MADRID (Arrahmah.com) – Kekhawatiran Amerika Serikat yang terus bertambah mengenai kemungkinan serangan ‘teroris’ di Spanyol tahun 2007, memunculkan anggapan bahwa negara tersebut akan menjadi pusat kontraterorisme di negara dengan kota terbesar kedua di dunia itu, menurut laporan salah satu telegram rahasia, dikutip Al Arabiya pada Minggu (12/12/2010).
Telegram yang bertanggal 2 Oktober 2007 itu, mengatakan pemerintah Amerika Serikat dan Spanyol telah mengidentifikasi Catalonia sebagai kota dengan populasi muslim yang diklaim sangat rentan terhadap perekrutan jihad. Klaim ini didasarkan pada informasi mata-mata yang diperoleh sejak pemboman kereta api Madrid, yang menewaskan 191 orang, pada tahun 2004.
Menurut Wikileaks, mantan duta besar AS di Spanyol, menyatakan, “Kami mengusulkan agar Konsulat Jenderal AS di Barcelona menjadi platform untuk upaya kontraterorisme, anti kriminal, dan pusat intelejen multi instansi yang terkoordinasi,” seperti yang terdapat dalam telegram kedutaan yang bocor ke publik.
Tujuannya adalah memerangi lingkungan sasaran yang selama ini marak dengan kegiatan ‘teroris’ dan ‘kriminal’ yang berpusat di wilayah dengan populasi muslim lebih dari satu juta Muslim.
Pada bulan Maret 2004, sebanyak 191 orang tewas dan lebih dari 1.800 terluka dalam serangan bom dalam kereta api di Madrid.
Salah satu telegram AS tahun 2005, menyatakan bahwa Spanyol merupakan sebuah target yang signifikan bagi kelompok ‘teroris’ Islam dan sebuah pusat logistik besar bagi kelompok-kelompok ekstremis Islam yang beroperasi di seluruh dunia.
Sementara itu, telegram tahun 2007 mengatakan bahwa Spanyol merupakan target Al Qaeda di masa lalu hingga saat ini serta merupakan pemain penting dalam upaya kontraterorisme AS-Uni Eropa.
Dalam telegram itu Barcelona diklaim memiliki populasi Muslim besar yang sangat rentan terhadap perekrutan jihad dan menambahkan bahwa “pemerintah Spanyol dan AS telah mengidentifikasi Catalonia sebagai pusat kegiatan Islam ‘radikal’ di daerah Mediterania utama. Berdasarkan telegram itu, sejumlah kegiatan imigrasi, baik legal dan ilegal, (dari Afrika Utara (Maroko, Tunisia, dan Aljazair) dan Asia Tenggara (Pakistan dan Bangladesh)) telah membuat wilayah ini menjadi “sebuah magnet bagi perekrut teroris.”
Kedubes tengah menyiapkan 13 agen akan secara strategis akan ditugaskan untuk memantau siapa dan apa yang melewati kawasan tersebut dari tempat-tempat seperti Aljazair, Tunisia, Maroko dan bagian selatan Perancis.
Kedutaan besar AS di Madrid menolak berkomentar tentang hal ini. Jurubicara kedutaan, Jeff Galvin, hanya akan mengatakan bahwa AS dan Spanyol sedang melakukan “kerjasama yang sangat baik” dalam penyelidikan kontraterorisme. (althaf/arrahmah.com)