Catatan ABU YAHYA
(Jurnalis Majalah An-Najah dan Pernah Turun Langsung ke Medan Suriah)
(Arrahmah.com) – Menyimak situs merdeka.com (Jumat, 5/4/2013), yang bersumber dari daily mail ada sebuah berita yang membuat Penulis tergelitik. Hari ini, situs yang yang disebut oleh AM Waskito sebagai Situs recehan ini mengulas tentang jihad Suriah. Tulisan bernuansa esek-esek tersebut berjudul “13 Gadis Tunisia Rela Berjihad Seksual bagi Pemberontak Suriah”.
Berdasarkan fakta di lapangan yang pernah Penulis alami sendiri (terjun langsung di Suriah, bukan sekadar copas berita dari internet), Penulis memberikan beberapa catatan terhadap berita tersebut sebagai berikut:
Anggap saja bahwa berita dari Daily Mail tersebut memang benar, sungguh-sungguh terjadi. Tetapi harus dicatat bahwa kelompok yang disebut sebagai “pemberontak Suriah” tidak satu seragam, satu bendera, satu aliran dan satu pemikiran. Jadi, perlu dijelaskan terlebih dahulu, “pemberontak” yang mana yang terlibat dalam “jihad seksual” tersebut.
Selalu ada rumput yang tumbuh bersama padi. Sebagaimana dalam perjuangan kemerdekaan RI dahulu ada pribumi yang berkhianat, demikian pula bisa jadi selalu ada “penjahat-penjahat” yang turut bergerak mirip Mujahidin (disebut merdeka.com sebagai “pemberontak”). Masalahnya, apakah kelompok ini patut kemudian disebut sebagai kelompok “pemberontak”, atau oknum?
Bukankah Syiah yang Membolehkan Nikah Mut’ah ?
Sejauh yang berinteraksi dengan para “pemberontak” dalam tugas kemanusiaan Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) lalu, Penulis mendapat gambaran bahwa mereka adalah pejuang Sunni, bukan Syiah yang menghalalkan adanya nikah mut’ah (kawin kontrak/kawin sementara) sebagaimana disebut merdeka.com sebagai “jihad seksual” tersebut.
Meski sebagian besar kelompok pejuang berakidah Ahlussunnah wal Jamaah, namun ada juga kelompok Alawiyyin yang turut angkat senjata melawan Bashar Asad. Motifnya bermacam-macam, mulai dari ketidakpuasan ekonomi, ambisi politik, atau pilihan pragmatis. Kelompok Alawiyyin ini dekat dengan Syiah yang memang menghalalkan nikah mut’ah.
Dalam berita tersebut, ditulis adanya fatwa yang menganjurkan “jihad seksual” tersebut. Tetapi tidak jelas siapa yang berfatwa. Ketidakjelasan sumber fatwa patut menimbulkan kecurigaan bahwa fatwa tersebut sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak yang selama ini menghalalkan perzinaan dengan label kawin sementara, seperti mut’ah.
“Jihad Seksual” dan Kampanye Hitam Syiah untuk Memfitnah Pejuang Ahlussunnah di Suriah
Ketidakjelasan siapa sebenarnya ke-13 gadis Tunisia yang disebutkan telah menjajakan diri dalam “jihad seksual” tersebut. Tunisia adalah sebuah negara dengan penganut Syiah cukup kuat, meski pemerintahannya Sunni. Jangan-jangan ke-13 gadis tersebut adalah Syiah yang memang benar-benar menjajakan dirinya ke sesama kelompok pro-Syiah, entah motif menjalankan “ibadah” mut’ah atau character assassination terhadap Mujahidin Suriah.
Menyusuri sumber yang dikutip merdeka.com yaitu Daily Mail, sumber tersebut selalu menyisipkan tanda kutip untuk menyebut jihad seksual. Tanda kutip tersebut menyiratkan bahwa istilah jihad seksual sebenarnya tidak ada, hanya kreativitas redaksi Daily Mail. Sayang, kecerdasan Daily Mail ini tidak ikut ditiru oleh merdeka.com yang menghilangkan tanda kutip tersebut, sehingga mengesankan bahwa jihad seksual adalah bagian dari jihad.
(bumisyam.com/arrahmah.com)