ISLAMABAD (Arrahmah.com) – AFP pada Minggu (13/3/2011) melaporkan milisi yang membantu pemerintah Pakistan untuk memerangi Taliban di barat laut negara itu terancam menyerah seiring dengan terus berlangsungnya sejumlah serangan dan minimnya kepedulian pemerintah terhadap mereka.
Dengan hanya bersenjatakan senapan Kalashnikov dan mengenakan pakaian tradisional suku, anggota milisi atau “Lashkar” harus berpatroli ke desa mereka sehari-hari untuk menangkal militan homegrown dan melindungi masyarakat.
Kelompok ini dibuat sejak akhir tahun 2006 untuk mendukung perang yang dikomandoi oleh pasukan pemerintah.
Namun peran mereka, lansir AFP, telah membuat mereka menjadi target berikutnya dari serangan Taliban. Dan setelah serangkaian serangan pemboman serta pembunuhan, banyak penduduk desa yang menjadi anggota tentara swasta ini mengatakan mereka siap untuk berhenti.
Di distrik Matani, Peshawar, kota yang menjadi gerbang ke daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di barat laut, peristiwa pemboman terjadi pada Rabu lalu, saat terjadi upacara pemakaman istri dari salah seorang milisi. Insiden ini menewaskan 37 orang dan melukai 150 lainnya.
Lashkar Matani terdiri dari sekitar 4.000 warga suku yang membentuk kelompok mereka pada tahun 2007 untuk melawan Taliban yang sebagian besar berbasis di negara tetangga kota Darra Adam Khel, di mana pasukan militer juga telah meluncurkan sejumlah serangan.
Kelompok itu mengatakan, pihaknya telah menjadi sasaran dua serangan bunuh diri, lima bom dan lebih dari 60 serangan roket. Mereka tidak hanya menyalahkan penyerang, tapi pasukan keamanan pemerintahan karena gagal memberikan dukungan material.
“Kalashnikov kami tidak bisa menandingi roket dan mortir Taliban,” kata seorang pemimpin Lashkar, Malik Sakhi Jan (50).
“Kami telah menjadi target Taliban. Mereka mengatakan kami antek Amerika karena kami mendukung pemerintah. Namun pemerintah tidak melakukan apapun bagi kami,” kata Jan.
Seorang pemimpin milisi Matani lainnya, Dilarwar Khan, kepada AFP menyatakan bahwa polisi telah menjanjikan dukungan tetapi hingga saat ini pihak kepolisian Pakistan tidak memberikan apa-apa.
“Kami kekurangan sumber daya, kami tidak menerima senjata, kami tidak memiliki amunisi dan kami tidak memiliki uang tunai, tidak ada jatah untuk para relawan Lashkar,” keluhnya.
Sementara itu, pemerintah berkilah bahwa pemerintah Pakistan tidak ingin bertaruh melalui pemberian bantuan secara materi kepada Lashkar. Pemerintah khawatir kekuatan Lashkar yang dipersenjatai hanya akan menjadi bumerang bagi tentara dan polisi.
“Kita berbicara kepada mereka dan akan menerima tuntutan yang wajar mereka,” kata Mian Iftikhar Hussain, informasi menteri di pemerintahan provinsi Pakhtunkhwa Khyber, AFP.
“Tugas Lashkar adalah membantu pasukan kami untuk melacak militan dan memberikan pembelaan untuk desa-desa mereka. Mereka tidak perlu memiliki persenjataan untuk menyerang, pekerjaan ini akan dilakukan oleh pasukan keamanan kami,” kata Mian Iftikhar Hussain, ketua dinas informasi pemerintahan provinsi Khyber Pakhtunkhwa, pada AFP.
Kepala Kepolisian Daerah, Liaqat Ali Khan, mengatakan peran milisi harus dibatasi untuk mengidentifikasi dan menemukan keberadaan militan bagi polisi.
“Mereka tidak dibentuk untuk menjadi kekuatan paralel atau alternatif,” kata Khan. (althaf/arrahmah.com)