AFGHANISTAN (Arrahmah.com) – Terkait dana yang disodorkan Badan Pengembangan Internasional Amerika Serikat (USAID) untuk menarik para perempuan Afghanistan aktif dalam dunia industri, Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA) angkat bicara.
Mujahidin IIA mengecam langkah AS tersebut, menganggapnya sebagai upaya untuk menyimpangkan para Muslimah Afghan dari aturan Islam dan tradisi bangsa Afghan yang sangat menghormati perempuan dan tidak mengeksploitasi mereka.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Mujahidin IIA mengatakan, “Perempuan menempati status terpuji dan penghormatan tertentu khususnya di masyarakat Afghan.”
“Perempuan dianggap sebagai ibu yang penuh kasih, saudari yang dicintai, puteri yang dikasihi dan para pengatur keluarga. Jilbab dan kerudung mereka dianggap sebagai tanda kebaikan,” tambah pernyataan itu.
Dana sebesar USD 200 juta untuk program perekrutan para perempuan Afghan ke dunia kerja, yang memungkinkan para ibu bekerja di dunia pabrik, mulai dari usia 18 hingga 30 tahun (usia produktif), dengan dalih untuk “meningkatkan peran wanita di masyarakat Afghan,” Mujahidin menganggapnya sebagai usaha penjajah untuk mengganggu rumah tangga warga Afghan.
“Tetapi para penjajah dan antek-antek mereka telah selalu berusaha untuk meredupkan kehidupan berharga di masyarakat Afghan ini dengan mengurangi rasa saling percaya antara wanita dengan pasangan (suami) mereka atas nama semangat mendukung perempuan. Dengan mempropagandakan menentang aturan-aturan Islam dan tradisi Afghan dengan dalih kebebasan, kemerdekaan dan hak asasi pendidikan dan dengan menghasut mereka untuk sebuah kemerosotan dan memberontak terhadap keyakinan dan masyarakat mereka demi uang atau jabatan resmi.”
Program yang disebut “Promote” itu akan dijalankan dengan dalih “kemajuan hak asasi wanita” yang akan menciptakan lebih dari 3.500 peluang kerja atau usaha bagi para wanita muda Afghanistan. (siraaj/arrahmah.com)