DENPASAR (Arrahmah.com) – Sebagai persiapan ke forum tingkat tinggi untuk efektivitas bantuan di Busan, Korea Selatan, November 2011, Bappenas bekerja sama dengan Kementerian Federal Jerman menggelar lokakarya internasional bertema kerja sama segitiga mewujudkan kemitraan yang setara.
“Lokakarya `Triangular Cooperation: Towards Horizontal Partnership, But How?` ini bagian dari kerja sama internasional yang dibentuk untuk efisiensi bantuan pembangunan bagi negara-negara maju maupun negara yang membutuhkan,” kata Direktur Pendanaan Luar Negeri Multilateral Bappenas Dewo Broto Joko Putranto di Sanur, Bali, Senin (28/2/2011).
Di sela-sela lokakarya yang diselenggarakan di Sanur Paradise Plaza itu dijelaskan bahwa selama ini kerja sama bilateral dilakukan hanya secara searah atau negara-negara maju memberi bantuan kepada negara yang membutuhkan.
Hal itu menimbulkan kelemahan, yakni bantuan yang diberikan oleh negara donor belum tentu sesuai kebutuhan negara berkembang atau penerima.
“Karena berbagai hal terkait pemberian bantuan itu biasanya didominasi oleh peran pendonor,” ucapnya.
Dewo mengatakan, bila menggunakan bentuk kerja sama segitiga, maka negara-negara yang bersangkutan bisa menentukan kebutuhannya. Misalnya untuk bantuan sektor pertanian, Indonesia bisa berperan secara teknis dan Jepang yang membiayai, sedangkan negara di Afrika sebagai penerima.
Selain diselenggarakan oleh Bappenas dan Kementerian Federal Jerman yang diwakili oleh Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, lokakarya kerja sama segitiga itu juga didukung oleh ADBI (Asian Development Bank Institute), kelompok kerja sama Selatan-Selatan atau OECD (Organization for Economic Cooperation Development).
“Dalam lokakarya ini kita akan melihat apakah kerja sama segitiga dapat mencapai keberhasilan pembangunan lebih cepat, seperti program MDG`s di Indonesia. Nah, kita sedang melihat bentuk kerja sama ini,” jelasnya.
Dewo menambahkan, Indonesia merupakan salah satu negara ekonomi yang muncul sebagai negara pendonor sekaligus penerima bantuan. Hal itu menciptakan perspektif baru mengenai paradigma Utara-Selatan, Selatan-Selatan dan kerja sama pembangunan segitiga.
Contohnya, negara lain dapat belajar dari pengalaman Indonesia diranah sosial ekonomi, misalnya dalam program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) madani, bantuan operasional sekolah (BOS), dan program rehabilitasi daerah bencana.
Sementara perwakilan ADBI Dave Kruger mengatakan, terkait kerja sama segitiga yang tengah dirancang tersebut pihaknya turut membantu mengembangkan strategi proyek sebesar 30 persen. Dikembangkan strategi dengan mengaplikasikan 30 persen portofolio atau dana milik ADB.
Lokakarya yang dihadiri sekitar 60 praktisi dan pembuat kebijakan dari 21 negara yang terlibat kerja sama segitiga itu juga membahas tantangan-tantangan dan pembelajaran yang teridentifikasi menuju Forum Busan serta mengusulkan langkah konkrit untuk perluasan cara-cara yang terbukti berhasil terutama melalui analisa mengenai pengalaman kerja sama segitiga.
Grand desain atau rancangan jangka panjang 2012 – 2025 pembangunan Selatan-Selatan itu rencananya direalisasikan Maret – April 2011. (ant/arrahmah.com)