TRIPOLI (Arrahmah.com) – Media lokal Benghazi pada Selasa (7/3) menyatakan bahwa Moammar Gaddafi telah mengirimkan utusan untuk bernegosiasi dengan Dewan Interim Nasional (pihak yang sedang mempersiapkan sejumlah calon pengelola negara Libya di masa mendatang) di Benghazi.
Melalui negosiatornya, Gaddafi menyatakan kesiapannya untuk meninggalkan kekuasaan dan meninggalkan Libya, sebagai imbalan untuk memastikan keselamatan dirinya, keluarganya, dan aset kekayaannya, lansir harian Asharq al-Awsat.
Sumber menjelaskan bahwa pernyataan Gaddafi adalah sebagai berikut: Kongres Rakyat Umum (parlemen Gaddafi) akan melakukan sidang untuk menyatakan bahwa Gaddafi telah turun, dan kekuasaan diserahkan kepada Dewan Nasional. Sebagai imbalannya, Gaddafi mencari jaminan bagi keselamatannya, bahwa keluarganya, dan kekayaannya.
Dalam sebuah wawancara telepon dengan Asharq al-Awsat, salah seorang pejabar Dewan Nasional mengungkapkan bahwa Gaddafi meminta bantuan untuk meninggalkan Libya dan meminta jaminan bahwa ia tidak akan dikejar, baik secara internal maupun di luar negeri, atau dibawa untuk menghadapi pengadilan internasional.
Sumber tidak mengungkapkan isi tanggapan Dewan, namun hanya mengatakan bahwa: “Belum ada tanggapan resmi atas tuntutan Gaddafi, apakah negatif atau positif.”
Sumber pun menambahkan bahwa tren yang tengah populer di kalangan rakyat Libya saat ini adalah menolak semua negosiasi dan dialog dengan Gaddafi, dalam kondisi apapun.
Sumber juga mengungkapkan bahwa Gaddafi kemarin mendistribusikan sejumlah senjata dan amunisi di antara “Abna al-Rafaq”, sekelompok loyalis Gaddafi di Tripoli yang berafiliasi dengan pemimpin Komite Revolusi. Dengan demikian, Gaddafi berusaha untuk sengaja memperumit masalah dan membuat kekacauan tersebar, dalam rangka mengaburkan gambaran rakyat tentang apa yang terjadi di Libya di hadapan media asing dan pengamat.
Sumber mengatakan bahwa kelompok Abna al-Rafaq ini diperintahkan untuk berpatroli di Tripoli dan memmbuat kekacauan dalam rangka menyebarkan teror dan kebingungan di antara warga negara, dan di tengah-tengah jajaran wartawan dan koresponden asing, yang pada mulanya diundang Gaddafi ke ibukota Libya. (althaf/arrahmah.com)