BAKU (Arrahmah.com) – Ratusan siswi Muslim Azeri telah kehilangan pendidikan formal menyusul kebijakan baru yang melarang khimar/kerudung di sekolah-sekolah di negara mayoritas Muslim.
Dengan dalih seragam era Soviet yang dipaksakan dan diperkenalkan kembali kepada siswa sekolah menengah tahun ini, Azerbaijan telah efektif melarang ratusan siswi pergi ke sekolah mereka, memicu kemarahan rakyat Azeri.
Ribuan Muslim Azeri melakukan unjuk rasa untuk memprotes kebijakan baru tersebut.
Menurut kantor berita Azeri Turan, pendemo berkumpul di depan Gedung Departemen Pendidikan pada 10 Desember 2010 lalu untuk menyuarakan ketidaksetujuan mereka terhadap komentar Menteri Pendidikan, Misir Mardanov.
Menteri sekuler itu mengatakan bahwa anak perempuan harus sesuai dengan aturan resmi sekolah yang melarang pemakaian kerudung.
“Apa artinya ketika seorang gadis berusia 16 tahun duduk di kelas dengan kepala tertutup? tanya Mardanov. “Terdapat seragam sekolah dan anak-anak harus datang ke sekolah dengan seragam itu.”
“Semua orang dapat memakai apapun yang mereka inginkan di luar sekolah, tetapi ada beberapa aturan dan hukum di dalam kelas.”
Polisi membubarkan pengunjuk rasa dengan tembakan gas air mata dan menangkap 10 orang. Pejabat juga meningkatkan langkah-langkah keamanan di sekitar gedug Departemen Pendidikan.
Ratusan Azeri juga mengadakan demonstrasi di Nardaran, pinggiran Baku, mengutuk kebijakan pemerintah yang mereka katakan telah diadopsi di bawah pengaruh negara Barat dan Israel.
Pengunjuk rasa membakar foto Mardanov dan mendesak pemerintah agar menghormati nilai-nilai agama dan mencegah Azerbaijan jatuh ke dalam krisis.
Melarang hijab di sekolah-sekolah tinggi juga menyebabkan protes di berbagai kota di Azerbaijan seperti Lankaran, Jalilabad dan Masali.
Komunitas Muslim Azeri menyalahkan sekulerisme yang tumbuh di negara tersebut dan menuduh Israel berada di balik program-program anti-Islam sebelumnya. (haninmazaya/arrahmah.com)