ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Pemerintah Pakistan mengatakan pada Senin (14/2/2011) pihaknya berharap bahwa pembicaraan yang sempat ditunda dengan Amerika Serikat dan Afghanistan akan segera dijadwal ulang, meskipun terdapat krisis diplomatik mendalam atas penahanan berkelanjutan seorang staf kedutaan AS.
Departemen Luar Negeri AS menunda pembicaraan, yang ditetapkan untuk bulan ini, setelah gagal meminta Pakistan untuk melepaskan Raymond Davis, pelaku pembunuhan dan saat ini ditahan di Lahore.
Perundingan tahunan yang mempertemukan para menteri dan pejabat lainnya untuk meninjau perang di Afghanistan dan memerangi ‘terorisme’, telah dijadwalkan pada 23-24 Februari di Washington.
“Kami berharap bahwa pertemuan tiga pihak ini akan dijadwal ulang sesegera mungkin. Pertemuan ini penting bagi perdamaian dan keamanan di kawasan kami,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan, Abdul Basit, pada AFP.
Penundaan terbatas menandai pukulan terbaru bagi hubungan Pakistan-AS, yang telah semakin rapuh sejak Davis mengaku menembak mati dua pengendara sepeda motor di Lahore Pakistan pada tanggal 27 Januari.
Washington mengatakan dia adalah seorang diplomat dan kebal dari penuntutan.
Polisi Pakistan pada Jumat menolak klaim Davis yang membela diri dengan alasan bahwa kedua orang Pakistan itu hendak merampoknya, dan menuduhnya melakukan pembunuhan berdarah dingin. Seorang hakim memperpanjang dua minggu hukuman penjara bagi Davis untuk sementara. Keputusan ini pun menyulut kemarahan pemerintah AS.
Pemerintah Pakistan yang lemah berada di bawah tekanan domestik yang sangat besar terhadap proses hukum Davis, sementara sentimen anti-Amerika terus meningkat di Pakistan.
Anggota parlemen AS telah mengancam untuk memangkas dana bantuan untuk Pakistan, termasuk salah satunya bantuan militer yang dipotong sebesar $ 2 milyar. Washington telah memperingatkan bahwa dialog tingkat tinggi akan beresiko, kecuali Davis dibebaskan.
Menteri luar negeri AS, Hillary Clinton, menolak untuk bertemu dengan menteri luar negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi pada konferensi baru-baru ini di Munich untuk menunjukkan ketidaksenangan atas kasus tersebut, ungkap salah seorang diplomat. (althaf/arrahmah.com)