URUZGAN (Arrahmah.com) – Imarah Islam Afghanistan tidak berada di balik eksekusi pemotongan hidung dan telinga seorang wanita di provinsi Uruzgan, ujar seorang kepala komisi hak asasi manusia pada Senin (6/12/10).
Kisah mengenai Aisha Bibi (19) yang dieksekusi sebagai hukuman karena melarikan diri dari suaminya yang kejam serta mertuanya pada tahun lalu menyebabkan kecaman internasional.
Ia diberi perlindungan oleh sebuah organisasi non-pemerintah Afghanistan dan diterbangkan ke AS untuk melakukan perawatan psikologis dan operasi rekonstruksi wajah.
Sebagian besar media Barat menyebarkan berita fitnah dengan menyalahkan IIA atas tindakan brutal tersebut dengan menuliskan bahwa suami Aisha adalah anggota Taliban dan dia dan ayahnya telah diatur dengan hukum Taliban.
IIA telah berulangkali membantah dengan tegas fitnah keji itu.
Pada Senin (6/12), kepala AIHCR di Uruzgan juga mengatakan bahwa Taliban terbebas dari tuduhan setelah dilakukan penyelidikan menyeluruh mengenai kasus itu.
“Ini dikarenakan kekerasan domestik dan Aisha menjadi korban,” ujarnya kepada wartawan.
Aisha dilaporkan diberikan oleh keluarganya sejak masa kanak-kanak sebagai “hutang darah”, telah melakukan perjalanan ke California untuk operasi bedah plastik. Kasus Aisha ini digunakan oleh Barat sebagai senjata untuk menggambarkan rasa takut akan apa yang tejadi jika AS, Inggris dan pasukan internasional lainnya pergi dari Afghanistan. (haninmazaya/arrahmah.com)