SWAT (Arrahmah.com) – Komandan Taliban Pakistan Adnan Rasheed menulis surat kepada Malala Yousafzai untuk mengungkapkan kebenaran yang disembunyikan Malala dan menjelaskan mengapa kelompok Taliban menembaknya, lansir DM pada Kamis (17/7/2013).
Malala mengalami luka akibat tembakan di kepala yang disebut-sebut dilakukan oleh pria bersenjata bertopeng saat ia pulang dengan bus sekolah pada Oktober tahun lalu di barat laut Lembah Swat Pakistan.
Penembakan itu tiba-tiba menjadi sorotan dunia dan Malala diterbangkan ke Inggris untuk menjalani pengobatan.
Malala dirawat di Inggris, di mana dokter mengobati bagian tengkoraknya dengan sebuah plat titanium. Merasa tidak aman kembali ke Pakistan, ia memutuskan mulai bersekolah di sebuah sekolah di Birmingham pada bulan Maret.
Gadis Pakistan itu kemudian dikabarkan berpidato di PBB di New York, pada ulang tahunnya yang ke-16, pekan lalu – yang dijadikan sebagai Hari Malala -.
Dalam pidatonya, Malala mengklaim bahwa peluru pembunuh berusaha membungkamnya, tetapi gagal.
Seakan ada yang menghalanginya memperjuangkan pendidikan (bagi wanita), Malala mengklaim, “Hari Malala bukanlah hari saya – hari ini adalah hari setiap wanita, setiap anak yang telah mengeluarkan suara mereka untuk hak-hak mereka.”
Seperti tak menyadari siapa teroris yang sebenarnya, Malala juga berkoar, “Ribuan orang telah dibunuh oleh ‘teroris’ dan jutaan terluka – Saya hanya satu dari mereka. Mereka berpikir bahwa peluru akan membungkam kami – tapi mereka gagal.”
“Para ‘teroris’ berpikir bahwa mereka akan mengubah tujuan saya dan menghentikan ambisi saya.”
Melalui suratnya yang menggunakan bahasa Inggris, Komandan Taliban Pakistan, Adnan Rasheed, membantah pidato Malala yang mebelokkan fakta. Rasheed mengungkapkan dalam surat itu bahwa Malala ditembak bukan karena ia menuntut ilmu di sekolah atau karena ia memperjuangkan pendidikan, melainkan karena ia telah berbicara menentang Taliban yang memperjuangkan Islam di Pakistan.
“Taliban percaya bahwa kau dengan sengaja menulis untuk menentang mereka [Taliban] dan menjalankan kampanye terselubung untuk memfitnah perjuangan mereka dalam menerapkan sistem Islam di Swat dan tulisan-tulisanmu itu provokatif,” tulis Rasheed.
“Kau telah mengatakan dalam pidatomu [di PBB] kemarin bahwa pena lebih berkuasa daripada pedang, maka [dapat dikatakan bahwa] mereka menyerangmu karena ‘pedang’mu, bukan karena bukumu atau sekolahmu”.
Rasheed juga menambahkan bahwa dia bukan menentang prinsip pendidikan bagi kaum perempuan, akan tetapi secara khusus menentang pendidikan Barat – yang dia juluki sebagai kurikulum setan atau sekuler.
Namun isu global begitu cepat dibelokkan, seakan-akan Taliban Pakistan menjadikan Malala sebagai target mereka lantaran Malala memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan Pakistan.
Rasheed menjelaskan bahwa Malala harus dibungkam karena ia menjalankan kampanye terselubung untuk memfitnah perjuangan Taliban dalam menerapkan sistem Islam di Swat dan tulisan-tulisan Malala dinilai provokatif.
Rasheed menyatakan bahwa pada faktanya Taliban tidak menentang pendidikan bagi kaum perempuan. Rasheed pun memaparkan mengapa Malala bisa sampai menjadi target Taliban.
“Ada ribuan gadis yang pergi ke sekolah sebelum dan sesudah perlawanan Taliban di Swat. Apakah itu bisa menjelaskan mengapa hanya kau [Malala] yang masuk dalam daftar mereka [Taliban]???” tanya Rasheed.
“Kau dan PBB sedang berpura-pura seakan-akan kau ditembak karena [memperjuangkan] pendidikan, padahal bukan ini alasannya, bersikap jujurlah, bukan pendidikan melainkan propagandamu lah yang menjadi masalah dan apa yang kau lakukan saat ini.”
Rasheed juga mengklarifikasi mengenai kerusakan sekolah-sekolah di Lembah Swat yang disebut-sebut dilakukan oleh Taliban Pakistan. Dia menjelaskan bahwa kerusakan-kerusakan itu disebabkan oleh tentara Pakistan.
Dalam suratnya, Rasheed juga memaparkan bahwa negara-negara Barat berada dalam konspirasi bersama Yahudi dan Freemason. Dia juga menyatakan bahwa Obama adalah seorang pembunuh masal.
Meskipun Rasheed menulis bahwa isu Malala diserang karena berkampanye untuk pendidikan itu begitu “menakjubkan”, Rasheed mengakhiri suratnya yang bertanggal 15 Juli 2013 tersebut dengan menyeru kepada Malala, “pulanglah kembali ke rumah [Pakistan], adopsi [ajaran] Islam dan budaya pashtun, bergabunglah dalam madrasah Islam Muslimah dekat kampung halamanmu.”
Hal itu menegaskan bahwa hidup Malala di kampung halamannya di Swat tidak terancam jika ia tidak menentang sistem Islam yang diperjuangkan Taliban.
Taliban mengaku bertanggung jawab atas upaya pembunuhan terhadap Malala dan menyatakan bahwa langkah yang ditempuh Malala pro-Barat.
Taliban Pakistan (TTP) yang terbentuk pada tahun 2007, merupakan payung yang menyatukan berbagai faksi pejuang yang beroperasi di barat laut wilayah kesukuan Pakistan yang bergejolak di sepanjang perbatasan Afghanistan.
Di bawah peran Taliban, dalam pemerintahan Afghanistan sejak tahun 1996 sampai 2001, kaum perempuan dilarang meninggalkan rumah jika tidak disertai dengan saudara laki-laki atau suami sebagai muhrim yang bisa melindungi mereka.
Maka tidak heran, dengan klaim bahwa sistem Islam bisa mengekang kaum perempuan, musuh-musuh Islam jelas berharap bisa membelokkan kebenaran dan memanfaatkan peristiwa penembakan Malala untuk menuduh Taliban yang memperjuangkan syariat Islam sebagai pengekang pendidikan (bagi kaum perempuan). (banan/arrahmah.com)