JAKARTA (Arrahmah.com) – Densus 88 kembali menculik seorang warga Solo, Selasa sore 14 Mei 2013. Mereka membawa pria bernama Nu’im Ba’asyir, warga Joyontakan, yang merupakan keponakan Abu Bakar Ba’asyir.
Ustadz Abdurrahim Ba’asyir, putra Abu Bakar Ba’syir, mengisahkan kronologis peritiwa “penangkpan” tersebut kepada arrahmah.com pagi ini . Peristiwa berlangsung cepat di sore itu, sekitar pukul 17.00, beberapa orang tanpa sopan santun, masuk ke rumah Nu’im, yang baru saja pindah 2 bulan menempati rumah tersebut. “Langsung menodongkan senjata ke penghuni rumah, gedebag-gedebug, membawa Nu’im dengan paksa, anaknya teriak-teriak ketakutan.” Padahal ketika itu dia dalam keadaan sakit asma yang cukup berat. Sedangkan dia tidak membawa obat-obatan, “Entah apa yang terjadi sekarang”, ujarnya mengkhawatirkan,
Sampai sat ini keluarga belum mendapatkan surat penangkapan, kalau peristiwa itu penangkapan, dan tidak tahu keberadaan pria berusia 35 tahun itu.
“Nu’im pribadi yang insya Allah baik hati,” tambah ustadz yang sehari hari dipanggil Iim ini. Ia mempunya seorang isteri dan seorang anak. Sehari hari aktifitasnya berdagang dan konsultan membuat skripsi. Meski dia tidak lulus kuliah namun dia punya kemampuan yang bagus untuk membuat skripsi. Karena itu keluarga merasa kaget dengan “penangkapan” ini yang tidak disertai dengan surat.
Sesaat setelah peristiwa penculikan itu, beberapa ikhwan di Solo bergerak menuju ke lokasi rumah korban Densus. Ini suatu yang biasa di Solo. Kalau ada kejadian yang menimpa umat Islam, maka saudara-saudaranya menunjukkan solidaritasnya dan persaudaraannya, serta untuk mendapatkan informasi yang shahih, akurat dari orang-orang sekitar korban yang menyaksikan peristiwa tersebut.
Selepas dari rumah Nu’im para ikhwan bergerak ke Polresta Surakarta untuk mengetahui keberadaan Nu’im. Namun sudah dapat di duga polisi dengan enteng mengatakan tidak tahu, itu urusan Densus. Ustadz Iim bilang: ” Pura-pura tidak tahu”. Innalillahi waa inna ilaihi rojiun..
(azmuttaqin/arrahmah.com)