REYKJAVIK (Arrahmah.com) – Saat ini, Julian Assange mungkin saja dianggap sebagai musuh nomor satu Amerika Serikat. Bahkan, sejumlah politikus negara tersebut menyerukan agar Assange dibunuh saja.
Tapi, siapa yang sangka, ternyata tak sampai setahun yang lalu pendiri WikiLeaks tersebut justru menjadi tamu resmi dan dijamu di kedutaan AS dalam pesta koktil yang diselenggarakan para diplomat yang tak lama kemudian rahasia-rahasianya dibongkar Assange dan disebarkan kepada dunia.
Dalam acara yang digelar di kediaman duta besar AS di Reykjavik, Islandia, Assange berbincang dengan Sam Watson, deputi pemimpin kedutaan tersebut.
Ia sudah menduduki puluhan telegram rahasia Watson pada pesta di bulan Desember tersebut, termasuk sejumlah rincian memalukan mengenai peranan Amerika dan Inggris setelah kolapsnya bank-bank Islandia yang kemudian dipublikasikan dan memantik kemarahan media setempat.
“Dia (Assange) pastinya bersenang-senang di pesta itu,” kata Birgitta Jonsdottir, seorang anggota parlemen Islandia dan mantan aktivis di WikiLeaks.
“Dia menjadi tamu saya. Saya katakan bahwa membawanya dan mencari tahu apakah mereka semua tahu siapa dia akan menjadi semacam gurauan. Saya rasa mereka semua tidak tahu (siapa Assange),” katanya seperti dikutip Telegraph.
Situs Assange telah memublikasikan puluhan bocoran dokumen yang membuat malu AS, termasuk panduan rahasia penanganan tahanan Teluk Guantanamo dan seluruh email lengkap dari Sarah Palin, kandidat wakil presiden Partai Republik pada tahun 2008.
Departemen Luar Negeri AS mengecam beredarnya panduan tersebut dan menyebutnya “sebuah tindakan kriminal.”
Assange berangkat menuju pesta tersebut langsung dari markas WikiLeaks di Islandia yang disebut “bunker”. Di sana, Assange mengerjakan pembocoran rekaman video amat rahasia militer AS yang berisi pembantaian terhadap warga sipil di Irak.
Pada saat pesta berlangsung, WikiLeaks juga telah memperoleh sekitar 600.000 dokumen rahasia militer AS dari perang di Irak dan Afghanistan yang dirilis pada awal tahun ini, ditambah dengan 250.000 kawat rahasia kedutaan AS yang baru sekarang dirilis WikiLeaks.
“Saya rasa jika saya pergi sendirian akan sedikit membosankan,” kata Jonsdottir.
“Tapi, ironisnya, ketika saya pergi mencarinya di wisma tamunya dan tidak dapat menemukannya, saya kembali bekerja dan bahkan saya sendiri tidak pergi. Baru saya tahu kemudian bahwa dia memutuskan pergi ke sana sendiri dan bisa masuk dengan mengatakan bahwa dirinya adalah tamu saya. Ia mengaku berbicara panjang lebar dengan Watson,” tambahnya.
Sebuah telegram rahasia yang ditulis Watson dan dipublikasikan WikiLeaks membeberkan diskusi yang terjadi antara Watson dan Ian Whiting, duta besar Inggris untuk Reykjavik.
Whiting ingin menghentikan menghentikan keinginan menggelar referendum mengenai keharusan Islandia membayar kepada pemerintah Inggris setelah banyak warga Inggris kehilangan uangnya akibat kolapsnya bank Icesave di Rekyjavik.
Setelah peristiwa tersebut, pemerintah Inggris mengembalikan dana para nasabah individu yang menabung di Icesave dari skema perlindungan depositonya sendiri. Akan tetapi, dana para nasabah berupa institusi, termasuk banyak aparat setempat, masih belum dipulangkan, dan Inggris terus mengupayakan pemulangan dana penuh dari Islandia serta pembayaran dana yang dikeluarkan pemerintah Inggris untuk membayar nasabah perorangan.
Kedutaan besar AS di Reykjavik menolak menanggapi mengenai undangan mereka terhadap Assange dalam pesta tersebut. (sm/arrahmah.com)