(Arrahmah.com) – Seruan adzan berkumandang melalui pengeras suara yang disimpan di atas sebuah mobil. Pada saat yang sama, ratusan muslim serentak menempelkan kening mereka ke tanah, membentuk lautan punggung yang terhampar di jalanan.
Adegan ini tidak terjadi di kota kecil di Kairo, namun di sebuah jalanan ramai di utara Paris, jalanan kecil dari basilika Sacre Coeur. Bagi penduduk setempat, hal itu bukan fenomena baru. Selama beberapa dekade, kaum muslim tetap melaksanakan shalat berjamaah di jalanan dalam kondisi apapun, hujan maupun panas.
Namun bagi Marine Le Pen, fenomena tersebut semakin menguatkan ketakutannya bahwa kaum Muslim sedang mengambil alih Perancis dan menjadi kekuatan yang menjajah, seperti yang diungkapkannya secara publik bulan lalu.
Komentarnya ini memicu kehebohan tersendiri saat ia menyimpulkan dan mempropagandakan bahwa Islam sedang mengancam nilai-nilai sekuler negaranya mengingat semakin bertambahnya komunitas muslim serta suasana keimanan komunitas muslim yang menurutnya semakin taat dengan Islam dalam beberapa tahun terakhir.
Lebih dari dua pertiga rakyat Prancis dan Jerman kini beranggapan bahwa usaha mengintegrasikan Muslim dengan masyarakat lokal telah mengalami kegagalan, ungkap lembaga polling IFOP dalam sebuah survei yang diterbitkan pada 5 Januari. Di Perancis, tempat Islam menjadi agama terbesar kedua setelah Katolik, 42 persen respondennya takut Islam menjadi ancaman bagi identitas nasional.
“Hal ini telah menjadi isu politik penting,” kata Frederic Dabi, ketua penelitian IFOP. “Shalat di jalanan dan pengaruh Islam yang terus tumbuh dipandang menimpa pada nilai-nilai sekularisme Perancis, kehidupan komunal.”
“Ketakutan ini sebetulnya seperti ketakutan terhadap sejumlah simbol lainnya: menara di Swiss, niqab di Perancis, bahkan makanan halal cepat saji,” kata Dabi. “Aktivis sayap kanan yang bermain dengan ketakutan ini.”
Masjid-phobia
Jamaah shalat Jum’at yang berkumpul di jalanan ramai itu tak lama kemudian segera melipat sajadahany, kemudian bubar, secepat mereka berkumpul di sana, untuk kembali bekerja.
Kepada Reuters, sejumlah jama’ah mengaku seandainya mereka memeiliki tempat beribadah yang layak dan semestinya, mereka pasti akan menghindari shalat di jalanan yang tak jarang mengharuskan mereka rela diguyur hujan. Pasalnya, masjid Al Fath, yang ada di area itu, terlalu kecil untuk menampung jama’ah.
“Kami kedinginan dan basah kuyup. Apakah anda pikir kami akan tetap berada di luar sini jika kami punya pilihan? Semua orang shalat berjama’ah di sini karena tidak ada ruang yang cukup, itu saja,” tutur Mohammed Delmi (62).
Pemandangan semacam itu pun terjadi di seluruh penjuru Perancis dimana para jama’ah muslim harus rela rukuk dan sujud di jalanan karena mushala mereka sudah penuh, seperti dilansir harian Liberation.
“Tempat ini tak cukup untuk mereka,” kata Hakim El Karoui, kepala Institut Budaya Islam yang telah meminta pemerintah setempat menangani permasalahan ini.
Muslim telah meminta pemerintah mendukung pembangunan masjid baru, namun mereka harus dihadapkan pada kesulitan besar, dari segi finansial karena di negeri ‘fashion’ itu, berlaku larangan untuk memanfaatkan dana umum untuk tujuan keagamaan. Kesulitan yang kedua adalah Islamophobia serta ketakutan-ketakutan tak berdasar atas simbol-simbol Islam. Penelitian IFOP memperlihatkan bahwa dukungan terhadap pembangunan masjid menurun menjadi 20 persen pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2000 yang berjumlah 31 persen.
“Kami benar-benar kesulitan di sini,” kata Moussa Niambele, kepala tim yang melakukan lobi untuk perluasan masjid Al Fath.
“Ada masalah menara di Swiss dan mereka tidak ingin mengimpor masalah seperti ini ke Prancis.”
Di Paris, di mana populasi Muslim lebih padat daripada tempat lain di Perancis, hanya ada satu masjid resmi, La Grande Mosquee de Paris, terletak di taman Left Bank yang mewah, jauh dari lingkungan imigran.
El Karoui mengatakan bahwa masalah tersebut semakin diperparah sejak penutupan sebuah masjid besar di utara Paris dua tahun lalu. Akibatnya, Muslim terpaksa shalat di garasi atau gudang-gudang yang sudah tak lagi terpakai.
Sebuah proyek untuk membangun ruang ibadah baru yang juga akan menjadi Islamic Centre senilai € 5,9 juta, harus tertunda karena minim dana dan kemungkinan besar pembangunannya tidak akan dimulai sebelum 2012, sebagaimana yang direncanakan.
“Anda tahu, kami telah berdoa di jalan ini selama bertahun-tahun, jauh sebelum Marine Le Pen membuat pernyataan,” kata seorang jama’ah pria.
“Saya tidak akan membuang jas hujan saya sejauh ini.” (althaf/arrahmah.com)