MALTA (Arrahmah.com) – Seorang tokoh terkemuka di masyarakat Muslim Republik Malta telah mendesak pemerintah untuk mengeluarkan aturan baru yang mengizinkan para Muslimah mengenakan jilbab di tempat kerja mereka.
Banyak Muslimah Malta tidak bekerja, padahal mereka butuh, karena tidak diizinkan memakai jilbab. Mereka lebih memilih menganggur daripada harus melepas jilbab.
“Sebagian wanita yang memakai hijab tidak melamar pekerjaan karena mereka khawatir mereka akan dipaksa untuk melepas jilbab,” kata Imam Muhammad Elsadi, pemimpin masyarakat Muslim Malta, kepada Times of Malta.
Masalah jilbab ini sudah menjadi perdebatan antara Imam Muhammad dan Perdana Menteri Malta Lawrence Gonzil dalam sebuah pertemuan belum lama ini.
Berbicara pada Gonzil, Imam Muhammad mendesak pemerintah untuk menyatakan dengan jelas bahwa wanita Muslimah diizinkan untuk mengenakan pakaian Muslimah bagik di sektor-sektor publik maupun swasta.
Pengajuan ini muncul setelah kasus dua Muslimah yang bekerja di sektor kesehatan dipaksa untuk melepaskan jilbab mereka.
Imam Muhammad juga memperhatikan para Muslimah yang bekerja di sekolah-sekolah milik pemerintah tidak mengenakan jilbab.
“Saya tidak tahu apakah ini karena mereka dilarang untuk mengenakannya, apakah mereka melepasnya karena takut ataukah mereka memilih untuk tidak memakainya,” kata imam.
Imam Muhammad percaya publik Malta dapat menerima para Muslimah yang mengenakan jilbab, sebagaimana yang terlihat.
“Kami sangat menghargai etika mereka terhadap wanita Muslim,” katanya.
Umat Islam di Malta masih minoritas, tidak ada angka resmi yang menunjukkan jumlah Muslim di Malta, sebuah pulau yang memiliki penduduk sekitar 400.000.
Namun menurut catatan Wikipedia, masyarakat Muslim di Malta memiliki jumlah sekitar 6.000 orang. (siraaj/arrahmah.com)