KAIRO (Arrahmah.com) – Kurang dari sebulan setelah pengusiran Hosni Mubarak, pemerintah sementara Mesir menghadapi krisis baru, apa yang harus dilakukan terkait ribuan dokumen yang diambil pendemo dari kantor Agen Keamanan Negara selama akhir pekan.
Otoritas sementara yang dipimpin militer menuntut bahwa file tertentu yang disimpan oleh Badan Intelijen yang berada di tangan internal Mubarak harus dikembalikan. Sebaliknya, mereka sedang tersebar di seluruh Mesir, file-file itu diperbaharui di Facebook dan Twitter setiap satu jam, memaksa pemerintah merespon mereka.
Beberapa dokumen berisi kejahatan dan pencabulan.
Salah satu file termasuk rekaman seks yang melibatkan putri Kuwait dengan seorang pengusaha terkemuka Mesir. Catatan lain adalah “ulama” Mesir menempati peringkat tertinggi sebagai sang “arjuna”.
Isra Abdel Fattah (32), seorang organiser dan blogger berbagi filenya dengan McClatchy. file tersebut termasuk transkrip rinci surat elektronik yang dikirim dari akun Gmail dan percakapan telepon dengan mantan suaminya.
“Aku tahu mereka semua menontonku, tapi aku tidak pernah membayangkan mereka tahu semua informasi tentang saya,” ujarnya.
Mungkin dokumen yang paling kontroversial adalah mengenai keterlibatan Keamanan Negara dalam pemboman di malam Tahun Baru di Alexandria. Pemboman yang menewaskan 21 orang dan melukai 80 lainnya, merupakan kekerasan terburuk terhadap Kristen Koptik di Mesir selama lebih dari satu dekade.
Legitimasi dokumen tersebut belum ditentukan, namun penyebarannya telah memicu protes pada Minggu (6/3/2011) di Kairo oleh ratusan orang Kristen Koptik.
Koptik, terutama di alexandria, telah mencurigai keterlibatan negara dalam pengeboman itu, mencatat bahwa pasukan keamanan yang seharusnya melindungi gereja telah hilang sebelum bom meledak.
Menurut dokumen itu, satu dari delapan yang mendiskusikan serangan terhadap gereja, Keamanan Negara menggunakan tahanan Islamis untuk membantu mengatur plot, termasuk rincian di pintu masuk dan keluar gereja. Dokumen tertanggal 2 Desember 2010 ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri. Hal ini mengacu pada pemboman gereja sebagai “Misi No. 77”.
Georgette Qilini, seorang koptik yang bertugas di parlemen Mesir, mengatakan Menteri Informasi Mubarak memerintahkan stasiun televisi untuk berhenti mengundangnya berbicara setelah ia mengatakan Keamanan Negara terlibat dalam ledakan.
“Mungkin mereka terlibat,” ujar Qilini pada Senin (7/3). “Kami mengunjungi gereja setelah insiden itu dan kami tidak percaya cerita pemerintah, banyak pertanyaan, namun aku tidak mengetahui dokumen apa pun.”
Ada juga beberapa file yang mengatakan penyiksaan oleh Keamanan Negara. Dalam salah satu surat yang dicap “top secret” pada tahun 2008 dan tersedia di Facebook, seorang pejabat senior menulis bahwa tahanan menderita “luka” selama dalam tahanan Keamanan Negara. Ia mengeluh bahwa interogasi harus ditunda sampai lukanya sembuh. (haninmazaya/arrahmah.com)