KAUKAKUS (Arrahmah.com) – Penyingkiran terhadap Anas Pshikachev, salah satu agen paling aktif dalam organisasi teroris FSB, mufti boneka untuk wilayah Kabardino-Balkaria merupakan operasi yang telah lama ditunggu.
Bahkan pengamat lokal menduga penyingkiran ini bukanlah sebuah kejutan di Nalchik.
Penduduk provinsi Kabarda-Balkaria-Karachai mengatakan bahwa kedatangannya pada tahun 2002 menyebabkan awal penganiayaan kejam terhadap ummat Islam.
Pshikhachev menyusun daftar nama Muslim untuk FSB yang menurutnya harus dibunuh.
Pada tahun 2002, kaum Muslim Kabardino-Balkaria menuduh Pshikhachev bekerja untuk FSB dan menuntut pengunduran dirinya. Sebagai tanggapan, di tahun 2003, dinas rahasia Rusia, berdasarkan rekomendasi Pshikhachev, menutup puluhan masjid dimana para pemuda biasa berkumpul.
Anas Pshikhachev dalam sebuah wawancara dengan The Caucacus Times di tahun 2003 berkomentar tentang penutupan masjid-masjid itu, berbohong dan berani terbuka tanpa rasa malu :
“Banyak komunitas radikal Islam muncul di republik ini yang tidak mematuhi Administrasi Keagamaan Muslim, mendesak umat Islam untuk memberontak melawan Administrasi Keagamaan. Struktur ini diciptakan oleh Masjid, sama dengan Jamaah Chechen. Menurut pengetahuan saya, Masjid di seluruh dunia tidak dibuka sepanjang waktu, hanya waktu-waktu sholat saja, bahkan di Mekkah dan Madinah. Dan di sini, mereka bekerja 24 jam sehari. Al-Qur’an mengatakan dimana terdapat dua atau tiga pemalas berkumpul, maka selalu muncul setan dan menghasut mereka melakukan perbuatan jahat.”
The Caucacus Times mengingatkan sehubungan dengan pembunuhan Pshikhachev bahwa agen FSB ini pernah berinisiatif membuka “kursus penyegaran” yang terbuka untuk semua imam dimana mereka diajarkan untuk membedakan “wahabi” dan “muslim biasa”.
“Janggut panjang, celana mengatung, dan mereka tajam dalam berbicara, terkadang keras, pidato diselingi dengan kata-kata Arab dengan tepat, mereka tidak menerima perbedaan pendapat. Dalam diskusi tentang beberapa isu, mereka sama sekali tidak mendengarkan lawan,” dan lainnya.
Dengan menggunakan “kriteria” penjajah dan kaki tangan/boneka, mulai menahan apa yang mereka sebut dengan “wahabi” dan menjadikannya objek penghinaan dan penyiksaan.
Diantara metode favorit yang digunakan oleh penjajah dan boneka mereka dari gang kepolisian dan kelompok teroris FSB adalah mencukur kepala dan membuat salib di atasnya terhadap orang-orang beriman.
The Caucacus Times juga pernah mempublikasikan di tahun 2005, saat situasi Muslim mulai putus asa, komunitas Muslim KBK mengimbau pemimpin Rusia untuk memberikan mereka kesempatan untuk tinggal di setiap negara dimana “hak asasi manusia dan kebebasan beragama dihormati”.
Jawaban untuk itu adalah… “Masjid telah diambil dari tangan orang-orang beriman. Hak mereka untuk sholat berjamaah dirampas. Ketika mereka berkumpul di sebuah rumah untuk melaksanakan ibadah berjamaah, pencarian dimulai dan pemilik rumah dianiaya. Penculikan Muslim dilakukan oleh pria bertopeng dan bersenjata, penyiksaan dan pelanggaran menjadi hal biasa. Konsep hukum seperti surat panggilan pengadilan, pengacara, KUHAP tidak ada.”
Petisi ditandatangani oleh lebih dari 600 orang. Permintaan itu diabaikan dan setelah semua cara-cara damai untuk menghentikan kekerasan telah habis, Muslim yang dipimpin oleh Anzor Astemirov (insha Allah syahid), mengangkat senjata dan pergi untuk berjihad. (haninmazaya/arrahmah.com)
* keterangan gambar : Anas Pshikhachev berada di sebelah kiri