ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Pria berkewarganegaraan Amerika yang menembak mati dua orang warga Pakistan di Lahore, yang menjadi pemantik menegangnya hubungan Pakistan dengan AS, adalah seorang agen CIA yang sedang bertugas saat itu.
Raymond Davis telah menjadi sumber sejumlah spekulasi sejak ia melepaskan tembakan pistol Glock semi otomatis pada dua pria pada 25 Januari lalu.
Otoritas Pakistan menjerat Davis dengan pasal pembunuhan, namun pemerintah Obama terus mengklaim bahwa Davis merupakan staf administratif di konsulat Lahore dan memiliki kekebalan hukum.
Guardian melaporkan pada Minggu (20/2/2011) bahwa pria yang berusia 36 tahun itu adalah seorang mantan anggota pasukan khusus AS yang sedang ditugaskan oleh CIA.
“Tidak diragukan lagi,” kata salah seorang pejabat intelejen Pakistan.
Terbongkarnya identitas Davis ini akan semaking mempersulit usaha AS untuk membebaskannya yang mengklaim bahwa tindakan penembakan yang dilakukannya adalah upaya membela diri dari perampokan.
Jaksa Pakistan melaporkan Davis melepaskan 10 tembakan dari dalam mobilnya dan keluar dari mobilnya untuk menembak salah satu korban saat berusaha melarikan diri. Tubuh pria itu ditemukan 30 meter dari sepeda motornya.
“Sangat tidak masuk akal jika ini dikatakan sebagai membela diri. Jika benar, maka tindakan ini tidak sepadan dengan ancaman,” kata seorang pejabat polisi senior yang terlibat dalam kasus tersebut.
Pemerintah Pakistan sudah mengetahui status Davis sebagai agen CIA. Namun Islamabad terus melakukan aksi diam, tak berkomentar apapun, karena pada saat yang sama pemerintah harus menghadapi tekanan Amerika yang besar untuk membebaskan dia di bawah konvensi Wina.
Minggu lalu Presiden Barack Obama mengatakan langsung bahwa Davis adalah “diplomat kami” dan memerintahkan kepala diplomatik, Senator John Kerry, ke Islamabad. Namun, Kerry pulang dengan tangan kosong.
Insiden penembakan ini membuat rakyat Pakistan marah. Sejumlah analis telah memperingatkan kemungkinan besar akan muncul protes dengan gaya Mesir di Pakistan jika Davis dilepaskan.
Sementara itu, Amerika Serikat terus menuduh Pakistan secara ilegal menahan Davis dan tidak mengindahkan perjanjian internasional. AS mengancam untuk melakukan pemotongan bantuan $ 1,5 miliar (£ 900m) tahunan bagi Islamabad.
Saat ini, Davis sedang menanti kelanjutnya nasibnya di dalam penjara Lakhpat Kot di Lahore. Para pejabat Pakistan mengatakan mereka telah mengambil langkah-langkah luar biasa untuk memastikan keamanan, termasuk menjaga penjara dengan menugaskan sejumlah tentara paramiliter, Punjab Rangers. Menteri hukum, Sanaullah, mengatakan Davis berada dalam “pengamanan yang cukup ketat” dan diperlakukan istimewa. (althaf/arrahmah.com)