(Arrahmah.com) – Organisasi Konferensi Islam (OIC) telah mendesak PBB untuk membuat upaya lebih untuk mengakhiri tirani yang dihadapi Muslim di Myanmar, lansir Muslims Today.
Selama pertemuan pada Rabu (10/7/2013) dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon, OIC mengatakan bahwa PBB harus menekan pemerintah Myanmar untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh komunitas Muslim Rohingya di Myanmar.
Ratusan Muslim Rohingya telah gugur dan ribuan lainnya mengungsi karena diserang oleh ekstrimis Buddha di Myanmar selama satu tahun terakhir.
Roble Olhaye, duta PBB Djibouti dan kepala kelompok OIC di PBB, menggambarkan serangan anti-Muslim di negara itu sebagai pembersihan etnis.
“Otoritas Myanmar gagal untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghentikan kekerasan itu,” dia menambahkan dalam konferensi pers bersama duta PBB Saudi, Abdullah al-Mouallemi.
“Apa yang kita inginkan dari PBB adalah agar PBB bersuara keras dan jelas, menjadi [penyeru] hati nurani dunia,” kata Olhaye.
Utusan Saudi untuk PBB juga mengingatkan bahwa Sekjen PBB telah berjanji untuk berbuat lebih banyak dalam membela hak-hak Muslim Rohingya. “Ada lebih banyak yang dapat dan harus dilakukan PBB,” kata Mouallemi.
“Kami menyeru kepada sekjen [PBB] untuk membuat suaranya terdengar lebih keras.”
“Hak-hak manusia yang paling dasar dan nilai-nilai kemanusiaan terinjak oleh pemerintah saat ini dan oleh unsur-unsur radikal di Myanmar,” tambah Mouallemi.
“Harus ada yang mengakhiri pembunuhan, jauh lebih mendasar, harus ada yang mengakhiri penganiayaan, tirani yang dihadapi populasi [Muslim] ini,” katanya.
Terdapat sekitar lima persen komunitas Muslim Rohingya di Myanmar dari hampir 60 juta populasi di negara itu. Mereka menjadi minoritas yang teraniaya dan menghadapi penyiksaan, pengabaian, dan represi sejak Kemerdekaan Myanmar pada tahun 1948.
Ribuan Muslim Rohingya di negara bagian barat Rakhine dirampas hak-hak kewarganegaraannya, membuat mereka rentan menghadapi tindak kekerasan dan pengusiran. (banan/arrahmah.com)