzhi Shashkhanov berdiri di depan mesjid besar di Grozny.
Kadyrov menggambarkan dirinya sebagai pilihan rakyat, melakukan tarian tradisional Chechnya dan membagikan kunci apartemen dan mobil bagi siapa saja yang membutuhkan.
Dia telah mengubah Grozny, yang sebagian besar rata oleh bom selama perang. Apartemen telah dibangun kembali dan gedung perkantoran meningkat di samping adanya masjid besar baru. Lampu-lampu jalan menyerupai dekorasi Natal dan pedagang internasional menawarkan dagangan mereka di pinggiran jalan-jalan Grozny.
Namun, di sisi lain, gambaran berbeda dari kemakmuran, yaitu ketakutan.
Seorang aktivis ham terkemuka Rusia, Svetlana Gannushkina membandingkan kehidupan hari ini di Chechnya dengan pemerintahan diktator Josef Stalin. “Ketakutan yang dirasakan oleh orang yang hidup di bawah tiran menjadi bagian dari kepribadian mereka dan bahkan membuat mereka mencintai dia,” ujarnya.
Tentara Kadyrov tampaknya mematikan efisien dalam memerangi pejuang Islam, yang dengan cepat mengumpulkan orang yang diduga terkait dengan jaringan militan, tanpa mempertimbangkan prosedur peradilan.
“Hukum Rusia tidak bekerja di chechnya,” ujar Alexander Nemov, seorang pengacara yang bekerja di Chechnya untuk menawarkan bantuan hukum kepada korban pelanggaran ham. “Kalimat Kadyrov menggantikan itu.”
Dia dan pekerja ham lainnya di Chechnya mengatakan tidak seperti sebelumnya, ketika orang-orang berbaris di kantor mereka untuk melaporkan pelanggaran oleh pasukan federal, sedikit dari penduduk Chechnya kini berani melaporkan hilangnya kerabat mereka di tangan orang-orang Kadyrov.
“Hampir tidak ada orang di Chechnya yang berani mengungkapkan pikirannya,” ujar Tatyana Lokshina, seorang pengamat Human Rights Watch yang seirng mengunjungi wilayah ini. “Orang-orang sangat takut.”
Lebih dari 27 orang diculik tahun lalu, 11 diantaranya berada di tahanan, delapan dibebaskan dan lainnya tidak diketahui keberadaannya.
“Saya pikir bahwa hidup saat ini jauh lebih menakutkan,” ujar Turluyeva untuk dirinya sendiri dan keluarganya. (haninmazaya/arrahmah.com)