(Arrahmah.com) – Diskusi Terbuka yang digelar MER-C, Rabu (26/6/2013) di Kampus YARSI, Jakarta, bertema ‘Kenapa Suriah?’ bisa disebut jomplang data.
Hal ini tampak terungkap saat acara sesi tanya jawab (dialog), dimana beberapa peserta mempertanyakan kevalidan data sekunder (dari wikipedia, google, media Barat, media pro rezim Suriah, dan lainnya) yang dipaparkan oleh Dokter Joserizal Jurnalis dari MER-C dan Jerry D Gray.
Ketika salah seorang peserta diskusi, Angga Dimas Pershada, dari Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) yang baru saja kembali dari Suriah mengungkap fakta, apa yang dia lihat, dengar dan alami langsung di Bumi Syam itu, maka paparan Joserizal dan Jerry D Gray yang menggunakan data sekunder itu pun menjadi tak klop dengan data dan fakta di lapangan.
Tudingan Jerry bahwa di belakang Mujahidin adalah Amerika dan Zionis–ini tuduhan yang sangat gegabah dan fatal–terbantahkan, termasuk sangkaan bahwa Mujahidin dapat bantuan Amerika dan ‘”Israel”.
Jangankan bantuan Amerika, pemerintah Qatar saja saat ingin membantu dana miliaran dolar, Mujahidin Suriah menolaknya, karena khawatir bantuan itu mengikat, ditambah dugaan di belakangnya adalah Amerika. Informasi ini diperoleh langsung dari Mujahidin saat Tim Media Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS) berada di medan Jihad Suriah belum lama ini.
Paparan Joserizal, yang di antaranya membagi kubu negara pendukung rezim Suriah dengan pendukung Mujahidin, tentu jadi amat kontras dan aneh, lantaran menyebut Jabhah Nushrah (JN)/Al Qaidah berada dalam “kotak” yang sama dengan Amerika dan “Israel”. Padahal Jabhah Nushrah di Suriah dicap sebagai “teroris” oleh Amerika. Bagaimana mungkin, sang “teroris” berada dalam satu kubu dengan si Pengecapnya (Amerika) dan Zionis dalam konflik yang terjadi di Suriah?
Hal lainnya berkaitan dengan peran AS dan Zionis “Israel” dalam mempersenjatai Mujahidin Suriah, termasuk JN (Al-Qaidah). Ini sangat tak sesuai dengan fakta di lapangan, sebagaimana temuan Tim Media FIPS yang juga baru kembali dari Suriah.
Tak ada bantuan senjata untuk Mujahidin Suriah dari AS ataupun Zionis. Jangankan Amerika dan “Israel”. Pemerintah Arab Saudi saja sudah dengan tegas menyatakan, agar bantuan senjata jangan sampai jatuh ke tangan “teroris” (Mujahidin, red).
Jauh-jauh hari Presiden Obama pun mewanti-wanti. Kalaupun ada bantuan senjata, maka, itu tak kan jatuh ke tangan “teroris”.
Amerika dan sekutunya, betul, memang memback-up “oposisi boneka”nya, yaitu dari kelompok politik yang tak berada di medan Jihad. Mereka, yang tergabung dalam Syrian National Council (SNC), kerjanya hanya berapat dari hotel ke hotel.
Bebera[a hari yang lalu, Presiden Prancis Francois Hollande, mendesak oposisi sekuler itu agar merebut (mengambil alih) wilayah-wilayah di Suriah yang saat ini dikuasai Mujahidin. Itu menunjukkan oposisi sekuler ini tak berada di ranah Suriah. Tak memiliki wilayah sebagaimana Mujahidin yang telah menguasai sekitar 80% bumi Suriah.
Dan, ini juga sekaligus sebagai jawaban bahwa tak ada hubungannya Mujahidin dengan Amerika dan sekutunya. AS dan sekutunya hanya punya kaitan dan memberikan bantuian kepada oposisi sekuler yang sama sekali tak berakar di Suriah.
Tapi, jika nanti dengan izin Allah, revolusi di Suriah ini berhasil memaksa rezim Asad turun, maka, tentu oposisi yang tidak mengakar inilah yang didorong AS dan sekutunya untuk berperan. Ya, mana mungkin AS dan sekutunya beserta negara-negara kafir lainnya merelakan Suriah menjadi sebuah negara yang menegakkan Islam!
Saat di Suriah, Tim Media FIPS mendapatkan kenyataan bahwa umumnya Mujahidin hanya bermodalkan AK-47 untuk melawan militer rezim Asad yang memiliki persenjataan canggih.
Dari mana AK-47 itu diperoleh? Selain bisa dibeli di kawasan tertentu seperti di Daer Zur, Suriah, atau Irak, Mujahidin mendapatkan banyak senjata dari ghanimah (hasil rampasan perang).
Diceritakan, warga Irak banyak yang menjual senjata kepada Mujahidin Suriah. Warga Irak itu mendapatkan banyak senjata, juga dari hasil rampasan perang saat mereka berperang melawan tentara Amerika.
Lalu, orang-orang kaya dari berbagai penjuru dunia pun tak kalah perannya dalam menghadirkan banyak senjata bagi Mujahidin di Suriah. Juga, tak kalah peran Mujahidin Afghanistan dan Palestina. Para Mujahidin Afghan dan Palestina menyuplai beberapa jenis senjata untuk Mujahidin Suriah. Senjata-senjata itu mereka peroleh dari hasil rampasan perang saat mereka berjihad melawan Amerika dan “Israel”.
Jadi, jika ditemukan mereka memegang senjata made in Amerika atau “Israel” ya wajar saja, memang itu dari hasil rampasan perang yang disuplai oleh Mujahidin dari luar Suriah. Bukan bantuan Amerika dan “Israel”.
Yang juga sangat gegabah adalah yang disampaikan Jerry D Gray. Mantan tentara pada angkatan udara Amerika yang telah memeluk Islam dan beristrikan orang indonesia ini mencoba mengungkap rekaman video di Youtube tentang “pemakan jantung tentara Asad”.
Jerry mengatakan bahwa itu adalah perilaku kanibal seorang Komandan Mujahidin yang telah memakan jantung Tentara Asad yang sudah tewas. Sebuah informasi dari Youtube yang dia telan mentah-mentah tanpa tabayun, meskipun bersumber dari orang kafir.
Padahal sosok Khalid Ahmad dalam aksinya memakan jantung tentara Asad yang diupload di Youtube itu hanyalah rakyat Suriah biasa. Hal ini ditegaskan Abu Usman, seorang Mujahid, anggota katibah Syuhada Salma.
Menurut Abu Usman, sikap Khalid Ahmad itu tidak lebih dari emosional pribadi. Khalid Ahmad memang menaruh dendam karena tentara Basyar membantai keluarganya.
“Sikap Khalid Al Ahmad itu merupakan kerjaan orang aneh,” jelasnya kepada Bumisyam.com di Salma Suriah (16/5/2013).
Anak buah Abu Ubaidah Al Falistini ini menilai sosok Khalid Al Ahmad sendiri dimanfaatkan kelompok pemerintah untuk membangun stigma buruk terhadap pejuang oposisi Suriah.
Pasalnya Khalid Al Ahmad memang hanya rakyat Suriah biasa, dan disebut-sebut tengah mengalami stres berat setelah anggota keluarganya dibantai oleh tentara Asad. Jadi, ia hanyalah warga biasa dan bukan bagian dari kelompok pejuang, apalagi Komandan Mujahidin, seperti disampaikan Jerry D Gray.
Demikian, catatan kecil ini hanya untuk mengklarifikasi beberapa data yang dipaparkan dalam Diskusi Terbuka tersebut. Tentu masih banyak yang perlu diklarifikasi. Tapi beberapa poin di atas cukup untuk menegaskan perlunya kita mentabayun setiap informasi yang menyangkut umat Islam, terutama para Mujahidin, agar kita tak menimpakan mudharat kepada saudara-saudara Muslim disebabkan kesalahan kita dalam menyampaikan informasi.
Dan, sangat disayangkan, jika dalam menyorot perang Suriah, kita tak merujuk pada media-media yang selama ini berada di pihak Islam dan kaum Muslimin.
(salam-online)