SURIAH (Arrahmah.com) – Dalam operasi A122 mereka, Intelijen “Israel” menyatakan, “Keterlibatan operatif Al-Qaeda jelas berkembang dalam pertempuran melawan pasukan Assad, beberapa kelompok Islam ‘ekstrimis’, Jabhat Al nusrah berkeinginan untuk menyerang ‘Israel’.”
Sementara analisis CIA atas operasi Al-Qaeda menyatakan, “Negosiasi-negosiasi untuk mengurangi dan menghancurkan sepenuhnya Jihadis di Suriah terus dibahas, pejabat CIA melakukan beberapa pertemuan tertutup dengan pejabat intelijen Arab, termasuk ‘Israel’ yang terlibat dalam hal ini.”
Para pejabat militer “Israel” terus menekan Amerika Serikat untuk mengambil tindakan “tegas dan efektif” untuk mengakhiri jihad di Suriah.
Sementara media Yahudi menyatakan, “Ada kekhawatiran di kalangan pejabat keamanan di ‘Israel’ bahwa sel-sel yang terkait dengan Al-Qaeda bisa melakukan serangan ‘teroris’ terhadap ‘Israel’ dari Suriah.”
Dalam beberapa pekan terakhir, perkembangan keterlibatan operatif Al-Qaeda dalam pertempuran melawan tentara Suriah telah dicatat oleh Jabhat Al nusrah. Islamis “ekstrimis” yang diidentifikasi dengan berbagai faksi gerakan jihad global, termasuk Al-Qaeda, saat ini berjumlah beberapa ribu di seluruh Suriah, dan mereka mengambil bagian dalam pertempuran di seluruh negeri. Beberapa, sepenuhnya bekerja sama dengan Free Syrian Army (FSA), atau Tentara Pembebasan Suriah. Sementara itu beberapa pejabat sekuler dari kekuatan oposisi terus berpendapat bahwa pejuang Islam akan membahayakan masa depan demokrasi Suriah setelah jatuhnya Presiden diktator Suriah Bashar Assad.
Salah satu skenario yang sedang dipelajari oleh para pejabat keamanan di “Israel” adalah bahwa para pejuang Islam ini akan mengambil tindakan terhadap “Israel” dalam waktu dekat sehingga mendorong Assad berkonfrontasi dengan “Israel”. Namun, ada kekhawatiran mereka yang lebih besar bahwa para aktivis jihad global akan mengambil keuntungan dari kekosongan keamanan di Suriah setelah jatuhnya Assad untuk mengubah Suriah menjadi benteng jihad global dan meningkatkan serangan terhadap “Israel”.
Skenario yang ditakuti “Israel” ini tentu sangat mungkin, mengingat semakin meningkatnya partisipasi pejuang Al-Qaeda dalam pertempuran di Suriah dan melemahnya rezim diktator Assad.
Website yang diidentifikasi dengan organisasi-organisasi seperti Al-Qaeda baru-baru ini merilis nama-nama aktivis dari seluruh negara-negara Arab yang telah gugur dalam pertempuran di Suriah. Diantaranya adalah pendukung Al-Qaeda dari Irak, Yaman, Yordania dan Arab Saudi.
Kelompok utama yang diidentifikasi dengan Al-Qaeda salah satunya adalah yang bergerak dengan nama Jabhat Al-nusrah li-Ahl al-Sham (yang berarti “kemenangan depan untuk perlindungan rakyat Suriah”). Kelompok ini telah merilis peningkatan jumlah video di situs YouTube, serta pengumuman bahwa mereka bertanggung jawab atas operasi militer mereka terhadap pasukan rezim Suriah. Ini adalah pola aktivitas yang berbeda dibandingkan dengan pejuang FSA, meskipun kelompok Al-Qaeda diidentifikasi sering bekerja sama dengan para pejuang FSA.
Ancaman terhadap “Israel” dari utara datang pada saat, di selatan, Sinai telah menjadi tempat perlindungan bagi operasi Al-Qaeda dari seluruh Timur Tengah. Elemen penduduk setempat membantu mereka.
Angkatan bersenjata “Israel” telah membom sebuah posisi militer di sisi Suriah, Dataran Tinggi Golan, setelah terjadi tembak menembak. Ini bukan hal baru. Tembakan terjadi di seberang perbatasan berulang kali dalam beberapa bulan terakhir. Namun, kali ini penembakan bukan berasal dari tentara reguler Suriah tetapi oleh kelompok Jihadis Islam, Jabhat Al nusrah.
Suriah telah menarik dua divisi, yang terdiri dari sekitar 20.000 tentara, yang ditempatkan dekat perbatasan dengan “Israel”. Tentara telah kembali dikerahkan di ibukota, Damaskus, dalam persiapan pertempuran yang menentukan untuk kota yang banyak diperkirakan para analis dalam beberapa bulan ke depan.
“Israel” tampak seperti dalam keadaan kebingungan, karena ini belum pernah terjadi sebelumnya. Kadang-kadang mereka mengatasi kebingungan mereka dengan menekan pemerintah AS untuk tidak menyediakan senjata canggih untuk pemberontak (oposisi) Suriah karena takut senjata-senjata itu bisa mendarat di tangan “pemberontak” lainnya (jihadis).
Sementara itu, “Israel” membangun pertahanan di tempat lain – yaitu di Tepi Barat yang mereka duduki di Palestina. Penarikan tentara Suriah dari Dataran Tinggi Golan telah menciptakan kevakuman keamanan di mana kelompok jihad, khususnya Al-Qaeda yang baru berafiliasi Jabhat Al-nusrah, terlihat akan mengisinya.
Ini bisa berarti persenjataan berat memasuki wilayah – untuk serangan syahid, bukan hanya senjata ringan. Suriah secara bertahap menjadi negara gagal: pemerintah pusat tidak mampu mengontrol perbatasan dan daerah di pedesaan.
Situasi menguntungkan ini bisa membentuk front baru dalam perlawanan terhadap Presiden diktator Bashar al-Assad – kali ini di Dataran Tinggi Golan.
Orang terkemuka Jabhat al-nusrah yang dikenal sebagai Abu Mohammed al-Golani juga tengah berjuang melawan Amerika bersama Negara Islam al-Qaeda Irak (ISI) dan siap memerangi pemerintah “Israel”, yang menempati Golan dan juga Palestina. (banan/jabhatalnusrah/arrahmah.com)