HOMS (Arrahmah.com) – Seragam jubah putih dan celana panjang putih selama ini identik dengan para dokter dan perawat di rumah sakit. Mereka adalah para pahlawan medis yang melayani masyarakat dengan ketulusan dan kasih sayang. Paramedis melayani warga tanpa memandang perbedaan suku, agama, bahasa dan kelompok.
Tapi pemandangan seperti itu sungguh sulit didapatkan di Suriah. Rumah-rumah sakit kerapkali menjadi ladang penyiksaan dan pembantaian baru bagi para pasien warga sipil muslim. Secara sukarela atau di bawah tekanan tentara rezim, para dokter dan perawat turut serta menyiksa para pasien. Para warga muslim akhirnya tak berani membawa korban luka ke rumah-rumah sakit setempat.
Pemandangan mengerikan di rumah-rumah sakit itu mengundang keprihatinan para dokter dan perawat muslim yang terpaksa bekerja di rumah-rumah sakit pemerintah. Secara diam-diam mereka bekerja dan melayani pasien warga sipil di “rumah-rumah sakit lapangan”, nama untuk tenda-tenda darurat dan klinik-klinik darurat yang didirikan warga dan para aktivis revolusi untuk mengobati para korban luka oleh serangan pasukan rezim Suriah.
Di kota Homs, para dokter muslim secara diam-diam menyatukan usaha pelayanan medis lapangan tersebut dengan mendirikan organisasi Koordinasi Dokter Homs.
“Koordinasi merepresentasikan tim medis di ibukota revolusi Suriah (Homs). Koordinasi ini bekerja untuk mendukung rumah-rumah sakit lapangan, terutama sekali rumah-rumah sakit lapangan yang memiliki dukungan peralatan paling minim. Koordinasi ini didirikan sebagai akibat dari semakin meningkatnya jumlah besar korban luka di rumah-rumah sakit lapangan. Jumlah korban setiap harinya bertambah banyak, karena daerah-daerah yang dibombardir setiap harinya di Homs lebih dari 30 daerah.”
“Alasan lainnya dari pendirian koordinasi ini adalah menghentikan kontak pribadi dengan orgaisasi-organisasi pemberi bantuan medis, dan menyatukan rute bantuan medis dari dalam negeri dan luar negeri.” kata juru bicara Koordinasi Dokter Homs kepada wartawan TV Al-Arabiyah.
Ada banyak tenaga relawan bukan dokter yang bekerja pada Koordinasi Dokter Homs, sehingga Koordinasi bisa bekerja memenuhi sebagian besar kebutuhan yang diperlukan oleh rumah-rumah sakit lapangan. Mulai dari obat-obatan, peralatan medis, hingga peralatan dan layanan komunikasi yang menghubungkan dengan organisasi-organisasi pemberi bantuan medis. Mereka juga menyimpan dengan baik dokumentasi dan registrasi semua pasien yang menjalani perawatan.
Pekerjaan Koordinasi Dokter Homs, seperti pekerjaan lainnya, menghadapi banyak kesulitan, baik dalam kurangnya obat-obatan bila diperlukan, atau kesulitan mengirimkan obat-obatan ke tempat-tempat di yang paling membutuhkan.
“Kami menghadapi banyak kesulitan memberikan obat ini karena banyaknya pos pemeriksaan militer di semua jalan, penyergapan, atau karena ditembak oleh sniper militer. Kita biasanya membutuhkan tiga atau empat hari untuk memberikan obat ke rumah sakit lapangan.” kata seorang aktivis di gudang obat Koordinasi Dokter Homs di Homs Selatan.
Dan meskipun semua kesulitan yang ada, jubah putih medis mengalahkan kegelapan tindak pidana rezim Assad. (muhib almajdi/arrahmah.com)