TEPI BARAT (Arrahmah.com) – Peningkatan jumlah penderita penyakit kanker, kemandulan, serta kelahiran abnormal di Tepi Barat dilansir terkait dengan bocornya uranium di pusat pengembangan senjata nuklir milik Israel, Dimona.
Di beberapa desa yang ada di selatan Tepi Barat, kasus kanker, kemandulan, serta cacat terus jumlahnya terus bertambah, terutama di desa Avaria yang populasinya di atas 35 ribu jiwa. Sejumlah ilmuwan internasional menemukan fakta ini setelah melakukan penyeledikan terhadap keanehan yang menuntut mereka untuk mencari penyebabnya.
“Selama 20 tahun terakhir, peningkatan kelainan tiroid, kemandulan, kelahiran abnirmal, dan penyakit kanker mengalami peningkatan yang tajam,” lapor Mahmoud Sa’adeh, salah satu dari 10.000 ilmuwan International Physicians for the Prevention of Nuclear War, dalam wawancaranya dengan Press TV hari Rabu (19/1/2011).
“Salah satu kasus menimpa seorang anak berusia 11 tahun yang menderita penyakit kanker hati. Penyakit ini terjadi pada satu dari seratus juta orang. Belum lama ini, bocah itu meninggal dunia akibat kanker yang dideritanya,” lanjutnya.
Kelompok yang juga dibantu oleh Universitas Hebron ini telah meneliti kemungkinan dampak yang ditimbulkan oleh reaktor nuklir Dimona milik Israel yang berlokasi di Negev, 30 kilometer dari desa Avaria.
Gubernur al Khalil (Hebron), Kamel Hemed, mengatakan “Tahun lalu kami membunuh lebih dari 2.000 ekor anjing yang berperilaku tidak normal dan sangat agresif serta memiliki ukuran tubuh yang sangat besar.”
“Kami tidak memiliki cukup teknologi untuk menyelidiki masalah ini dan kami pun dilarang untuk bepergian di daerah perbatasan. Kami telah meminta keterlibatan dunia internasional dalam hal ini.”
Elemen torium dan cesium banyak terkandung dalam buangan uranium di area tersebut, seperti yang hasil penelitian Universitas Hebron. Cesium hanya dihasilkan oleh ledakan nuklir atau aktivitas nuklir.
“Limbah nuklir Dimona dibuang di tanah Palestina. Mereka (warga yang tinggal di sekitar Dimona) enggan untuk angkat bicara mengenai penderitaan yang harus mereka alami. Setiap penderita memperoleh sumbangan senilai $ 20.000 dari pemerintah Zionis Israel setiap bulannya agar bungkam,” tambah Sa’adeh.
Sementara itu, pemerintah Israel sendiri mengklaim pihaknya telah mempertimbangkan masalah tersebut dengan memberikan contoh di tahun 2004 pihaknya membagikan tablet anti radiasi bagi warga pedesaan di sekitar pusat reaktor nuklir mereka. (althaf/arrahmah.com)