SAN’A (Arrahmah.com) – Ribuan orang melakukan aksi protes di jalan-jalan ibukota Yaman menyerukan agar Presiden Ali Abdullah Saleh turun dari jabatannya.
Kericuhan sempat terjadi di San’a antara kelompok yang pro dan kontra pemerintah setelah seseorang dengan pisau dan tongkat memaksa sekitar 300 pengunjuk rasa anti-pemerintah untuk mengakhiri unjuk rasa, kantor berita Reuters mengutip para saksi yang mengatakan pada hari Sabtu (12/2/2011).
Kantor berita Associated Press melaporkan bahwa tentara memukuli beberapa pengunjuk rasa anti-pemerintah.
Terinspirasi oleh pemberontakan yang menggulingkan Mesir Hosni Mubarak, para pengunjuk rasa meneriakkan “Setelah Mubarak, giliran Ali!” dan “Revolusi Yaman setelah revolusi Mesir.”
Ali Abdullah Saleh, yang berkuasa sejak tahun 1978, minggu lalu berjanji untuk mundur ketika berakhir masa jabatannya pada tahun 2013. Dia juga berjanji untuk tidak mewariskan kekuasaan kepada anaknya.
Tindakannya ini diikuti oleh protes sporadis anti-pemerintah, sementara oposisi belum menanggapi panggilan Saleh untuk bergabung dengan pemerintah. Namun anehnya pihak oposisi ingin pembicaraan ini dilakukan di bawah Barat atau Teluk Arab.
Pemerintah Yaman telah menahan sedikitnya 10 orang pada Jumat malam (11/2) setelah pengunjuk rasa anti-pemerintah di San’a ikut merayakan kejatuhan Mubarak, Human Rights Watch melaporkan.
Kelompok itu mengatakan perayaan berubah menjadi bentrokan ketika ratusan orang bersenjata yang membawa pisau, tongkat, dan senapan serbu menyerang para pengunjuk rasa.
Pada hari yang sama (11/2), Gerakan Selatan mengatakan polisi membubarkan ratusan warga Yaman yang merayakan kemenangan Mesir menggulingkan kekuasaan Hosni Mubarak di jalan-jalan di Aden, di mana polisi telah dikerahkan sejak pagi untuk menekan protes yang direncanakan pada hari sebelumnya.
Sekitar 3.000 demonstran di Yaman selatan melakukan protes pada Jumat sore (11/2) untuk menuntut pemisahan diri, meskipun sebagian besar protes segera dibubarkan oleh aparat keamanan.
Sementara itu, laporan mengenai penembakan salah seorang demonstran hingga tewas oleh pihak kepolisian belum bisa dikonfirmasi.
Sebuah laporan mengatakan bahwa Saleh telah mengadakan pertemuan dengan para pejabat tinggi departemen pertahanan, politik, dan keamanan pada hari Jumat malam (11/2). Mereka membahas rencana untuk menaikkan gaji pegawai negeri sipil dan militer menjadi sekitar $ 47.
Para pemimpin oposisi mengatakan, upaya Saleh itu tidak akan pernah mampu menghentikan kemarahan rakyat.
“Ini adalah langkah cepat untuk mencoba dan menyingkirkan kemarahan rakyat, tapi rakyat Yaman sebenarnya tidak marah mengenai kurangnya upah,” kata Mohamed al-Sabri, seorang pemimpin koalisi oposisi Yaman.
“Keputusan ini adalah pembacaan yang keliru terhadap situasi di Yaman.”
Sekitar 40 persen dari 23 juta Yaman orang hidup dengan penghasilan kurnag dari $ 2 per hari, sementara satu per tiga rakyat Yaman harus menghadapi kelaparan kronis. (althaf/arrahmah.com)