JAKARTA (Arrahmah.com) – Peringkat Indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia pada 2010 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun lalu. Berdasarkan penilaian The United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia menduduki peringkat 108 naik 3 peringkat dari sebelumnya 111 pada 2009. Meski mengalami kenaikan sayangnya Indonesia masih jauh berada dibawah Malasyia yang menduduki peringkat 57.
Direktor Human Development Report Office Jeni Klugman mengatakan dari sisi peringkat Indonesia mengalami perbaikan. Bahkan Indonesia menduduki peringkat 10 besar sebagai negara yang mengalami perubahan tertinggi dalam IPM sejak 1970 sampai dengan 2010 (empat dekade). “Indonesia menduduki peringkat keempat dari 10 negara dengan rangking tertinggi,” ujarnya ketika berbincang dengan Republika, Jumat (10/12/2010).
Secara kategori, dari sepuluh negara tertinggi itu hanya Indonesia dan Korea Selatan yang mempunyai perubahan cukup bak. Dilihat dari sisi pendapatan ataupun non pendapatan. “Cina sebetulnya cukup baik, tapi hanya dari sisi pendapatan sementara dari pendidikan dan kesehatan masih kurang, sehingga jadi terjadi imbalances,” terangnya.
Menurut Jeni laporan tersebut dibuat dengan mengambil sample 135 negara yang secara populasi merupakan 92 persen dari penduduk dunia. Riset dan penghitungan data selama enam bulan dan dihitung secara rata-rata disetiap negara. “Kita ambil sample itu baik dari negara yang sudah maju ataupun tengah berkembang,” tuturnya.
Metode yang digunakan juga sudah mengalami perubahan. Karena tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas pendapatan namun dari sisi kualitas. “Perubahan itu adalah bagaimana melihat keberhasilan itu secara nyata, salah satunya dari pendidikan itu,” jelasnya.
Harus diakui, kata dia, dalam IPM tahun ini peringkat Philipina lebih baik daripada Indonesia. Philipina menduduki urutan ke-97 atau 11 peringkat di atas Indonesia. Philipina cukup baik karena investasinya dibidang pendidikan. “Sementara dari sisi pendapatan Philipina sedikit lebih besar dibandingkan dengan Indonesia,” ujarnya.
Dalam data UNDP dsebutkan dari 11 negara Asia Tenggara Indonesia hanya unggul dari Vietnam peringkat 113, Myanmar (132), Timor Leste (120), Kamboja (124) dan Laos (122). Sementara Singapura menduduki peringkat tertinggi di posisi.
Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana ada tiga dimensi yang dilihat dalam laporan Indeks Pembangunan Manusia UNDP ini. Ketiga dimensi itu yakni ekspektasi tingkat hidup saat kelahiran yang merupakan indikator dari kesehatan dan harapan hidup. Kemudian kemampuan baca tulis orang dewasa yang menunjukan tingkat pengetahuan dan pendidikan.
Terakhir yakni tingkat kehidupan yang layak diukur dari pertumbuhan domestik produk per kapita. “Kita sambut baik perubahan metodologi ini, karena tidak hanya melihat dari sisi ekonom tapi juga pada pendidikan dan kesehatan,” ujarnya.
Dijelaskan oleh Armida dalam laporan kali ini Indonesia termasuk dari 10 negara yang selama empat puluh tahun terakhir mengalami peningkatan secara berkesinambungan. Baik dari sisi pendapatan maupun indikator indeks pembangunan manusia. “Kita termasuk dari 10 negara yang secara konsisten melakukan achievment baik pendapatan maupun kaitannya dengan IPM itu,” jelas Armida.
Armida menilai meski secara IPM Indonesia mengalami kenaikan tiga peringkat, dibandingkan dengan sebelumnya namun hal itu tidak bisa dibandingkan. Pasalnya metode yang digunakan pada tahun ini berbeda dengan sebelumnya.
“Jadi baca data hati-hati ya, yang tahun lalu itu pake data lama tahun 2007. Lalu metodenya juga lama. Belum menggunakan metode terbaru seperti saat ini,” ucapnya.
Ketika ditanya kenapa Indonesia lebih buruk dibandingkan dengan Malasyia dan Philipina?, Armida tidak menjawabnya secara tegas. “Anda jangan melihat datanya pada tahun ini saja, tapi lihat secara menyeluruh 40 tahun lihat seriesnya yang penting kita progres,” ucapnya.
Sementara itu Director Information Centre UNDP Information Centre Jakarta Michele Zaccheo menambahkan supaya pembangunan Indonesia tidak hanya berfokus di wilayah barat, tetapi harus jugaada upaya serius termasuk bagaimana membangun Infrastruktur. Tentu saja dengan mengundang investor. “Jadi antara satu pulau dengan yang lainnya ada suatu konektifitas,” ucapnya. (rep/arrahmah.com)