BEKASI (Arrahmah.com) – Tokoh Islam Indonesia, Hasyim Muzadi menegaskan, bila Front Pembela Islam (FPI) dibubarkan, maka bisa saja akan muncul FPI Perjuangan dan atas dasar itu ia tidak setuju dengan desakan tersebut.
“Jangan bubarkan ormas. Kalau itu terjadi pada FPI bisa saja berganti jadi FPI Perjuangan,” ujar Hasyim usai memberikan ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan oleh Pemkot Bekasi, Selasa malam (22/2/2011).
Presiden agama-agama sedunia itu menegaskan yang diperlukan adalah penegakan hukum bagi pelakunya bukan dengan membubarkan ormas tersebut.
“Kalau dibubarkan dan selanjutnya ganti nama itukan percuma,” ujar mantan ketua umum PBNU itu.
Hasyim menyatakan pada Selasa siangnya baru bertemu dengan Habib Rizieq dan menyarankan agar FPI tidak melakukan kegiatan apa pun selama dua bulan kedepan.
Upaya itu diperlukan untuk melihat apakah kekerasan yang terjadi memang disebabkan oleh FPI atau ada aktor intelektual di belakangnya.
“Bila dalam dua bulan masih terjadi kekerasan berarti bukan FPI yang memicu terjadinya berbagai kasus kekerasan,” ujarnya.
Hasyim menegaskan, kasus kekerasan yang berkedok agama yang murni disebabkan oleh faktor agama adalah hanya 30 persen saja selebihnya yang 70 persen disebabkan oleh ekonomi, politik, dan sebagainya.
“Saya telah mendamaikan kasus kekerasan terhadap agama di berbagai negara dalam konteks selaku presiden agama-agama sedunia,” ujarnya.
Ia mencontohkan kasus di Irak oleh banyak orang disebut penjajahan Kristen terhadap Islam apalagi George W Bush menyatakan itu sebagai perang suci, padahal persoalan sebenarnya adalah keinginan Amerika menguasai minyak di negara itu.
Begitu juga dengan kekerasan di Sudah Selatan. Ketika di negara miskin itu tiba-tiba ditemukan cadangan minyak yang sangat banyak, berbagai perusahaan asing masuk ke sana.
Persoalannya mereka perlu tempat yang luas untuk menjalankan bisnis dan cara yang digunakan adalah dengan membenturkan agama Islam dengan kelompok kristen.
“Cara itu mudah dilakukan dengan biaya yang murah. Maka terjadilah eksodus umat Islam Sudan dalam jumlah hingga 3 juta orang dari negerinya sendiri. Setelah itu, warga yang tinggal menuntut agar daerah mereka menjadi negara baru,” ujarnya.
Kekerasan berkedok agama, menurut ulama NU itu, sangat mudah dilakukan. Hanya dengan modal dua liter bensin. Satu liter digunakan untuk membakar masjid dan satu liter lainnya untuk gereja, maka bisa saja terjadi kekerasan.
“Umat harus hati hati dan jeli menyikapi. Jangan sampai terpancinglah,” tegasnya. (ant/arrahmah.com)