JAKARTA (Arrahmah.com) – MARAKNYA penangkapan, penyiksaan hingga penembakan yang dilakukan oleh aparat kepolisian/Densus 88 terhadap umat Islam, membuat tim pengkajian data dan informasi Gerakan Islam Reformis (GARIS) Jabodetabek menyimpulkan bahwa tindakan keji tersebut tidak lepas dari adanya tekanan serta desakan AS terhadap polisi Indonesia.
Menurut pers rilis yang dibagikan GARIS kepada para wartawan, pola yang sama juga dilakukan oleh AS di Afghanistan, Iraq, Palestina dan negara-negara Islam lainnya.
GARIS melihat kepolisian/Densus 88 dan BNPT (Badan Penanggulangan Terorisme) sudah bertindak tidak adil dengan hanya menargetkan umat Islam saja yang distigmanisasi teroris.
Padahal fakta dilapangan OPM (organisasi Papua Merdeka) menembak mati polisi tapi tidak pernah dikatakan tindak teroris bahkan RMS (Republik Maluku Selatan) dengan beraninya menari serta mengibarkan bendera RMS di depan presiden, didiamkan saja oleh aparat kepolisian.
Agenda terpokok dalam reformasi kepolisian adalah membunuh umat Islam, menurut hasil analisa GARIS. Dan dibalik itu semua ada kekuatan asing yang bermain yang mengintervensi secara leluasa proses-proses penangkapan serta pembunuhan orang-orang yang masih terduga teroris yang dilakukan oleh pihak kepolisian/Densus 88.
Untuk hal tersebut GARIS menyerukan kepada segenap ulama, pimpinan ormas Islam dan kaum muslimin untuk pro aktif mengerahkan segenap kekuatan dan doa agar Allah mengutus bantuan seperti burung ‘ababil’ yang akan menghancurkan Densus 88 dan BNPT, mendesak pemerintah berlaku adil terhadap umat Islam dan tidak membiarkan OPM dan RMS beraksi, mendesak DPR RI lewat Presiden untuk membubarkan Densus 88 Laknatullah dan BNPT.
(islampos/arrahmah.com)