Rakyat Amerika mulai kehilangan kepercayaan pada kebijakan luar Negeri pemerintahnya. Umumnya dipicu perang Iraq dan Afghanistan.
Kepercayaan masyarakat pada kebijakan luar negeri pemerintah AS menurun, dan sekitar separuh dari rakyat Amerika meragukan mereka telah mengatakan kebenaran mengenai perang di Iraq dan Afghanistan, kata satu jajak pendapat.
Survei itu memperlihatkan masyarakat telah kehilangan kepercayaan pada upaya pemerintah AS di luar negeri dan merasa skeptis bahwa banyak yang dapat dilakukan untuk meningkatkan posisi AS di dunia.
Hasil yang dikeluarkan, Rabu (Kamis, 25/10 WIB) itu tampil dalam Kepercayaan pada Indeks Kebijakan Luar Negeri AS, survei yang dilakukan oleh kelompok kebijakan Agenda Publik dan jurnal Urusan Luar Negeri setiap enam bulan.
Sejak penelitian itu dilancarkan dua tahun lalu, sikap publik telah bertambah suram dan lebih mengkhawatirkan dalam hampir setiap bidang yang kami uji, kata kata pengantar bagi survei itu.
Sementara pandangan pesimistis mungkin telah diperkirakan pada waktu perang, kami mencapai titik di mana publik tampaknya telah ditanya tidak hanya apakah sekarang ini kebijakan itu bekerja, tapi apakah AS dapat memiliki kebijakan luar negeri yang efektif juga, katanya.
Enampuluh lima persen mengatakan hubungan dengan sisa dunia menurun ke jalan salah dan sebagian besar juga yakin citra AS di luar negeri negatif.
Survei itu mengatakan sikap terhadap perang di Iraq tetap pesimistis tapi kebanyakan tak berubah dalam enam bulan terakhir, meskipun ada perdebatan sengit antara Gedung Putih dan kongres pimpinan-Demokrat.
Ketika ditanya apakah pemerintah jujur mengenai perang di Iraq, 52 persen responden mengatakan tidak sama sekali atau sangat tidak jujur. Mengenai perang di Afghanistan, 48 persen mengatakan Washington sama sekali tidak atau sangat tidak jujur.
Responden memberi angka lebih rendah mengenai pemenuhan tujuan kebijakan luar negeri, kata survei itu.
Empatpuluh satu persen dari orang Amerika memberi pemerintah AS angka tinggi untuk pengejaran teroris anti-Amerika, dibanding mayoritas 54 persen pada 2005.
Ketika ditanya apakah Washington memberi “perang atas teror perhatian sepantasnya, 48 persen memberi pemerintah angka tinggi dibanding 56 persen pada 2006 dan 58 persen pada musim panas 2005.
Hanya 33 persen yang mengatakan AS telah melakukan semampunya untuk menimbulkan perdamaian antara Israel dan Palestina dibanding 45 persen pada 2005, menurut survei itu.
Sementara sebagian besar masih mengatakan AS memiliki militer berperbekalan-baik dan membantu negara lainnya ketika dilanda bencana alam, kepercayaan pada dua kategori itu juga menurun.
Enampuluh sembilan persen memberi Washington angka A atau B dalam membantu negara lain yang dilanda oleh bencana alam, menurun dari 83 persen pada 2005.
Dan 58 persen memberi angka baik pada upaya untuk menjamin militer yang berperbekalan terbaik, kuat, dibanding 67 persen pada 2005.
Persentase orang Amerika yang percaya bahwa strategi tertentu akan meningkatkan keamanan AS juga menurun.
Limapuluh enam persen mengatakan operasi intelijen yang meningkat akan mendukung keamanan nasional, dibanding 65 persen yang yakin pengawasan ketat atas imigrasi akan membantu keamanan AS, menurun enam poin dari dua tahun lalu.
Mereka yang mengatakan mendukung hak yang sama dan kesempatan pendidikan yang lebih baik bagi wanita di negara Muslim akan meningkatkan keamanan AS menurun 14 poin dari 41 persen pada 2005 menjadi 27 persen pada 2007.
Jajak pendapat itu melacak sikap pada lebih dari 110 masalah yang mencakup kebijakan luar negeri dan diikuti sebagian dalam survei indeks kepercayaan konsumen.
Sumber: Hidayatullah