BAGHDAD (Arrahmah.com) – Ibukota Baghdad dan kota-kota berpenduduk mayoritas muslim sunni di utara Irak kembali menggelar unjuk rasa besar-besaran pada Jum’at (19/1/2013). Ratusan ribu warga muslim menuntut lengsernya PM Nouri Al-Maliki yang tidak memenuhi tuntutan pembebasan para tahanan muslim sunni, khususnya lebih dari 5000 wanita muslimah yang dipenjarakan rezim Syiah Irak secara zalim. Para demonstran menuding Al-Maliki menyingkirkan kaum muslim sunni, laporan AFP.
Di ibukota Baghdad, ribuan warga muslim berdemonstrasi di depan masjid jami’ imam Abu Hanifah An-Nu’man di kota A’zhamiah, utara Baghdad. Demonstrasi dilakukan setelah shalat Jum’at di tengah penjagaan aparat militer dan kepolisian yang sangat ketat.
Para demonstran meneriakkan yel-yel “jangan kau menipu”. Mereka membawa bendera Irak dan sejumlah poster bertuliskan “kami menuntut pembebasan para tahanan” dan “tidak untuk terorisme”. Rezim Syiah Irak telah melakukan aksi-aksi teror melalui penggeledahan, penangkapan, penyiksaan, pembunuhan dan pengusiran terhadap warga muslim sunni. Kebijakan represif dan rasis itu mengundang kebencian warga muslim sunni Arab, Kurdistan dan Turkman.
Salah seorang pemimpin aksi dalam orasinya mengulang-ulang kembali tuntutan para demonstran muslim sunni “pembebasan para tahanan muslim sunni dan pembubaran penjara-penjara rahasia’ serta “penghapusan pasal 4 UU Terorisme” yang sangat zalim.
Massa demonstran juga menuntut perimbangan dalam aparat keamanan dan lembaga-lembaga kenegaraan. Mereka mengisyaratkan kepada dominasi mengarah kepada monopoli kelompok Syiah pro Iran dalam dinas ketentaraan, kepolisian dan lembaga-lembaga negara.
Ribuan warga muslim juga menggelar aksi unjuk rasa di desa Shulaikh, utara Baghdad, di depan masjid jami’ Najib Basya. Aksi demonstrasi dilakukan setelah shalat Jum’at. Aparat militer dan kepolisian melakukan pengamanan ketat untuk mengantisipasi kemarahan massa demonstran.
Dalam khutbah Jum’at sebelum dilakukannya aksi unjuk rasa, Syaikh Adnan Al-Hasyimi menegaskan “hari ini adalah suara lantang kebenaran, katakana tidak untuk kerusakan.” Ia mengajak para demonstran untuk “menghukum pihak-pihak yang terlibat dalam penyiksaan terhadap para tahanan laki-laki muslim dan pemerkosaan terhadap para tahanan wanita muslimah” serta “pembubaran pengadilan-pengadilan khusus dan operasi-operasi represif serta menarik keluar tentara dari dalam kota-kota.”
Di kota Samira, 110 kilometere utara Baghdad, puluhan ribu kaum muslimin menyelenggarakan demonstrasi setelah shalat Jum’at di masjid jami’ ar-Razzaq, propinsi Shalahuddin. Mereka membawa sejumlah spanduk bertuliskan “rakyat menginginkan lengsernya rezim”, “cukup sudah kebijakan rasis, wahai negara hukum” dan “lengserlah engkau hai Al-Maliki, tiada diskusi lagi”.
Di propinsi Mosul, 350 kilometer utara ibukota Baghdad, ribuan kaum muslimin melakukan aksi demonstrasi di pusat kota di depan masjid jami’ An-Nur. Ribuan lainnya menggelar aksi serupa di Ahrar Square, selatan Mosul. Para ulama, tokoh masyarakat dan pemimpin suku memimpin aksi massa.
Para demonstran membawa spanduk bertuliskan “kami menuntut perubahan rezim”, “kami menuntut pembebasan para tahanan laki-laki dan wanita” dan “tidak untuk kebijakan rasis”.
Sejak lima pekan terakhir, kota-kota di propinsi Shalahuddin, Ninawa, Anbar dan Mosul terus-menerus menyaksikan aksi-aksi demonstrasi dan pemogokan sipil terhadap kebijakan PM Nouri Al-Maliki yang menindas muslim sunni dan tidak membebaskan ribuan tahanan muslim yang ditangkap secara zalim, khususnya para tahanan wanita muslimah. (muhib almajdi/ arrahmah.com)