DOHA (Arrahmah.com) – Syaikh Yusuf al-Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Muslimin Sedunia, “menyerang” dengan tegas milisi Syiah Hizbullah Lebanon yang berperang di jalan thaghut, laporan situs berita Islammemo.
Dalam khutbah Jum’atnya di ibukota Qatar, Doha, Syaikh al-Qaradhawi merespon pernyataan terakhir pemimpin umum Hizbullah Lebanon, Hasan Nashrullah.
“Dia (Hasan Nashrullah) menuduhku mengajak untuk membunuhi warga sipil. Saya tidak mungkin mengajak kepada hal itu. Justru saya mengajak untuk memerangi orang-orang yang membantai warga sipil. Di sana (Suriah) ada orang-orang sipil yang memakai pakaian sipil (padahal mereka membantai warga sipil). Mereka adalah milisi Shabihah. Mereka harus diperangi. Jadi kami menolak pembunuhan warga sipil biasa. Jika sebagian warga sipil terbunuh, maka hal itu terjadi karena kedaruratan perang dan kami mengharap mereka gugur sebagai syuhada.”
Syaikh al-Qaradhawi menganggap tidak ada kebaikan pada milisi Syiah Hizbullah Lebanon. Sebab milisi Syiah Hizbullah berperang di jalan thaghut Suriah. Beliau menganggap milisi Syiah Hizbullah sebagai Hizbusy Syaithan, Hizbu asy-Syarri dan Hizbu at-Thughyan; golongan setan, golongan kejahatan dan golongan penindasan.
“Hasan Nasrullah membanggakan dirinya dengan mengatakan akan mengirimkan ribuan tenaga tempurnya untuk berperang di Suriah. Allah akan mengalahkannya dan Allah akan menyiksanya dengan siksaan Sang Maha Perkasa lagi Maha Menguasai, karena ia berperang di jalan thaghut.” kata Syaikh al-Qaradhawi.
Syaikh al-Qaradhawi menyatakan bahwa setiap tentara Suriah yang bertahan untuk rezim Suriah dan tidak membelot adalah “orang yang dilaknat oleh Allah, malaikat dan seluruh manusia.” Masa kekuasan mereka telah hampir habis. “Sebentar lagi kita akan pergi untuk menunaikan shalat di masjid jami’ Umawi di Damaskus. Kezaliman tidak mungkin akan bertahan selamanya di muka bumi.”
Syaikh al-Qaradhawi juga menyatakan, “Rezim Suriah yang zalim dan represif sejak 50 tahun lalu telah menolak untuk memberikan kemerdekaan kepada rakyat. Rezim Suriah menginginkan rakyat Suriah tetap menjadi tawanan bagi satu keluarga, padahal pemerintahan satu keluarga telah berakhir di Mesir, Tunisia, Libya dan Yaman. Dan ia pasti akan berakhir di Suriah.” (muhibalmajdi/arrahmah.com)