HERAT (Arrahmah.com) – Sedikitnya sekitar 45 orang kehilangan anggota tubuh mereka setiap bulannya selama upaya pembersihan ranjau berlangsung di Afghanistan, berdasarkan Pusat Koordinasi Aksi Ranjau Afghanistan, seperti dilansir MuslimsToday pada Jumat (8/3/2013). Hal ini menunjukkan bahwa diperkirakan satu juta dari populasi 30 juta warga Afghanistan masih tinggal di daerah penuh bahan peledak.
Ranjau-ranjau tersebut ditanam oleh rezim komunis Dr Najibullah untuk melawan mujahidin Afghanistan yang menentang rezimnya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Penanaman ranjau berlangsung antara tahun 1996 dan 2001 selama konflik antara Taliban dan Aliansi Utara yang dipimpin oleh Ahmad Shah Massoud, pemimpin perlawanan anti-Taliban dari lembah Panjsir. Ranjau darat juga ditanam di daerah pemukiman dan lahan pertanian, membuat Afghanistan menjadi salah satu negara dengan ranjau terbanyak di dunia.
Banyak warga sipil yang menjadi korban ranjau-ranjau tersebut. Di pusat prostetik dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC) di Kabul, Ghulam Siddiq (36) dari kabupaten Khogiani di provinsi Nangarhar, 200 km sebelah timur dari Kabul, datang untuk mendapatkan kaki palsu. “Saya sedang memotong rumput di gunung pada sore hari ketika tiba-tiba terjadi ledakan,” katanya kepada Killid/IPS.
Dia mengatakan sulit menerima kenyataan bahwa dia telah kehilangan kakinya. “Ketika saya pulih dan sadar saya mendapati diri saya berada di rumah sakit. Kaki saya telah dipotong dari bawah lutut. Saat itu sangat menyakitkan bagi saya. Saya mulai sulit menerima takdir, di satu sisi saya menghadapi kemiskinan dan di sisi lain kaki saya mendapat ujian. Lalu saya terus memupuk kesabaran saya. Ini mungkin kehendak Allah.”
Baz Mohammad (40) adalah penduduk dari Shakardara distrik Kabul yang juga datang ke pusat ICRC untuk mendapatkan kaki palsu. Dia mengatakan dia kehilangan kedua kakinya dalam kecelakaan ranjau darat. “Ketika saya sedang memuat gandum saya menginjak ranjau. Saya tidak tahu apa yang terjadi. “
Tampaknya ada pemahaman yang kurang di kalangan masyarakat tentang lambatnya pekerjaan pembersihan ranjau. Ada juga keluhan bahwa pembersihan ranjau sedang dilakukan di daerah di mana tidak terdapat ranjau. Beberapa orang mengatakan daerah-daerah yang sedang disurvei adalah daerah bebas ranjau.
Dr Mohammad Dayem Kakar, Kepala Ahli Manajemen Bencana Nasional Afghanistan (ANDMA), pada pertemuan di Herat bulan Desember, mengatakan sebelum dimulainya operasi ranjau di bagian Herat Karokh, Obi, dan dan kabupaten Sahrif Chesht, ranjau tersebar di seluas 599 km persegi.
“3.000 orang diperkirakan telah tewas atau terluka oleh ranjau dan bahan meledak setiap bulan tiga tahun yang lalu,” katanya. “Tapi sekarang angka tersebut telah menurun menjadi 45 orang setiap bulan.” Kakar berharap bahwa daerah yang terkontaminasi di Herat akan dibersihkan pada tahun 2018 dan seluruh negeri bebas ranjau pada 2023.
Farid Humayun, kepala The HALO Trust, badan-ranjau yang berbasis di Inggris, mengatakan 54 km persegi telah dibersihkan selama lima tahun di tiga kabupaten di Herat. Dua belas kabupaten lainnya, termasuk kabupaten perbatasan Ghorian, Kuhsan, Shindand dan Adraskan di Herat juga rencananya akan dibersihkan. (banan/arrahmah.com)