TRIPOLI (Arrahmah.com) – Pasukan yang menentang Moammar Gaddafi mengambil alih beberapa kota barat Libya, kata seorang pejabat pada hari Minggu (27/2/2011) bersamaan dengan terus dilakukannya usaha untuk mengurangi pemberontakan setelah sejumlah pemimpin dunia meminta Gaddafi untuk berhenti.
Para pemimpin protes membentuk “dewan transisi nasional” di kota-kota timur dan barat Libya yang berhasil direbut dari rezim Gaddafi dan meminta tentara untuk membantu mereka mengambil ibukota Tripoli.
Amerika Serikat mengatakan mereka siap untuk menawarkan “segala jenis bantuan” bagi rakyat Libya yang menggulingkan Gaddafi.
Kerusuhan di negara Afrika utara yang kaya minyak itu memicu “darurat kemanusiaan”, badan pengungsi PBB UNHCR mengatakan, karena hampir 100.000 buruh migran melarikan diri dari Libya.
Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, menyeru para pemimpin pemimpin dunia, termasuk Presiden Barack Obama, untuk menghentikan Gaddafi.
“Kita harus melihat akhir rezim dan tanpa pertumpahan darah lebih lanjut,” katanya. Clinton mempertegas bahwa Washington sangat ingin untuk kejatuhannya “sesegera mungkin.”
“Kami ingin dia pergi.”
Berbicara menjelang pertemuan Dewan HAM PBB di Jenewa pada hari Senin (28/2), Clinton mengatakan dia akan bertemu rekan-rekannya dari Eropa dan selainnya.
Dewan Keamanan PBB memberlakukan larangan perjalanan dan aset pada rezim Gaddafi dan memerintahkan penyelidikan atas segala kejahatan melawan kemanusiaan setelah sedikitnya 1.000 orang tewas dalam penggerebekan oleh aparat keamanan Gaddafi.
London mengatakan pihaknya telah membekukan aset Gaddafi dan keluarganya di Inggris yang berjumlah lebih kurang 20 miliar pound (32,2 miliar dolar AS, 23,4 miliar euro) aset cair.
Australia menyelidiki klaim bahwa Gaddafi jutaan dolar yang tidak terlapor, Menteri Luar Negeri Australia, Kevin Rudd, pada Senin (28/2). Canberra telah meluncurkan penyelidikan forensik untuk melacak aset rezim yang telah diam-diam disimpan di Australia.
Sementara itu, di negara tetangganya, Mesir, senator AS John McCain dan Joe Lieberman yang sedang berkunjung ke Kairo mendesak Washington untuk mengakui pemerintahan transisi di Libya dan memberikan dukungann dengan senjata dan bantuan kemanusiaan untuk mengusir Gaddafi dan kroni-kroninya.
Pada saat yang sama, presiden Prancis, Nicolas Sarkozy memperingatkan agar Eropa bisa menghadapi gelombang pengungsi “tak terkendali” yang melarikan diri dari Afrika Utara jika kerusuhan terus berlanjut, dan mendesak para pemimpin Uni Eropa untuk mengadakan pertemuan puncak krisis untuk menyamakan respon terhadap krisis yang sedang bergejolak di tanah Arab tersebut. (althaf/arrahmah.com)