MALI (Arrahmah.com) – Ribuan orang di Mali telah melarikan diri dari rumah mereka di tengah meningkatnya serangan udara pengecut oleh militer penjajah Perancis di negara Afrika Barat tersebut.
UNHCR mengatakan bahwa lebih dari 5.000 warga Mali telah melarikan diri dan tiba di Mauritania sejak 11 Januari ketika Perancis melancarkan perang di Mali di bawah dalih menghentikan kemajuan mujahidin di utara Mali.
Selain Mauritania, Burkina Faso dan Nigeria juga menampung para pengungsi yang berasal dari Mali.
Sementara itu, badan PBB mengatakan bantuan diperlukan untuk mencegah memburuknya situasi kemanusiaan di seluruh wilayah Sahel.
Hampir 380.000 orang telah meninggalkan rumah mereka dan mencari keamanan baik di dalam maupun luar Mali.
Pada 18 Januari lalu, juru bicara UNHCR, Melissa Fleming memperingatkan bahwa dalam waktu dekat bisa sampai 300.000 pengungsi di dalam Mali dan lebih dari 400.000 yang melarikan diri keluar Mali.
Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Belgia, Jerman dan Denmark telah menyuarakan dukungan mereka atas intervensi militer Perancis di Mali.
Perancis dengan bantuan tentara boneka Mali juga memberlakukan larangan bagi media untuk meliput perkembangan di lapangan di mana kelompok hak asasi manusia mengatakan Perancis telah melakukan banyak pelanggaran serius.
Beberapa pengamat politik yakin bahwa sumber daya alam yang terdapat di Mali termasuk emas dan cadangan uranium, menjadi salah satu alasan di balik perang yang dilancarkan Perancis. (haninmazaya/arrahmah.com)