JAKARTA (Arrahmah.com) – Pasca pernyataan soal salah satu pengurus Front Pembela Islam (FPI) yang akan menghimpun tenaga menggulingkan SBY, jika SBY berani membubarkan ormas Islam dan tidak membubarkan Ahmadiyah, dinilai berdampak pada organisasi ini.
Sebagaimana dikutip situs resmi FPI, www.fpi.or.id, media ini memberitakan ada tiga anggota FPI yang ditengarai telah diculik.
Irwan, salah satu anggota Badan Investigasi FPI diculik di rumahnya di Slipi, Jakarta Barat pada pukul 05.30 WIB. Marsuni Kaloko, Panglima Laskar FPI juga diculik dari rumahnya pada 07.30 WIB Selasa pagi (15/2/2011). Dan satu lagi anggota FPI yang dapat berhasil lolos karena melakukan perlawanan.
Aksi ini penculikan ini mendapat perhatian serius seluruh laskar FPI.
Habib Rizieq juga menyampaikan ada upaya-upaya dari kelompok tertentu yang sedang berencana membuat kerusuhan di Jakarta dengan membentuk sebuah kelompok yang bernama “Forum Rempug Ganyang FPI.
”Dari investigasi yang dilakukan oleh FPI, kelompok yang didominasi oleh aktivis liberal ini berusaha membuat benturan dengan FPI. Mereka akan mengadakan pertemuan besar-besaran di Jalan Senopati pada Ahad tanggal 20 Februari, “ ujar Rizieq dalam ceramah yang dihadiri ratusan massa umat Islam di Cawang, Rabu (16/2), pukul 01.00 dinihari. Lebih jauh, Rizieq meminta aparat kepolisian untuk menindaklanjuti kasus ini.
“Mulai sekarang kita serukan kepada laskar, FPI sekarang siaga satu. Ada upaya-upaya dari kelompok tertentu yang ingin melakukan kekerasan terhadap FPI. FPI tidak akan pernah takut dan gentar,” tegas Habib Rizieq.
Salah diagnosa
Sementara itu, munculnya wacana pembubaran ormas anarkis pasca kasus Cikeusik dinilai ide yang salah sasaran. Ibarat salah mendiagnosa, yang sakit di kepala, yang diobati di dengkul. Pernyataan ini disampaikan Juru Bicara Hizbuttahrir Indonesia, M.Ismail Yusanto.
“Ungkapan Presiden SBY ini berusaha mengalihkan persoalan. Inikan ada masalah, tapi cari-cari masalah di tempat lain,” ujar Ismail Yusanto.
Pernyataan Ismail disampaikan menanggapi pidato SBY di Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang mengatakan, akan membubarkan kelompok atau organisasi resmi yang selama ini terus melakukan aksi-aksi kekerasan dan meresahkan masyarakat luas.
Meski tak menunjuk nama organisasi yang dimaksud, pernyataan SBY tersebut dianggap mengarah kepada salah satu ormas tertentu. Apalagi, beberapa jam pasca peristiwa Cikeusik, Ulil Abshar Abdalla, pentolan Jaringan Islam Liberal (JIL) yang saat ini menjabat sebagai Ketua Departemen Pengembangan Strategi dan Kebijakan Partai Demokrat, dikabarkan merapat ke Cikeas untuk memberi masukan kepada SBY terkait insiden di Cikeusik.
“Menurut saya jelas, dia berusaha memberi masukan kepada SBY untuk pembubaran ormas, terutama FPI. SBY mendapat masukan dari kelompok liberal, bukan dari aparat keamanan. Harusnya, kalau presiden cerdas, dia minta masukan dari BIN, TNI, atau polri, bukan dari kelompok liberal yang selama ini bersemangat ingin membubarkan FPI,” tegas Habib Rizieq.
Bukan tanpa alasan jika Habib Rizieq merasa ormas yang dimaksud oleh SBY adalah FPI, sebab pada akhir tahun 2010 lalu, kepada media massa, Ulil Abshar pernah mengatakan dirinya akan memberi masukan kepada SBY untuk membubarkan FPI.
“Saya akan memberikan masukan kepada Presiden Yudhoyono yang sekaligus juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Saya usulkan FPI dibubarkan, karena melihat track record mereka. Saya akan berusaha berkomunikasi dengan presiden,” kata Ulil ketika itu, Senin, 9 Agustus 2010 sebagaimana dikutip matanews.com.
Karena itu, Habib Rizieq menilai, wacana pembubaran ormas Islam sudah diskenariokan jauh sebelum peristiwa Cikeusik terjadi. Ia menyatakan, ada runtutan skenario yang dijalankan. Ia bahkan menyebut setelah SETARA Institute, LSM yang yang dimotori oleh Hendardi, di mana telah melansir laporan tentang basis radikalisme dan kelompok radikal di Jadebotabek.
“Laporan itu fitnah terhadap umat Islam, para habaib, dan majelis-majelis taklim. Mereka menganggap majelis-majelis taklim sebagai sarang radikalisme yang akan menciptakan teroris-teroris masa depan. Fitnah itu kemudian disambut SBY dengan wacana pembubaran ormas belakangan ini,” lanjut Rizieq.
Alumnus King Saud University, Saudi Arabia, ini menilai pernyataan SBY sebagai ancaman terhadap ormas Islam. “Jadi jangan dibilang kita mengancam pemerintah. SBY duluan yang mengancam ormas Islam. Kita menyambut ancaman itu dengan dua pilihan: Bubarkan Ahmadiyah atau Revolusi,” kata Habib Rizieq.
Lebih jauh, Habib Rizieq tetap menyebut aksi di Cikeusik adalah bentrok massa yang dipicu oleh sikap Ahmadiyah yang menantang warga. Dia menegaskan tak ada atribut FPI atau ormas tertentu dalam aksi tersebut.
“Kalau disebut ada FPI di sana, anggota FPI itu ada di mana-mana, sebagaimana anggota-anggota ormas lain pun ada di mana-mana,” tukasnya. FPI juga menegaskan, pasca bentrokan, Kapolri sudah menegaskan tak ada ormas yang terlibat. “Harusnya Presiden SBY tanya Kapolri, bukan tanya sama LSM liberal, “tegasnya.
Yang jelas, ujar Rizieq, pihaknya tak akan tinggal diam jika ada ormas Islam atau FPI dibubarkan.
“FPI tidak akan tinggal diam jika ada ormas Islam yang dibubarkan oleh pemerintah,” tegas peraih gelar master dari Universitas Kebangsaan Malaysia ini. (hid/arrahmah.com)