TRIPOLI (Arrahmah.com) – Ghaddafi mengirimkan sejumlah penembak jitu, artileri, dan helikopter tempur untuk melawan kerumunan demonstran. Selain itu, sejumlah aparat berpakaian preman yang membawa palu dan pedang menyerang keluarga para demonstran di rumah mereka, Telegraph melaporkan pada Sabtu (19/2/2011).
Para pelayat yang baru saja meninggalkan upacara pemakaman para pengunjuk rasa yang tewas di timur kota Benghazi terjebak dalam rentetan tembakan, menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai sejumlah lainnya. Seorang pejabat rumah sakit mengatakan salah satu dari korban meninggal akibat dihantam sebuah misil, dan sebagian besar ditembak di kepala dan dada.
Pihak rumah sakit kewalahan menangani korban yang terus berjatuhan.
“Banyak yang tewas dan yang terluka adalah kerabat dokter di sini,” katanya.
Dalam laporan terbaru pada Sabtu (19/2), jumlah korban tewas yang dibunuh oleh aparat keamanan pemerintah yang brutal Jumat malam (18/2) adalah 84 orang.
Libya timur, selama lima hari ini, telah menjadi lokasi perlawanan rakyat terhadap rezim Kolonel Ghaddafi yang sudah berlangsung selama 42 ahun.
Sementara ini belum jelas apakah perlawanan rakyat Libya terinspirasi oleh negara tetangganya, Tunisia dan Mesir, sementara jalur komunikasi melalui internet maupun telepon di Libya sengaja diputus oleh pemerintah.
Pasukan khusus Libya melancarkan penyerangan pada Sabtu dini hari (19/2) melawan ratusan demonstran di Benghazi, 600 mil dari ibukota Tripoli.
Libya merupakan salah satu negara pengekspor gas dan minyak terbesar di dunia, dimana sejumlah perusahaan multinasional, seperti British Petroleum (BP) terus mengeksploitasi sumber daya alam di negara Afrika tersebut. Sementara pada saat yang sama, angka kemiskinan sangat parah di Libya, terutama di wilayah timur (Benghazi). (althaf/arrahmah.com)