(Arrahmah.com) – “Sesungguhnya jihad ini – wahai saudara-saudara – tidak akan sempurna dan tidak akan tegak di atas pijakannya serta tidak akan memberikan buahnya, kecuali dengan bersatunya para mujahidin dan adanya keterikatan hati di antara mereka. Juga, tidak akan sempurna dan tegak kecuali dengan jamaah.
Tidak akan ada jamaah kecuali dengan mendengar dan taat, ketertiban dan kedisiplinan terhadap prinsip-prinsip syari’at dan adab-adab yang harus diperhatikan serta hikmah-hikmah yang ditunjukkan oleh syariat, akal dan pengalaman, berupa berbagai adab dan fiqih amal jama’i yang teratur.”
*********
Oleh: Syaikh Jamal Ibrahim Al-Misraty (Syaikh Athiyatullah Al-Liby)
Bismillahirrahmaanirrahim…
Segala puji bagi Allah. Shalawat serta salam bagi Rasul Allah, Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikutinya. Amma ba’du:
Kepada saudara-saudaraku dan kekasihku para muhajirin dan mujahidin di jalan Allah di masa yang asing, yang menolong dien Allah dengan jiwa yang merupakan harta termahal yang dimiliki manusia,assalaamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh.
Saya tampil di hadapan anda sekalian dengan tadzkiroh ini pada kesempatan datangnya bulan Ramadhan yang diberkahi, bulan kebaikan, berkah, jihad, kemenangan serta waktu mulia dan rahmat dari Allah. Telah sampai dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat
Ahmad, an-Nasa’i dan al-Baihaqi, sesungguhnya beliau memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan kedatangannya seraya bersabda:
“Ramadhan telah datang kepada kalian. – ia adalah – bulan berkah. Allah – ‘Azza wa Jalla – telah mewajibkan kepada kalian shiyam. Di bulan itu pintu langit dibuka, pintu neraka Jahim ditutup dan setan pembangkang dibelenggu. Demi Allah, di bulan itu ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikannya, maka sungguh ia tidak mendapatkannya.”
Para salafush shalih pendahulu kita menanti-nanti datangnya bulan Ramadhan serta bersuka cita dengan kedatangannya. Mereka berdoa kepada Allah agar mempertemukan mereka dengan Ramadhan. Mereka menyambut Ramadhan dan Ramadhan menyambut mereka.
Hal itu karena apa yang terpatri di dalam ilmu dan pemahaman mereka bahwa Ramadhan adalah waktu yang mulia untuk melakukan berbagai kebajikan serta berbagai ibadah yang kekal lagi shalih bersama shiyam seperti shalat, qiyam, dzikrullah Ta’ala, tilawatul Qur’an, sedekah, silaturrahim dan selainnya. Di dalamnya pahala dilipatkangandakan.
Dan juga dikarenakan pengetahuan mereka tentang apa yang disebutkan dalam hadits Abu Hurairahradhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Bila bulan Ramadlan tiba, maka dibukalah pintu-pintu jannah, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan pun dibelenggu.”
(HR. Muslim)
Adapun ahlul jihad – mujahidin – bersama keikutsertaan mereka dengan seluruh kaum muslimin dalam hal tersebut, mereka rindu akan Ramadhan dan berharap rahmat Allah atas mereka dan barakah-Nya di dalamnya dengan kemenangan dan pertolongan.
Hal itu dikarenakan mereka mengetahui keutamaannya dan keutamaan amal shalih di dalamnya. Mereka sangat tamak mengambil bekal berupa kesabaran, ketetapan hati dan keteguhan. Sesungguhnya Ramadhan adalah bulan kesabaran. Dengan inilah Rasulullah SAW menamakannya.
Mereka bergegas untuk mengorbankan lebih banyak lagi dalam memerangi musuh-musuh Allah ‘Azza wa Jalla di bulan Ramadhan. Mereka meningkatkan kekalahan dan pembunuhan dalam tubuh orang-orang kafir dan mereka ahli dalam hal tersebut serta menggunakannya untuk menggapai syahadah di dalamnya. Sesungguhnya Ramadhan adalah waktu yang wajib untuk tidak dilewatkan.
Wahai saudara-saudara!
Sungguh Allah telah memberikan kepada kita nikmat yang banyak sekali dan amat agung yang mengharuskan bertambahnya rasa syukur kepada Rabb Yang Maha Agung lagi Maha Mulia, Maha Suci Allah.
Ini adalah Ramadhan, kesempatan lain setelah kesempatan untuk bersyukur kepada Allah atas apa yang telah lebih dahulu Ia berikan kepada kita dari nikmat-nikmat-Nya yang lalu dan melimpah yang kita tidak dapat menghitungnya dan mensyukurinya walaupun kita melakukannya.
Akan tetapi Allah mengampuni, memaafkan dan menerima yang sedikit dari hamba-Nya yang mukmin serta membersihkannya, mengembangkannya dan memberikan pahala atasnya pahala yang besar dengan fadhilah dan rahmat-Nya.
Di antara kekhususan nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kita ialah nikmat ini, (yaitu) dengan menunjukkan kita jalan jihad di jalan-Nya untuk menegakkan dien-Nya serta meninggikan kalimat-Nya di masa ini.
Kita memanfaatkannya dalam memerangi musuh-musuh-Nya yang kafir, berdosa serta membuat kekacauan di muka bumi dengan berbagai kerusakan, permusuhan, kezhaliman dan penindasan.
Allah ‘Azza wa Jalla telah mengumpulkan kita di antara berbagai amal shalih yang agung dan memasukkan kita dengan fadhilah dan rahmat-Nya di tempat yang besar dan tinggi derajatnya di sisi-Nya, yaitu: hijrah, keterasingan, jihad, ribath, sabar, berdakwah kepada Allah Ta’ala serta menolong dan membela dien-Nya.
Saudaraku, sesungguhnya jalan jihad itu panjang dan berat, tapi dia terasa manis bagi orang-orang yang merasakan manisnya iman. Kami menganggap kalian insya Allah seperti itu, telah merasakan manisnya dan mengenal kenikmatannya.
Di jalan ini, terdapat sejumlah besar kondisi yang beragam yang mungkin akan dilalui manusia di dunia. Oleh karena itu, manusia yang ada di dalamnya menjadi berkembang pemikiran dan pengalamannya, yang hal itu tidak akan berkembang di jalan yang lain.
Jalan ini mencakup berbagai perjalanan dan pengembaraan yang para ahli hikmah memberikan dorongan terhadap keduanya untuk mempelajari hikmah, memperoleh pengalaman dan ketrampilan. Demikian juga, mencakup berbagai strategi dan daya tahan qiyadah serta berbagai kondisi raja dan penguasa, mencakup berbagai kondisi keras dan lembut, penuh kasih dan kejam, manis dan pahit, senang dan susah. Di dalamnya terdapat kenikmatan ruhiyah dan kesempurnaannya, yang tidak didapati di jalan selainnya.
Allah telah menyatukan di dalamnya bagi ahlinya munculnya ubudiyah kepada-Nya – Maha Suci Allah – dari hamba-Nya dan keikhlasan kepada-Nya, karena dorongan ikhlas di dalam jihad lebih besar bagi orang-orang yang diberi taufik, karena manusia terus menerus dalam keadaan dekat kepada kematian serta keberuntungan jiwa dengan penyempurnaan berbagai keutamaan, kekuatan dan kenikmatan jiwa berupa kebebasan, kemuliaan, ‘izzah, ketenangan, kedamaian pikiran dan lainnya. Betapa indahnya jiwa yang selaras dengan kebenaran.
Sesungguhnya di antara rasa syukur kita kepada Allah ‘Azza wa Jalla ialah kita membenarkan dan mengakui fadhilah dan nikmat ini dari Allah subhanah, serta mengetahui bahwa hal itu adalah murni pemberian-Nya kepada kita, Dzat Yang Maha Esa Yang tidak ada sekutu bagi-Nya.
Kita sandarkan nikmat itu kepada-Nya, menyanjung-Nya dengan lisan-lisan kita dan memuji-Nya, serta akan terus berada di jalan jihad, mengerahkan kemampuan kita di dalamnya serta bersungguh-sungguh dalam mentaati Allah Ta’ala dan menerapkan syariat-Nya pada diri kita dan kepada orang-orang yang berada di bawah tanggungjawab kita sesuai kemampuan.
Sesungguhnya orang yang berjihad dengan jiwanya demi diennya adalah orang yang paling berhak untuk beriltizam kepada berbagai hukum dien. Untuk hal ini pula Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk bersabar, memaksakan diri untuk bersabar dan bersikap teguh, serta menekuni jihad semampu kita, AllahTa’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٢٠٠)
” Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali ‘Imran: 200)
dan firman-Nya ‘Azza wa Jalla
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٤٥)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. Al-Anfaal: 45)
Serta melarang kita untuk lari dari medan perang sebagaimana diketahui. Dia juga berfirman,
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِأَعْدَائِكُمْ وَكَفَى بِاللَّهِ وَلِيًّا وَكَفَى بِاللَّهِ نَصِيرًا (٤٥)
Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu).” (QS. An-Nisaa’: 104)
Dan firman-Nya,
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (١٣٩)
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali ‘Imran: 139)
Sesungguhnya jihad ini – wahai saudara-saudara – tidak akan sempurna dan tidak akan tegak di atas pijakannya serta tidak akan memberikan buahnya, kecuali dengan bersatunya para mujahidin dan adanya keterikatan hati di antara mereka. Juga, tidak akan sempurna dan tegak kecuali dengan jamaah.
Tidak akan ada jamaah kecuali dengan mendengar dan taat, ketertiban dan kedisiplinan terhadap prinsip-prinsip syari’at dan adab-adab yang harus diperhatikan serta hikmah-hikmah yang ditunjukkan oleh syariat, akal dan pengalaman, berupa berbagai adab dan fiqih amal jama’i yang teratur.
Sesungguhnya dengan hal semacam itu orang-orang mukmin yang berjihad di jalan Allah menjadi sebuah barisan seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh, seperti yang disukai Allah, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ (٤)
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaaf: 4)
Sesungguhnya kita – wahai saudara– saudara – pada saat ini berada pada salah satu tahapan peperangan kita dengan musuh, yang menuntut bertambahnya kedisiplinan, meningkatnya kewaspadaan terhadap bahaya maksiat dan berbagai aksi yang dilakukan secara individu.
Aksi-aksi yang dilakukan secara individu – wahai saudara-saudara – ada dua jenis: aksi jihad individu yang termasuk bagian dari rencana umum mujahidin, membantunya, menguatkannya dan selaras dengannya. Aksi itu diizinkan di dalamnya baik secara umum atau khusus, serta menjalankan satu peran yang tidak memungkinkan bagi jamaah untuk melakukannya, sehingga aksi semacam itu bisa menutup kekosongan dan mewujudkan kemenangan. Ini adalah aksi-aksi jihad yang disyari’atkan. Kami mengajak kepadanya dan kami menyakini bahwa Allah menyukai, meridhai dan memerintahkannya.
Jenis lainnya: aksi-aksi individu yang tidak termasuk di bawah rencana mujahidin, tidak membantunya, tidak menguatkannya serta tidak selaras dengannya, bahkan melemahkannya dan berlawanan dengannya. Dari aksi tersebut muncul kerusakan yang lebih banyak daripada kemungkinan munculnya manfaat yang dihasilkannya, baik berupa perpecahan, pertentangan dan selainnya. Jenis inilah yang kita dilarang melakukannya. Kami beranggapan hal itu tidak diridhai Allah, tanda-tandanya jelas, perbedaan di antara keduanya jelas. Segala puji bagi Allah.
Saya kembali mengatakan: sesungguhnya tahapan yang kita berada di dalamnya saat ini, menuntut kita semua, kadar ketaatan, kedisiplinan dan kesabaran yang lebih besar, serta berusaha menjauhkan diri kita dari kemaksiatan, baik maksiat itu kepada Allah Ta’ala saja, atau maksiat kepada amir yang mana hal itu juga maksiat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Sesungguhnya dampak maksiat mujahidin kepada para pimpinan mereka sangat serius dan merusak. Cukup kiranya apa yang disebutkan Allah ‘Azza wa Jalla kepada kita, di dalam al-Qur’an tentang kisah perang Uhud dan menjadikannya sebagai bacaan yang dibaca hingga hari Kiamat sebagai pengingat bagi orang-orang yang bertakwa dan peringatan bagi para ahli ibadah.
Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan hal tersebut, di dalam salah satu surat terbesar di dalam al-Qur’an – surat Ali ‘Imran – dalam konteks kisah perang Uhud, dan penjelasan akibat dari kemaksiatan sebagian kaum muslimin, yaitu maksiatnya para pemanah terhadap perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamyang memerintahkan mereka untuk tetap tinggal di pos mereka dan tidak meninggalkannya. Beliau bersabda, “Walaupun kalian melihat kami disambar burung.”
Tatkala sebagian mereka mengira bahwa pertempuran telah usai dengan kemenangan di pihak kaum muslimin, dan orang-orang musyrik telah melarikan diri dengan membawa kekalahan, mereka berijtihad dengan ijtihad yang menyelisihi nash dan mentakwilnya dengan meninggalkan pelaksanaan perintah yang jelas.
Mereka meninggalkan pos-pos mereka dan turun meski ada seruan dari pemimpin mereka untuk tidak turun dan tidak membangkang kepada pimpinannya. Sebagian dari saudara-saudara mereka turun, maka Allah menurunkan tentang hal itu ayat ini, dan menyebut perbuatan mereka sebagai maksiat, dan menisbatkannya kepada jamaah kaum muslimin, serta mengabarkan bahwa hal itu adalah sebab kekalahan yang diderita kaum muslimin pada hari itu, dan kepada Allah-lah segala urusan yang sebelum dan sesudahnya.
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ (١٥٢)إِذْ تُصْعِدُونَ وَلا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ فَأَثَابَكُمْ غَمًّا بِغَمٍّ لِكَيْلا تَحْزَنُوا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا مَا أَصَابَكُمْ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (١٥٣)
“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman. (Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali ‘Imran: 152-153)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata mengenai faedah yang diambil dari kisah perang Uhud, “Diantaranya pengetahuan mereka terhadap buruknya akibat maksiat berupa kegagalan dan perselisihan. Sesungguhnya apa yang menimpa mereka disebabkan oleh hal itu, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ (١٥٢) “
Dan Sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya…” (QS. Ali ‘Imran: 152),
maka tatkala mereka merasakan akibat dari kemaksiatan terhadap Rasul serta perselisihan dan kegagalan mereka, mereka setelah itu sangat berhati-hati, bersikap waspada dan menjaga diri dari sebab-sebab kegagalan.”
Beliau juga berkata, “Di antaranya ialah sesungguhnya jika Dia menguji mereka dengan kekalahan, perpecahan dan keterceraiberaian, mereka menjadi hina, takluk dan tunduk, lalu mereka membutuhkan dari-Nya kemuliaan dan pertolongan. Sesungguhnya terbukanya pertolongan terjadi bersama berkuasanya kehinaan dan perpecahan, Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (١٢٣)
“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah.” (QS. Ali ‘Imran: 123)
Dan firman-Nya,
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الأرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (٢٥)
“Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun.” (QS. At-Taubah: 25)
Allah Yang Maha Suci bila ingin memuliakan hamba-Nya, membuat mereka berkuasa dan memenangkan mereka, Dia menghancurkannya terlebih dahulu dan menjadikan penguasaan-Nya bagi mereka dan pertolongan-Nya, sesuai dengan kadar kehinaannya dan kehancurannya.” Selesai perkataan beliau –rahimahullah-.
Wahai saudara-saudara, dari berbagai perkataan para ulama kita menjadi jelas bahwa maksiat para pemanah di sini kepada Nabi SAW merupakan kemaksiatan kepadanya dalam kapasitasnya sebagai seorang komandan, pemimpin dan imam. Tindakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam – demi bapakku, dia dan ibuku – memiliki beberapa kategori. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertindak dalam kapasitas sebagai seorang Nabi, Rasul dan penyampai syari’at dari Allah ‘Azza wa Jalla, bertindak dalam kapasitasnya sebagai seorang imam dan komandan bagi kaum muslimin dan bertindak sebagai seorang hakim… dan seterusnya.
Artinya bahwa maksiat orang yang turun dari sebagian pasukan pemana pada perang Uhud termasuk jenis maksiat kepada perintah pemimpin. Allah ‘Azza wa Jalla telah memaafkan mereka – semoga Allah meridhai dan menerima mereka. Ini menjelaskan kepada kita besarnya bahaya maksiat kepada berbagai perintah pemimpin. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ (٣٨)
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS. Al-Hajj: 38)
Pembelaan Allah kepada kita sesuai dengan kadar kesempurnaan dan kekuatan iman kita. Allah mencintai orang-orang yang beriman, mencintai orang-orang yang bertakwa dan mencintai orang-orang yang berbuat ihsan, dan Dia beserta mereka dengan pertolongan-Nya, dukungan-Nya dan bantuan-Nya. Turunnya pertolongan Allah Ta’ala kepada kita sesuai dengan kadar baiknya ketaatan, keistiqomahan, iman, takwa dan amal shalih. Semoga hal itu –wallahu a’lam– menjadi tambahan catatan pada firman-Nya,
إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ (٣٨)
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS. Al-Hajj: 38)
sebagai sinyal bahwa khianat dan kufur – termasuk kufur nikmat dan kufur ashghar, yakni maksiat- akan melenyapkan dan menghancurkan hal-hal yang mendatangkan perlindungan Allah Ta’ala dan pembelaan-Nya terhadap hamba-Nya.
Pada keduanya terdapat peringatan terhadap maksiat. Sesungguhnya maksiat itu menyebabkan seorang mukmin kehilangan pembelaan Allah kepadanya. Karena jika Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat dan mengingkari nikmat, untuk itu Dia akan membela orang-orang mukmin dan menolong mereka.
Dengan demikian, sesungguhnya dalam hal ini terdapat peringatan bagi seorang mukmin untuk menjauhi sifat orang yang berkhianat dan mengingkari nikmat serta tidak mendekatinya. Sama halnya dengan syahadah (mati syahid), sesungguhnya kezhaliman dan kemaksiatan akan menghalangi seseorang darinya. Allah lebih tahu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (١٤٠)
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zhalim.” (QS. Ali-‘Imran: 140)
Termasuk di antara perkara yang di dalamnya amir ditaati adalah berbagai perkara yang berkaitan dengan persoalan-persoalan umum yang menyentuh urusan jihad dan mujahidin dalam kapasitas mereka sebagai suatu masyarakat, seperti berbagai persoalan yang berkaitan dengan pergerakan, komunikasi dan selainnya.
Semua ini termasuk hal-hal yang jelas dan tidak ada kesamaran di dalamnya mengenai wajibnya taat kepada amir dalam perkara tersebut. Suatu maksiat di dalamnya adalah maksiat. Allah akan memberi hukuman atas suatu kemaksiatan.
Sungguh tertundanya pertolongan dan melambannya kelapangan disebabkan oleh maksiat. Hendaknya kita semua bertakwa kepada Allah dan kita jadikan Ramadhan sebagai kesempatan untuk memperbarui ketaatan-ketaatan seluruhnya, bersungguh-sungguh di dalamnya dan bertaubat kepada Allah Jalla wa ‘Alaa.
Wahai saudara dan saudari yang beriman dan berjihad!
Sesungguhnya kabar gembira dengan datangnya pertolongan Allah Ta’ala bagi umat ini dan para mujahidnya amat banyak, menyenangkan hati serta mengundang bertambahnya keteguhan dan ketaatan. Di Afghanistan, musuh-musuh Allah, para prajurit sombong – orang-orang Amerika dan Eropa – telah memulai. Mereka mulai mundur secara bertahap dengan membawa kegagalan dan kekalahan.
Lalu mereka menipu manusia dan menghiasi penarikan mundur pasukan mereka dengan (mengatakan) ini bagian dari rencana bertahap dan sudah dijadwalkan agendanya – menurut anggapan mereka – . (Ini merupakan bagian) dari program dan kesepakatan yang sia-sia dengan para boneka mereka yang murtad, (dengan tujuan) untuk meringankan kegagalan dan kehancuran mereka. Segala puji bagi Rabb semesta alam.
Sesungguhnya penarikan mereka merupakan kesempatan bagi mujahidin Imarah Islamiyah, untuk maju dan meningkatkan penaklukan dengan seijin Allah. Penarikan mereka merupakan awal nyata terlepasnya simpul persekutuan kafir dan tercerai berainya persatuan mereka dengan seijin Allah.
Demikian juga, dukungan masyarakat dan bantuan untuk jihad dari penduduk Afghan kepada mujahidin terus berlanjut dan mengalir bi hamdillah, bahkan semakin bertambah. Musuh-musuh Allah mengalami penderitaan yang amat pedih di Afghanistan, sebagaimana dialami perwakilan mereka.
Kebencian mereka terhadap mujahidin semakin berlipat-lipat dan menguat. Mereka merahasiakannya dari berbagai pemberitaan dan berusaha menutupi kekalahan mereka hingga mereka mengeluarkan perintah untuk membuat peraturan terkait hal itu karena takut akan tersebarnya berita mengenai operasi-operasi yang dilakukan mujahidin. Mereka berusaha keras agar manusia tidak mendengar apa yang ditimpakan mujahidin kepada mereka setiap harinya berupa hadiah kematian, perihnya luka-luka dan pahitnya kehilangan.
Berapa banyak operasi berkualitas yang sukses yang dilakukan oleh mujahidin telah disembunyikan oleh musuh-musuh Allah serta corong-corong mereka. Mereka menutupinya serta memalsukan berita-berita di sekelilingnya.
Apakah kalian telah mendengar operasi (Maidan Wardak) di bulan ini, Sya’ban? Sama halnya ketika musuh-musuh Allah mengalami dan menjalani penderitaan, yang Allah timpakan kepada mereka melalui tentara-tentara-Nya yang tidak ada yang mengetahuinya selain Allah, dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan termasuk (tentara Allah) yang paling penting adalah problem ekonomi dan finansial.
Mereka mengalami kerugian dan kehancuran secara permanen disebabkan kekafiran, kemaksiatan, kesombongan dan kedurhakaan mereka terhadap Allah, serta perbuatan mereka mengambil harta yang bukan haknya dan tidak halal, dan menghabiskannya dalam kebatilan, menolong kekafiran dan memusuhi Allah Ta’ala, Rasul-Nya, dien-Nya dan wali-wali-Nya.
Dan sekarang, kami berada dalam limpahan nikmat Allah. Kami berharap dan menanti azab Allah yang akan turun terhadap mereka dengan adanya krisis utang Amerika serta krisis keuangan di Yunani dan negara-negara Eropa lainnya, yang terkadang muncul dari ini dan ini, termasuk berbagai bencana yang menimpa mereka dengan ijin Allah beserta kekuasan dan kekuatan-Nya, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَنَحْنُ نَتَرَبَّصُ بِكُمْ أَنْ يُصِيبَكُمُ اللَّهُ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ أَوْ بِأَيْدِينَا فَتَرَبَّصُوا إِنَّا مَعَكُمْ مُتَرَبِّصُونَ (٥٢)
“Dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya, atau (azab) dengan tangan kami.” (QS. At-Taubah: 52)
Dan firman-Nya,
وَلا يَزَالُ الَّذِينَ كَفَرُوا تُصِيبُهُمْ بِمَا صَنَعُوا قَارِعَةٌ أَوْ تَحُلُّ قَرِيبًا مِنْ دَارِهِمْ حَتَّى يَأْتِيَ وَعْدُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ (٣١)
“Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (QS. Ar-Ra’d: 31)
Serta berbagai pintu keburukan yang dibukakan bagi Amerika di setiap penjuru serta dari berbagai medan pertempuran dan perlawanan di setiap tempat. Hendaknya kita berusaha keras mendoakan keburukan bagi mereka di bulan ini dan di setiap waktu, serta mencari waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa, kondisi-kondisi suci dan saat-saat khusyuk dan bermurah hati dengannya untuk orang-orang yang tertindas baik wanita, anak-anak atau pun golongan lemah dari kaum muslimin.
Kemenangan-kemenangan yang Allah limpahkan kepada kaum muslimin di berbagai medan peperangan di Irak, Yaman, Somalia, Maghrib Islami dan selainnya sangat banyak dan menggembirakan, bi hamdillah. Hal itu menambah tumpukan musibah yang menimpa musuh-musuh Allah, dan menyegerakan kehancuran mereka dengan pertolongan Allah, lalu musuh-musuh Allah berada dalam kemunduran serta diliputi kemurkaan Allah, sedangkan umat Islam dan mujahidinnya berada dalam kemajuan dan peningkatan, pertolongan Allah serta kelembutan-Nya menyertai mereka, dan janji Allah memotivasi mereka.
Pemberontakan-pemberontakan bangsa Arab ini telah menghancurkan belenggu ketakutan berbagai bangsa Arab muslim, dengan memuji Allah dan dengan fadhilah-Nya, kemudian dengan jihadnya para mujahid dan kesabaran orang-orang yang bersabar. Itu adalah nikmat yang besar. Di dalamnya terdapat kebaikan yang banyak.
Walaupun gambaran kondisinya belum seperti yang dituntut dan diharapkan, tanpa keraguan, namun di dalamnya ada kebaikan, yaitu tahapan, langkah, peluang dan pertolongan dari Allah Yang Maha Mulia. Kami berharap kepada Allah agar menjadikan hasilnya baik bagi Islam dan pemeluknya, serta memperbaiki pemuda-pemuda umat ini dan menuntun tangan-tangan mereka kepada kebaikan. Maka berilah kabar gembira dengan pertolongan Allah yang dekat.
Kemudian, selain darah para syuhada, keshiddiqan orang-orang yang shiddiq serta keikhlasan orang-orang yang ikhlas, dan orang-orang yang tawadhu’ lagi menghabiskan segala hartanya bagi Allah, akan sia-sia bagai debu yang (beterbangan), dan selain doa orang-orang yang tertindas di berbagai penjuru bumi akan tertolak.
Sesungguhnya bagi tiap-tiap masa telah ada kitab (hukum yang diberlakukan Allah atas hamba-hamba-Nya) dan bagi Allah-lah kebijaksaan yang sempurna dan otoritas penuh atas ciptaan-Nya dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Janganlah sekali-kali kalian terperdaya oleh kebebasan para musuh bergerak di dalam negeri serta apa yang telah mereka hasilkan berupa alat dan sarana perusak dan pengancur dan apa yang mereka perbuat baik berupa kekejian maupun kejahatan. Banyaknya kematian yang telah dan akan terjadi pada barisan kaum muslimin, baik mujahidin atau selain mereka, tidak akan melemahkan tekad kita. Sesungguhnya itu adalah syahadah dan syahadah adalah kebaikan dan barokah.
Setiap kali musuh-musuh Allah melakukan kedurhakaan, kezhaliman, kesewenang-wenangan dan bersikap arogan, maka sesungguhnya itu tanda dekatnya kehancuran mereka dan kedekatan Allah dengan hamba-hamba-Nya yang beriman.
Sesungguhnya Allah subhanah, bila ingin menghancurkan musuh-musuh-Nya dan membinasakan mereka, Dia datangkan bagi mereka sebab-sebab yang akan mengantarkan kepada kehancuran dan kebinasaan mereka. Di antara sebab terbesarnya setelah kekafiran mereka ialah kezhaliman dan kelaliman mereka, serta berlebih-lebihannya mereka dalam menyakiti wali-wali-Nya, memerangi, memusuhi dan menguasai mereka.
Dengan hal itu Dia membersihkan wali-wali-Nya dari dosa-dosa dan aib-aibnya, dan dengan hal itu musuh-musuh-Nya meningkatkan sebab-sebab kebinasaan dan kehancuran diri mereka.
Sesungguhnya darah Syaikh Usamah – rahimahullah – dan darah para syuhada yang shalih di berbagai penjuru bumi ini baik Timur, Barat, Utara maupun Selatan – semoga Allah merahmati dan menerima mereka semuanya – benar-benar merupakan siraman bagi pohon jihad dan tanda dekatnya kemenangan, dengan seijin Allah ‘Azza wa Jalla. Allah subhanah memberkatinya dan manusia akan melihat setelah beberapa waktu, efek dari barokah Allah dan rahmat-Nya.
Wahai saudara-saudara!
Bagaimana mungkin akan menang musuh-musuh Allah yang kafir, Ateis, ahli kekejian dan kefasikan, ahli perbuatan kotor, najis, jorok lagi berakhlak buruk, ahli bakhil, dengki, sombong dan syirik serta seluruh penyakit hati dan kerusakan jiwa yang terbayang.
Bagaimana mungkin mereka akan menang terhadap orang-orang yang mentauhidkan Allah ‘Azza wa Jalla, ahli ikhlas dan niat yang baik dan tekad yang baik yang berjalan dalam kecintaan Allah dan mencari keridhaan-Nya, ahli wudhu, bersuci, mengendalikan diri, takwa dan silaturrahim, ahli ibadah kepada AllahJalla wa ‘Alaa dan mengadu kepada-Nya, taubat, inabah, syukur, sabar, takut, berharap dan cinta, serta taat secara lahir dan batin. Ini tidak mungkin terjadi dengan ijin Allah.
Bagaimana mungkin akan menang orang-orang yang menginginkan kebesaran dan kerusakan di muka bumi, menghendaki terangkatnya panji kekafiran, salib dan berhala, serta menyebarkan kebusukan dan kekejian, dan menyuruh manusia menyembah syahwat, dunia dan setan dan mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Bagaimana mungkin mereka akan menang terhadap orang-orang yang Allah berfirman tentang mereka,
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأمُورِ (٤١)
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS. Al-Hajj: 41)
الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا (٧٦)
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.” (QS. An-Nisaa’: 76)
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (٢٥٧)
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 257)
وَآمِنُوا بِمَا أَنْزَلْتُ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ وَلا تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ (٤١)وَلا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٤٢)وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ (٤٣)أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ (٤٤)وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ (٤٥)
“Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun? Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku (beriman) kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia maupun di akhirat. Dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.”(QS. Al-Mu’min: 41-45)
Bila kita melihat orang-orang kafir berkuasa dan mendominasi, maka itu adalah sesuatu yang bersifat sementara dan fana, berlaku padanya hikmah Yang Maha Perkasa, Yang Maha bijaksana, Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui dalam penggiliran masa (kejayaan dan kehancuran) di antara manusia. Namun, hasil di dunia dan akhirat yang diperoleh orang-orang mukmin tidak diragukan lagi, kemenangan yang hakiki yaitu kemenangan seorang mukmin yang bertakwa, baik di dunia dan akhirat atau di akhirat saja.
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ (٥١)
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (QS. Al-Mu’min: 51)
Untuk itu saya wasiatkan kepada diri saya sendiri dan saudara-saudara saya seluruhnya, untuk berprasangka baik kepada Allah subhanah, serta memperbesar rasa harap kita tentang persoalan tersebut kepada ‘Azza wa Jalla, bersungguh-sungguh dalam berdzikir, berdoa dan beribadah.
Kita bersungguh-sungguh dalam memenuhi syarat-syarat kemenangan dan mengambil sebab-sebabnya dan penggabungannya, agar kita menjadi penolong Allah Ta’ala. Hal itu dengan iman, takwa, amal shalih, dan berusaha keras untuk berhati-hati terhadap maksiat dengan segala bentuknya: individu, jamaah, tampak, tersembunyi, kecil dan besar, sebagaimana firman Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (٧)
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)
Saya peringatkan anda sekalian dan diri saya sendiri dari sikap meremehkan maksiat wahai saudara-saudaraku, atau meremehkan maksiat yang kecil. Jauhilah dosa-dosa kecil karena dosa-dosa itu akan merobek penutup rasa takut (kepada Allah) dan perasaan diawasi (oleh Allah), dan terkadang menyeret kepada maksiat besar. Kemudian terus menerus mengerjakan dosa kecil terkadang menjadikan masiat kecil tersebut menjadi maksiat yang besar.
Saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan saudara-saudara saya agar menjaga lisan dan menjauhi penyakit lisan – dan betapa banyaknya penyakit lisan itu -, membaca tentangnya, mendalaminya, banyak-banyak saling mengingatkan tentang hal itu.
Dan berusaha keras mengerjakan berbagai ibadah dengan diam-diam, baik shalat, infak, silaturrahim dan selainnya, dan agar menjaga kesatuan kaum muslimin, keterikatan hati dan persatuan mereka serta memperkuatnya serta mewaspadai perpecahan dan perselisihan. Sesungguhnya hal itu tanda dan bagian dari sebab-sebab yang kuat tertundanya pertolongan.
Kepada saudara-saudaraku di berbagai medan konfrontasi di mana pun berada – dan setiap mujahidin yang berada di medan konflik -, bertawakallah kalian kepada Allah dan berpegang teguhlah dengan – Nya.
وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (١٠١)
“Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali-‘Imran: 101),
Doronglah hati kalian agar bersikap berani, sesungguhnya keberanian merupakan bagian dari sebab-sebab kemenangan, sebagaimana perkataan sebagian pemberani yang terdahulu, dan perbanyaklah mengingat-ingat dendam – yakni hal-hal yang memunculkan rasa permusuhan dan kebencian kepada musuh – Sungguh hal itu akan membangkitkan tekad untuk maju.
Kalian ingat-ingatlah apa yang dilakukan musuh-musuh Allah, yaitu kekufuran dan permusuhan terhadap Allah Ta’ala dan dien-Nya serta penghinaan terhadap Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, kezhaliman dan kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi, penindasan dan permusuhan terhadap saudara-saudara kita di setiap tempat, dan ingat-ingatlah saudara-saudara dan saudari-saudari kita yang ditawan dan disiksa.
Kemudian mohonlah pertolongan kepada Allah dan ambillah sebab-sebab agar terlindung dari pengeboman musuh. Sesungguhnya musuh-musuh Allah tidak memiliki senjata yang dengannya mereka menteror kaum muslimin kecuali pengeboman dengan pesawat dan rudal serta sumbangan harta-harta mereka kepada para agen intelijen mereka. Maka berhati-hatilah terhadap mereka dengan bersandar kepada Allah dan meyakini janji pertolongan-Nya.
Waspadalah kalian dan menyebarlah dengan cara yang sesuai (dengan keadaan), hindari sering nampak dan terlihat. Jangan beri musuh kesempatan untuk (menyerang) diri-diri kalian. Sesungguhnya Allah menguji kalian dengan hal itu dan akan menanyai kalian tentangnya.
Bagi setiap hamba Allah ada beban dan ujian yang telah Allah bagikan untuknya. Bersabarlah kalian karena sesungguhnya itu perang kesabaran, dan Allah bersama kalian.
Saya akhiri dengan mengingatkan tentang wasiat Sayyidina Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhukepada para pasukannya. Diriwayatkan di dalam kitab-kitab sirah, beliau mengirim surat kepada Sa’ad bin Abi Waqash radhiyallahu ‘anhu:
“Amma ba’du.
Aku perintahkan kamu dan pasukan yang bersamamu agar bertakwa kepada Allah dalam segala kondisi, karena takwa kepada Allah adalah sebaik-baik persiapan menghadapi musuh dan siasat terkuat dalam peperangan.
Aku perintahkan kamu dan mereka supaya sangat berhati-hati terhadap maksiat lebih dari kehati-hatian kalian terhadap musuh. Sesungguhnya dosa-dosa (yang dilakukan) pasukan ini lebih aku khawatirkan daripada musuh mereka. Kaum muslimin itu ditolong hanyalah karena maksiat musuh mereka kepada Allah. Kalau bukan karena hal itu, maka kita tidak memiliki kekuatan untuk (menghadapi) mereka, karena jumlah kita tidak seperti jumlah mereka, dan perlengkapan kita tidak seperti perlengkapan mereka.
Kalau kita sama dengan mereka dalam hal maksiat maka mereka punya keunggulan atas kita dalam kekuatan. Jika kita tidak ditolong atas mereka dengan keutamaan kita, kita tidak mampu mengalahkan mereka dengan kekuatan kita.
Ketahuilah bahwa dalam perjalanan kalian ada hafadzah (malaikat penjaga) dari Allah yang mengetahui segala apa yang kalian perbuat. Maka malulah kepada mereka dan jangan berbuat maksiat terhadap Allah, sementara kalian di jalan Allah.
Jangan mengatakan, “Musuh kita lebih jelek dari kita dan mereka tidak akan mungkin dikuasakan (oleh Allah) atas kita.” Karena berapa banyak kaum yang dikuasakan kepada kaum yang lebih jelek dari mereka, sebagaimana Bani Israel ketika mereka melakukan berbagai maksiat mereka dikuasakan kepada kaum Majusi. Lalu mereka merajalela di kampung-kampung dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
Mintalah pertolongan kepada Allah atas diri kalian sebagaimana kalian meminta pertolongan-Nya atas musuh kalian. Aku meminta hal itu bagi diriku dan diri kalian.” Selesai.
Wa aakhiru da’waanaa anil hamdu lillahi rabbil ‘aalamiin.
Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh.
*** Tadzkiroh yang disampaikan oleh Syaikh AthiyatulLah pada bulan Ramadhan 1432 dengan judul ” Basyairun Nashri Fie Syahri Shabri“. ***
. (saifalbattar/lasdipo.com/arrahmah.com)