JAKARTA (Arrahmah.com) – Jihad adalah solusi untuk menyelesaikan persoalan pembersihan etnis muslim di Myanmar. Tanpa jihad, kehormatan kaum Muslimin akan terus diinjak-injak rezim militer dan kaum Budha di sana. Rencana ini, menurut ustadz Jakfar Shidiq pengurus DPP Front Pembela Islam (FPI), disampaikan secara terang-terangan dan terbuka kepada umat Islam. Sebab jika dilakukan tertutup, justru akan dimanfaatkan Densus 88 untuk menteror umat dan menunggangi sebagai isu teroris. “Jangan sampai dimanfaatkan oleh Densus 88. Kita dipojokin lagi,” ujarnya taktis. Demikian tulis surat elekronik KAMRA-FUI yang diterima redaksi arrahmah.com.
Meskipun saat ini, upaya diplomasi tetap dilakukan dengan meminta pemerintah dan kaum Budha Myanmar menghentikan tindakan keji mereka. Namun bila upaya diplomasi ini gagal dan menemui jalan buntu, maka medan jihad telah terbuka di hadapan mata. “Kalau secara diplomasi pemerintah tak peduli, maka kami minta orang-orang Rohingya untuk menyiapkan anak-anak muda di sana untuk membuka wilayah. Saatnya para mujahidin dunia berdatangan, wilayah sudah terbuka,” katanya penuh semangat, pada acara Majelis Taqarrub Ilallah dan Temu Pembaca Suara Islam ke-33 di Masjid Baiturahman, Jl DR. Sahardjo, Jakarta Selatan, Sabtu (25/5/2013).
Menurut Ustadz Jakfar, saat ini telah siap 1000 pemuda muslim Indonesia untuk masuk ke Rohingya membela saudara-saudara mereka yang terbantai. Hal ini dilakukan supaya kaum agama lain yang mayoritas di negeri itu tidak sewenang-wenang menindas umat Islam.
Dia juga mengatakan, dalam rangka mempersenjatai lengkap seribu orang itu, diperlukan dana setidaknya Rp10 miliyar. Dana itu akan dihimpun dari muslim Indonesia yang peduli terhadap nasib muslim Rohingya. “Saya yakin sampai Ramadhan Rp10 mliyar itu akan terkumpul,” katanya mantap.
Pada acara yang dipandu Sekjen FUI KH Muhammad Al Khaththath itu, hadir pula tokoh-tokoh umat Islam Indonesia antara lain Ketua Umum DPP Gerakan Reformis Islam (GARIS), H Chep Hernawan dan Sekjen Komite Advokasi Muslim Rohingya-Arakan (KAMRA), Ustadz Bernard Abdul Jabbar.
(azmuttaqin/arrahmah.com)