PARIS (Arrahmah.com) – Seorang tentara Perancis yang tengah berpatroli di area bisnis di Paris barat, ditikam di leher pada Sabtu (25/5/2013) oleh seorang pria yang dengan cepat melarikan diri dan hingga kini masih diburu oleh polisi, ujar sumber polisi.
Hanya berselang empat hari setelah pembunuhan tentara Inggris, Lee Rigby di London, penyerangan terhadap tentara Eropa terjadi di Perancis. Belum jelas motif di balik serangan ini.
Tentara tersebut berpatroli sebagai bagian dari rencana pengawasan “anti-teroris” Vigipirate Perancis. Ia mengalami luka dalam penyerangan yang terjadi pada pukul 18.00 waktu setempat namun menurut sejumlah sumber dirinya bisa bertahan. Dia dilaporkan berasal dari resimen Cavalry Keempat yang berbasis di Gap di selatan pegunungan Alpen.
Kolonel Thierry bukhard, juru bicara militer mengatakan : “Ia terluka tetapi hidupnya tidak dalam bahaya,” seperti dilansir Telegraph.
Harian Perancis Le Parisien mengutip sumber polisi mengklaim bahwa pernyerang adalah seorang pria berjenggot asal Afrika Utara yang berusia sekitar 30-an dan menyenakan pakaian ala arab di balik jaketnya.
Dia melarikan diri setelah serangan tersebut dan hingga kini masih belum diketahui jejaknya.
Presiden Perancis mencoba mengubungkan peristiwa ini dengan penyerangan tentara Inggris di London. “Saat ini belum ada hubungan antara pembunuhan Rigby namun kita harus melihat semua hipotesis,” klaimnya.
Menteri Pertahanan Perancis, Herve Morin mengatakan di akun twitternya bahwa setiap serangan terhadap tentara tidak bisa dimaafkan.
Perancis dalam beberapa bulan terakhir berada dalam keadaan siaga tinggi sejak mereka memutuskan untuk melancarkan serangan militer di Mali utara.
Pada hari Jum’at (24/5), sebuah kelompok Jihad yang berbasis di Afrika Barat mengaku bertanggung jawab atas serangan di sebuah tambang uranium Perancis di Niger yang menurut mereka sebagai respon dari aksi militer Perancis di wilayah tersebut. (haninmazaya/arrahmah.com)